Jasruddin: Saya Banyak Belajar dari Prof Idris Arief




BANYAK BELAJAR. Prof Jasruddin Daud Malago (kiri) yang menjabat Direktur Program Pascasarjana UNM selama dua periode, mengaku banyak belajar dari mantan Rektor UNM, (alm) Prof Idris Arief.




------ 
PEDOMAN KARYA
Ahad, 02 Juli 2017


Jasruddin: Saya Banyak Belajar dari Prof Idris Arief


Jenjang pendidikan tertinggi dicapai oleh Jasruddin Daud Malago, pada tahun 2002. Pria kelahiran Matano, 22 desember 1964, meraih gelar doktor fisika dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Bidang ilmu yang ditekuninya linier sejak kuliah, yakni S1 Pendidikan Fisika IKIP Ujungpandang (sekarang Universitas Negeri Makassar) tahun 1990, dan S2 Fisika ITB tahun 1996.
Pangkat akademik tertinggi, yakni guru besar, diraihnya pada tahun 2010. Jasruddin resmi menyandang gelar profesor pada tahun itu bersama dua dosen UNM lainnya, yakni Prof M Asfah Rahman PhD (Guru Besar dalam bidang Penelitian Pendidikan), dan Prof Dr H Eko Hadi Sujiono MSi (Guru Besar dalam Bidang Ilmu Fisika).
Dalam perjalanan kariernya sebagai dosen, Jasruddin kemudian mendapat amanah sebagai Direktur Program Pascasarjana (Pps) UNM sejak 2010 dan akan berakhir pada akhir 2017 atau awal 2018 (dua periode).
Sebelum menjabat Direktur PPs, Jasruddin terlebih dahulu dipercaya sebagai Asisten Direktur (Asdir) I pada tahun 2006, ketika Prof Idris Arief (alm) menjabat Rektor UNM.
“Sebuah prestasi yang luar biasa ketika itu,” katanya kepada penulis di ruang kerjanya, Rabu, 21 Juni 2017.
Sebelum dipilih untuk mengemban amanah sebagai Direktur PPs UNM pada periode pertama tahun 2010, Jasruddin sempat disebut-sebut sebagai calon Dekan MIPA UNM, namun ternyata Allah SWT mentakdirkan dirinya menjabat Direktur PPs UNM.
“Saat saya diangkat sebagai Asdir I (PPs UNM), Prof Idris Arief menjabat rektor dan Prof Arismunandar menjabat Wakil Rektor II. Saya kira itu bukan kebetulan, melainkan skenario Allah. Saya mendapat amanah sebagai Direktur PPs UNM saat Prof Aris (sapaan akrab Prof Arismunandar) menjabat rektor menggantikan Prof Idris,” ungkap Jasruddin.
Menyinggung sosok almarhum Prof Idris Arief (wafat pada 22 Juni 2013, dalam usia 71 tahun), ia mengaku dirinya banyak belajar dari mantan Rektor UNM dua periode itu (1999-2003, 2003-2008) dan pendiri STIEM Bongaya Makassar.
“Saya banyak belajar dari beliau, terutama dari pandangan-pandangannya tentang kehidupan,” ujar Pak Jas, sapaan akrab Jasruddin.
Beberapa hari sebelum meninggal dunia, Prof Idris Arief berbincang-bincang dengan Prof Jasruddin dan beberapa dosen UNM lainnya dalam sebuah acara di kediaman Prof Idris, Jl Hati Senang, Makassar.
“Beliau bilang kita harus banyak-banyak mengingat kematian dan kita harus mempersiapkan diri untuk itu. Ternyata itu adalah pesan terakhirnya kepada kami sebelum menghembuskan nafas terakhir beberapa hari kemudian,” kata Jasruddin.

Royal dan Banyak Membantu

            Almarhum Idris Arief semasa hidupnya, kata Jasruddin, tergolong orang yang royal dan banyak membantu. Royal dalam hal ini bukan dalam arti negatif, melainkan dalam hal positif yakni banyak memberi untuk membantu orang-orang di sekitarnya.
“Beliau sangat sering memberi dan membantu orang lain,” tuturnya.


"Untung Kau Tidak Keluar"
           

Ada satu peristiwa yang tidak bisa dilupakan Prof Jasruddin dalam interaksinya bersama almarhum Idris Arief. Ketika itu, ia sedang ada keperluan sangat penting dan membutuhkan bantuan dari Idris Arief sebagai Rektor UNM ketika itu.
Saat masuk ke ruang kerja rektor, Prof Idris kebetulan sedang siap-siap untuk shalat lohor dan ia pun meminta kepada Prof Jasruddin untuk menunggu di luar (ruangan tunggu).
“Beliau bilang, di luarmi dulu. Saya bilang, saya di sini saja Prof. Beliau kembali bilang di luarmi dulu, tapi saya tetap duduk di kursi tamu. Beliau tampak kurang senang, tapi saya tetap bertahan karena khawatir kalau saya keluar, akan banyak tamu lain yang masuk dan urusan saya bisa berantakan,” ungkap Jasruddin.
Sambil menunggu Prof Idris selesai shalat, ia membaca-baca buku dan majalah yang ada di kursi tamu. Tak lama kemudian Prof Idris pun selesai shalat.
“Ironisnya, setelah selesai shalat, beliau langsung tersenyum dan menyapa saya dengan mengatakan, apakah Jas. Setelah saya mengutarakan maksud kedatangan saya, beliau langsung bilang, untung kau tidak keluar. Itu kejadian yang sulit saya lupakan dalam interaksi bersama beliau,” ujar Jasruddin. (asnawin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama