Pedagang Asongan Tidur di Lantai Kampus


TERTIDUR. Seorang bocah laki-laki berusia belasan tahun tampak tertidur di samping jualannya berupa manisan mangga, di lantai teras depan pintu lantai satu Kampus FakuFaku Kedokteran Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Jl Sultan Alauddin 259, Makassar, Senin siang, 30 April 2018. (Foto: Asnawin Aminuddin)


--------

PEDOMAN KARYA
Senin, 30 April 2018


Pedagang Asongan Tidur di Lantai Kampus


Senin siang (30 April 2018), saya menghadiri acara Kuliah Tamu yang diadakan oleh Program Pascasarjana (PPs) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, di Aula Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar.
Kuliah tamu menghadirkan Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Prof Jasruddin Malago, yang membahas “Pengembangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4,0”. Turut hadir, Wakil Rektor 1 Unismuh Dr Abdul Rahim Nanda, Direktur PPs Unismuh Prof Ide Said, Asdir II PPs Unismuh Dr H Muhlis Madani, serta puluhan dosen dan ratusan mahasiswa Unismuh Makassar.
Setelah mendengarkan pemaparan Prof Jasruddin, saya langsung keluar ruangan karena ingin segera ke masjid untuk shalat ashar. Saat keluar dari pintu kaca Kantor Fakultas Kedokteran, pandangan saya langsung tertuju ke teras lantai satu Kantor Fakultas Kedokteran.
Di lantai tersebut, tampak seorang bocah berpakaian agak lusuh bercelana pendek tengah tertidur pulas. Di sampingnya, tergeletak jualannya berupa manisan mangga. Anak itu adalah seorang pedagang asongan.
Saya memerhatikannya sejenak dan naluri kewartawanan saya langsung memerintah saya agar segera mengabadikan gambar tersebut untuk dibagian di media massa.
Pemandangan seperti ini mungkin termasuk pemandangan biasa, tetapi sebenarnya banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari sini, antara lain bahwa ada bocah yang berjuang mengarungi kehidupannya dengan menjadi pedagang asongan. Menjajakan jualannya di sebuah kampus demi melanjutkan hidupnya dan demi masa depannya.
Boleh jadi, bocah ini adalah keluarga kita. Boleh jadi, ada di antara anggota keluarga kita yang kondisi ekonominya berada di bawah garis kemiskinan dan anaknya terpaksa menjadi pedagang asongan seperti bocah ini.
Boleh jadi, kondisi ekonomi kita lebih baik disbanding kondisi ekonomi keluarga bocah pedagang asongan ini, tetapi belum tentu ibadah dan rasa syukur kita lebih baik dibanding bocah ini bersama keluarganya.
Ya Allah, ampunilah kami yang kadang lupa mengucapkan syukur atas segala rahmat dan nikmat yang engkau berikan. Ampunilah kami yang kadang lupa atau malas melaksanakan shalat lima waktu pada kesempatan pertama. Ampunilah kami yang kadang enggan belajar tentang agamamu, dan tidak setiap hari membaca firman-Mu melalui Al-qur’an karim. Ampunilah kami yang lebih banyak bercanda dan bergembira dibanding menyendiri di malam hari untuk bermunajat di hadapan-Mu. Ampunilah kami ya Allah, ampunilah kami.
Ya Allah, angkatlah derajat bocah pedagang asongan itu dan keluarganya. Berikanlah kepada mereka pengetahuan dan kemampuan untuk mengubah kondisi ekonominya sehingga menjadi lebih baik. (asnawin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama