Mahasiswa Perlu Belajar dari Filosofi Sepatu


SILATNAS. Kasdam VII/Wirabuana Brigjen Supartodi saat membawakan materi pada Silatnas BEM PTM se-Indonesia yang dihadiri ratusan mahasiswa se-Indonesia, di Kampus Unismuh Makassar, Selasa, 07 Maret 2017. (ist)






-------
Kamis, 09 Maret 2017


Mahasiswa Perlu Belajar dari Filosofi Sepatu


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Mahasiswa sebagai generasi muda pelanjut kepemimpinan bangsa perlu belajar dari filosofi sepatu, antara lain sepasang sepatu bentuknya tidak persis sama namun serasi, saat berjalan tak pernah kompak tapi tujuannya sama, tak pernah ganti posisi namun saling melengkapi, selalu sederajat tak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi, serta bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti.
Pesan tersebut dikemukakan Kasdam VII Wirabuana Brigjen TNI Suparto saat membawakan materi pada Silaturrahim Nasional (Silatnas) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa, 07 Maret 2017.
Brigjen Supartodi juga mengingatkan kembali tentang ancaman yang dihadapi bangsa dan kelemahan bangsa Indonesia yang mudah diadu domba dari dulu sampai sekarang, serta adanya “tangan tak terlihat” (invisible hands) dengan desain dan bentuk opini untuk melemahkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang datangnya dari luar.
“Hendaknya sebagai generasi muda, mahasiswa memahami potensi ancaman di depan mata yang bisa menimbulkan konflik dan disintegrasi bangsa, mulai penggunaan medsos (media sosial) yang cenderung banyak hoax, penyalahgunaan narkoba, korupsi merajalela, watak dan perilaku yang keluar dari norma, serta Pilkada serentak yang cenderung berbau SARA,” papar Supartodi.
Hal-hal seperti itu, katanya, bila tidak disikapi dengan bijak maka akan timbul perpecahan kesatuan dan persatuan bangsa. Oleh karena itu, hendaknya kembali ke jatidiri bangsa dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan bangsa Indonesia akan tetap kuat disegani bangsa-bangsa di dunia karena memiliki komitmen dalam ber-Bhineka Tunggal Ika.
Kasdam VII/Wirabuana juga mengisahkan kembali perjuangan Jenderal Sudirman sebagai Bapak TNI yang juga sebagai kader Muhammadiyah, antara lain melalui Hizbul Wathan, kemudian menjadi guru pada salah satu perguruan Muhammadiyah, selanjutnya berjuang masuk Pembela Tanah Air (PETA).
“Dari situlah lahir semangat perjuangan membela bangsa dan negara, mempertahankan kemerdekaan bermodalkan kejujuran dengan bernafaskan cintai Tanah Air, semangat pantang menyerah dan rela berkorban. Beliau menjadi tauladan perjuangan dan hingga saat ini namanya tetap harum serta dikenang sebagai pahlawan sepanjang masa,” tutur Supartodi.
Sebagai kader Muhammadiyah, katanya, mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah diharapkan mengikuti jejak perjuangan Jenderal Sudirman, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai generasi penerus bangsa agar senantiasa memiliki komitmen yang kuat dalam mewujudkan kemajuan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Materi yang disampaikan Kasdam VII/Wirabuana Brigjen Supartodi dan dihadiri Plt Wakil Rektor III Syamsir Rahim, ternyata cukup menarik dan mendapat apresiasi dari mahasiswa PTM se-Indonesia, terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang mengajukan pertanyaan. (zak)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama