Kisah SD Inpres Bontonompo Canrego Takalar Sempat Digembok Kini Dibuka Kembali

DIBUKA KEMBALI. Bupati Takalar saat ini, Mohammad Firdaus Daeng Manye (baju putih berkacamata), dan Muhammad Tahir Mappasissing Dg. Nompo, memegang surat kesepakatan perdamaian sengketa tanah SD Negeri 153 Inpres Bontonompo, Kelurahan Canrego, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Rabu, 23 Juli 2025. (IST)  

 

-----

Rabu, 23 Juli 2025

 

Kisah SD Inpres Bontonompo Canrego Takalar Sempat Digembok Kini Dibuka Kembali

 

Bupati Takalar Muhammad Firdaus Dg. Manye bersama warga menyaksikan pembukaan gembok pintu pagar sekolah SD Negeri 153 Inpres Bontonompo, Kelurahan Canrego, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar, Rabu, 23 Juli 2025.

TAKALAR, (PEDOMAN KARYA). Tangis bahagia dan tawa ceria kembali terdengar di halaman SD Negeri 153 Inpres Bontonompo, Kelurahan Canrego, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.

Setelah lebih dari enam tahun terkatung-katung dalam sengketa lahan, Rabu, 23 Juli 2025, gerbang sekolah itu kembali terbuka. Anak-anak yang sebelumnya hanya bisa belajar sambil “menumpang” di gedung lain, kini bisa kembali ke ruang kelas mereka sendiri.

Tak ada momen yang lebih membahagiakan pagi itu selain melihat seragam merah putih memenuhi halaman sekolah yang lama sunyi. Sebuah pemandangan yang seolah menghapus bayang-bayang kelam yang menyelimuti sekolah ini sejak tahun 2017, ketika konflik antara pemerintah dan ahli waris pemilik tanah belum juga menemukan jalan keluar.

Masih segar dalam ingatan warga Canrego, pada 4 Mei 2019, sekolah ini digembok oleh Muhammad Tahir Mappasissing Dg. Nompo, ahli waris dari Karesunggu Dg. Sugi bin Mannyuluri, yang mengklaim sebagai pemilik sah lahan tempat sekolah itu berdiri. Aksi tersebut bukan dilakukan tanpa peringatan.

Sebelumnya, Dg. Nompo telah memasang papan pemberitahuan di halaman sekolah. Namun, karena tak kunjung ada tanggapan dari Pemerintah Kabupaten Takalar, akhirnya ia menggembok pagar sekolah sebagai bentuk protes.

Akibatnya, para murid terpaksa “mengungsi”. Sejak 28 Agustus 2019, sekitar seratus siswa SDN 153 Inpres Bontonompo harus belajar di gedung kampus milik Yayasan Pendidikan Nasional (Yapenas) di dekat sekolah. Mereka belajar di ruang seadanya, dengan jadwal terbatas, dan semangat yang nyaris padam.

Kala itu, situasi semakin memprihatinkan karena tak ada kejelasan dari Pemkab Takalar. Bahkan, nama Bupati Takalar saat itu, Syamsari Kitta, sempat disorot karena dianggap tidak tanggap terhadap kondisi dunia pendidikan di wilayahnya.

Satu hal yang sesungguhnya bisa diselesaikan secara sederhana—yakni dengan menjamin ganti rugi kepada pemilik lahan—malah terkesan diabaikan.

Waktu pun berjalan. Harapan yang sempat pudar perlahan menemukan sinarnya kembali. Dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, pihak keluarga ahli waris dan Pemkab Takalar akhirnya duduk bersama. Hasilnya: Sengketa diselesaikan secara damai, dan SDN 153 Inpres Bontonompo kembali dibuka.

Dalam seremoni pembukaan sekolah, Bupati Takalar saat ini, Mohammad Firdaus Daeng Manye, menyampaikan rasa syukur yang mendalam.

“Alhamdulillah, hari ini menjadi momen yang sangat bersejarah. Setelah bertahun-tahun tertutup, sekolah ini kembali dibuka. Anak-anak kita bisa kembali belajar di tempat mereka seharusnya berada,” ujarnya dengan mata berbinar.

Ia juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Muhammad Tahir Mappasissing Dg. Nompo dan keluarga, yang dengan lapang dada dan niat tulus, mengizinkan kembali penggunaan lahan tersebut untuk kegiatan pendidikan.

“Pendidikan adalah amal jariyah. Setiap anak yang belajar di sini, ilmunya akan mengalir menjadi pahala tak terputus. Semoga ini menjadi ladang kebaikan bagi kita semua,” tambah Firdaus.

Turut hadir dalam pembukaan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Takalar H. Muhammad Darwis bersama jajarannya, Camat Pololongbangkeng Selatan Syarief Haris, Kapolsek Polongbangkeng Selatan Muhammad Nasir Arleza, Plt Lurah Canrego Safruddin.

Kepala Lingkungan Bontonompo, Hasdar Sikki, Kepala SDN 153 Inpres Bontonompo Muchtiar Muluk, Ketua Komite Sekolah SDN 153 Inpres Bontonompo Siswadi Kr Sila, para kepala sekolah se-Kecamatan Polongbangkeng Selatan, guru-guru SDN 153 Inpres Bontonompo, serta orang tua murid.

 

Lebih dari Sekadar Sekolah

 

SDN 153 Inpres Bontonompo bukan hanya gedung berdinding beton dan beratap seng. Ia adalah rumah bagi cita-cita, tempat anak-anak Canrego bermimpi menjadi guru, dokter, insinyur, bahkan bupati. Selama bertahun-tahun sekolah ini terkunci, banyak harapan terpaksa digantung.

Kini, pintu itu telah terbuka. Gembok telah dilepas, dan semangat baru telah lahir. Ini bukan hanya kemenangan sebuah sekolah, tapi juga kemenangan akal sehat dan kemanusiaan. Bahwa ketika ego dikesampingkan dan masa depan anak-anak dijadikan prioritas, segala konflik bisa diselesaikan dengan damai.

 

Catatan Redaksi

Kisah SDN 153 Inpres Bontonompo adalah pengingat bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan infrastruktur, tapi tentang keberpihakan. Ketika anak-anak harus berjuang hanya untuk masuk ke ruang kelas, maka sesungguhnya kita semua sedang diuji: sejauh mana kita peduli pada masa depan bangsa. (Hasdar Sikki)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama