Memohon Ampun di Waktu Sahur


Allah berfirman yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya, dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali Imran/3 : 17).







------

PEDOMAN KARYA
Rabu, 15 Mei 2019


Suluh Ramadhan 1440 H – Jalan Menuju Taqwa (9):


Memohon Ampun di Waktu Sahur



Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I Unismuh Makassar)




Allah berfirman yang artinya, “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya, dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (Ali Imran/3 : 17).

Ayat ini masih merupakan penjelasan dari ayat 15 surah Ali Imran. Terdapat lima sifat orang-orang bertaqwa dalam ayat ini. Sifat muttaqien dalam ayat ini merupakan peningkatan dari ‘sifat membiasakan’ menjadi ‘pemilik kebiasaan’ itu.

Maknanya adalah; oleh karena seorang hamba selalu membiasakan dirinya sabar maka dia menjadi penyabar, selalu membiasakan dirinya benar maka dia menjadi pembenar, selalu terbiasa dalam ketaatan maka dia menjadi penaat.

Selalu membiasakan berinfak maka dia menjadi penginfak harta, serta selalu membiasakan diri memohon ampun maka dia menjadi pemohon ampun di waktu sahur. Ada baiknya diuraikan agak lebih rinci kelima sifat orang-orang bertaqwa tersebut.

Sifat ketujuh, yakni penyabar. Kepemilikan sifat ini dapat dicapai jika seorang hamba Allah senantiasa melatih diri di dalam kesabaran. Sabar dalam memenuhi kewajiban, dalam menghadapi cobaan, sabar menghapi segala macam godaan hidup, sabar dalam mengejar target baik hingga mendapat hasil atau ada ketetapan lain dari Allah SWT. Sabar dalam segala hal, sehingga dia benar-benar menjadi pemilik kesabaran, itulah penyabar.

-----
Artikel terkait:

Akui Kesalahan Agar Jiwa Sehat

-----

Sifat kedelapan, yakni pembenar. Di antara ciri seorang pembenar adalah ucapannya menggambarkan kesesuaian kata hatinya, dan tindakannya berkesesuain dengan ucapannya, serta selalu berupaya untuk mengetahui kebenaran itu lalu berupaya mengamalkannya.

Sifat kesembilan, yakni penaat. Sering kita dengar kata sami’na wa ata’na (kami dengar dan kami taat). Itulah gambaran respon muttaqien yang senantiasa ikhlas mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam upayanya meraih keridhaan Allah SWT.

Sifat kesepuluh, yakni penginfak harta. Sifat ini merupakan pencapaian jenjang kedua setelah seorang hamba Allah terbiasa melatih diri untuk berinfak setiap mendapatkan karunia dari Allah SWT, maka bersemayamlah kebiasaan tersebut dalam hidupnya, terasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya bila dia belum berinfak, itulah penginfak harta.

Sifat kesebelas, yakni pemohon ampun di waktu sahur. Setelah menjadi hamba yang selalu melatih diri tawadhu kepada Allah, maka menjadi kebiasaan yang melekat pulalah kebiasaan bermunajat memohon keampunan dengan penuh keyakinan di setiap malam-malam hening agar komunikasinya dengan Allah SWT, Dzat yang dicintainya tidak diganggu oleh hiruk pikuk keduaniaan.

Berupayalah menjadi penyabar, pembenar, penaat, penginfak dan pemohon ampun di waktu sahur. Semoga kita memiliki sifat orang-orang bertakwa (muttaqien).

-----
Baca juga:

Beriman kepada Taurat, Injil, dan Zabur

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama