IMM Sulsel Harus Buat Program Trendi


PROGRAM TRENDI. Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) Sulsel yang melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) di Kabupaten Pinrang, 9-11 Februari 2018, diharapkan membuat program kerja trendi atau program kerja yang sesuai perkembangan dan kebutuhan mahasiswa zaman now. Inzet atas; Mustaqim Muhallim, inzet bawah; Pantja Nurwahidin.

 

------------
Jumat, 09 Februari 2018


IMM Sulsel Harus Buat Program Trendi


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah (IMM) Sulawesi Selatan yang melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) di Kabupaten Pinrang, 9-11 Februari 2018, diharapkan membuat program kerja trendi atau program kerja yang sesuai perkembangan dan kebutuhan mahasiswa zaman now.
Program kerja trendi itu dibutuhkan agar IMM tetap dilirik oleh mahasiswa untuk menjadi anggota atau kader yang selanjutnya akan menjadi kader-kader penerus perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar persyarikatan Muhammadiyah.
Demikian benang merah harapan yang disampaikan dua mantan Ketua DPD IMM Sulsel, Mustaqim Muhallim, dan Pantja Nurwahidin, yang dimintai tanggapannya secara terpisah, Jumat, 09 Februari 2018.
“Buatlah program kerja yang bersesuaian dengan minat dan tema-tema trendi
di kalangan mahasiswa,” kata Pantja yang kini menjadi pejabat di lingkungan Pemkot Makassar.
Dia mengatakan, tantangan kekinian yang dihadapi mahasiswa yaitu perkembangan teknologi informatika yang cukup cepat berubah yang kemudian berdampak kepada cara berpikir dan kebiasaan manusian.
Dampak lain dari kecanggihan teknologi, katanya, yaitu ancaman bagi budaya dan perilaku manusia, termasuk mahasiswa yang berhimpun di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
“Sebagai calon akademisi Islam, anggota atau kader-kader IMM seharusnya mampu menggunakan nalar kritis dan kemampuan adaptifnya untuk bisa berselanjar dalam arus global IT (teknologi informasi). IMM harus mampu memanfaatkan teknologi dalam menyebarkan hasil kajian ilmiah dan kajian Islam Kemuhammadiyahan melalui berbagai media informasi dan teknologi yang ada,” tegas Pantja.
Selain membuat program kerja yang trendi, kader-kader IMM juga diharapkan mampu menjadi yang terbaik, menjadi tokoh, dan menjadi idola di kampusnya masing-masing.
“Tentu tidak mudah, tetapi paling tidak, mereka harus berupaya memilki prestasi akademik yang memadai atau melebihi mahasiswa kebanyakan, serta menjadi tokoh mahasiswa dan tokoh pembaharuan di kampus, dengan mengedepankan kecerdasan intelektualnya melalui berbagai inovasi dan kreativitas berpikir,” tutur Pantja.
Kader-kader IMM sebagai kader akademisi yang berakhlak mulia, lanjutnya, seyogyanya menempatkan integritas dan akhlak mulia dalam setiap pergulatan kehidupan kemahasiswaan dan kemasyakatan.
“Kedua karakter inilah yang semakin memudar di negeri ini,” kata Pantja.

Bermacam-maca Motivasi

Mustaqim Muhallim yang ditemui terpisah mengatakan, ketika dirinya diberi amanah sebagai Ketua DPD IMM Sulsel pada akhir tahun 90-an, IMM masih menjadi salah sau pilihan utama mahasiswa dalam menempa diri dan mencari pengalaman tambahan sebagai mahasiswa.
“Di jaman saya dulu, IMM masih jadi pilihan, karena masih kurang organisasi sejenis. Kalau sekarang sudah banyak, sehingga pengurus IMM sekarang harus membuat program kerja yang sesuai dengan bakat dan minat mahasiswa kabanyakan,” kata Mustaqim.
Dosen Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mengatakan, tantangan yang dihadapi IMM dewasa ini yaitu terbatasnya waktu bagi mahasiswa untuk menambah aktivitas di luar perkuliahan dan di luar kampus.
Tantangan lain yaitu kegiatan yang dilakukan atau diadakan oleh organisasi kemahasiswaan seperti IMM, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), dan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) banyak yang sama atau mirip.
“Oleh karena itu, pengurus IMM harus berkreasi membuat program kerja yang berbeda tetapi trend di kalangan mahasiswa. Dan perlu diketahui, motivasi mahasiswa dalam ber-IMM itu bermacam-macam. Ada yang serius ber-IMM karena menjadikannya sebagai salah satu tahapan anak tangga yang harus dilalui untuk menuju tahapan berikutnya, ada yang ber-IMM untuk mengasah skill atau keterampilan, serta ada pula hanay sebagai selingan kegiatan,” papar Mustaqim. (win)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama