Anaknya Masih Muda, Dipaksakan Jadi Cawapres

WAKIL PERMUSYAWARATAN DESA. “Anak laki-laki yang satu lagi, yang usianya masih sangat muda untuk urusan pemerintahan, dipaksakan jadi Cawapres,” kata Daeng Tompo’.

 

------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 26 Oktober 2023

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

Anaknya Masih Muda, Dipaksakan Jadi Cawapres

 

“Ada sebuah kisah,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid.

“Kisah apa?” tanya Daeng Nappa’.

“Kisah yang terjadi di Negeri Antah-berantah,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Bagaimana kisahnya?” tanya Daeng Nappa’.

“Kisahnya, ada seorang pemuda desa yang disenangi banyak orang, karena ia baik, murah senyum, sederhana, dan suka membantu orang. Karena dipandang baik, maka warga kemudian memintanya jadi kepala desa dan akhirnya terpilih jadi kepala desa,” tutur Daeng Tompo’.

“Kayaknya menarik kisahnya ini,” ujar Daeng Nappa’ sambil tersenyum.

“Setelah terpilih jadi kepala desa, warga kemudian memanggilnya dengan sebutan Pakde, akronim dari Pak Desa. Di awal pemerintahannya sebagai kepala desa, Pakde terlihat baik, tapi lama kelamaan mulai terlihat watak aslinya. Banyak kebijakannya yang tidak berpihak kepada rakyat, sehingga warga desa pun mulai tidak senang kepadanya,” lanjut Daeng Tompo’.

“Jadi, warga desa berunjukrasa memintanya mundur?” tanya Daeng Nappa’.

“Sabarki’. Saya teruskan dulu ceritanya,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum kepada Daeng Nappa’.

“Oke, teruskan,” ujar Daeng Nappa’.

“Anehnya, setelah habis masa pemerintahannya, dan maju kembali jadi kepala desa untuk periode kedua, dia terpilih lagi, padahal sebagian besar warga desa tidak lagi memilihnya dan beralih memilih calon lain, karena kebetulan hanya dua orang yang maju jadi calon kepala desa pada Pilkades,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus kenapa padeng dia terpilih lagi?” tanya Daeng Nappa’.

“Dia terpilih secara curang dengan memanipulasi hasil perhitungan suara, karena dia sudah kongkalikong dengan panitia Pilkades dan sejumlah tokoh masyarakat yang pro kepada dia yang selama satu periode memimpin, tokoh-tokoh masyarakat itu dimanjakan dengan berbagai hadiah hasil korupsi dana desa,” kata Daeng Tompo’.

“Warga tidak protes?” tanya Daeng Nappa’.

“Dalam kisah itu disebutkan, warga desa protes dan berunjukrasa selama berhari-hari, tapi Pakde tetap dilantik jadi kepala desa untuk periode kedua. Dan ia semakin menunjukkan watak aslinya. Lawan-lawan politiknya disandera dengan cara diberi berbagai macam fasilitas dan dijebak dengan uang sogokan. Akhirnya tidak banyak orang yang bisa melawannya,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus bagaimana endingnya?” tanya Daeng Nappa’.

“Pada satu tahun terakhir pemerintahannya di periode kedua, dia berupaya memberi jabatan kepada anak-anaknya yang masih muda-muda. Anaknya berjumlah empat orang. Satu perempuan, tiga laki-laki. Anak perempuannya dipaksakan jadi sekretaris desa. Seorang anak laki-lakinya yang baru berusia 19 tahun, dipaksakan jadi ketua karang taruna. Seorang lagi anak laki-lakinya dipaksakan jadi kepala dusun,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus satu lagi anak laki-lakinya jadi apa?” tanya Daeng Nappa’.

“Anak laki-laki yang satu lagi, yang usianya masih sangat muda untuk urusan pemerintahan, dipaksakan jadi Cawapres,” kata Daeng Tompo’.

“Calon wakil presiden?” tanya Daeng Nappa’.

“Bukan,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Apaji padeng?” tanya Daeng Nappa’ penasaran.

“Cawapres itu akronim dari Calon Wakil Permusyawaratan Desa,” jawab Daeng Tompo’.

“Oh, saya kira calon wakil presiden,” ujar Daeng Nappa’ sambil tersenyum.

“Wakil Permusyawaratan Desa yang disingkat Wapres, itu biasanya beranggotakan orang-orang sepuh atau tokoh masyarakat yang usianya di atas 40 tahun, tapi Pakde mengubah aturannya sehingga anaknya yang belum berusia 40 tahun bisa dicalonkan jadi Cawapres,” jelas Daeng Tompo’.

“Jadi anaknya terpilih jadi Wapres?” tanya Daeng Nappa’.

“Belumpi tamat kubaca kisahnya. Baru sampai di situ kubaca. Sebentarpi lagi kulanjutkangi membaca dan besok kuceritakanki sambungannya,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Oke’, besok lanjutkanki ceritanya nah, penasaranka’ belah,” kata Daeng Nappa’ juga sambil tersenyum. (asnawin)

 

Kamis, 26 Oktober 2023


.......

Obrolan sebelumnya:

Untuk Apa Jadi Pejabat Kalau Selalu Dihujat

Megawati dan Jokowi Sepertinya Bersandiwara

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama