Kalau Mauki’ Disebut Negarawan, Pergimaki' Saja Makan Sate


“Itumi kubilang tadi, kalau mauki’ disebut negarawan, pergimaki’ saja makan sate,” kata Daeng Tompo’sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (int)






-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 17 Juli 2019


Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:


Kalau Mauki’ Disebut Negarawan, Pergimaki' Saja Makan Sate



“Kalau mauki’ disebut negarawan, pergimaki’ saja makan sate,” ujar Daeng Tompo’ sambil tersenyum kepada Daeng Nappa’ saat ngopi sore di warkop terminal.

“Ah, sambarang tong itu kita’,” kata Daeng Nappa’.

“Pernah terjadi seperti itu,” kata Daeng Tompo’.

“Dimana? Kenapa bisa? Bagaimana ceritanya?” tanya Daeng Nappa’ penasaran.

“Pernah terjadi dii sebuah negara, seorang jenderal maju sebagai calon presiden. Dia duel dengan presiden petahana,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus,” potong Daeng Nappa’.

“Para pendukung presiden petahana kemudian berusaha menjelek-jelekkan sang jenderal dengan bermacam-macam tuduhan. Nabilangimi jenderal pengkhianat, jenderal pelanggar HAM, dan macam-macam lagi nabilang untuk membuat sang jenderal rusak reputasinya,” kata Daeng Tompo’.

“Terus,” potong Daeng Nappa’.

“Tapi rakyat di negara itu umumnya mendukung sang jenderal, karena presiden petahana dianggap gagal dan mereka merindukan perubahan dengan naiknya sang jenderal sebagai presiden,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus,” potong Daeng Nappa’.

“Rakyat mengadakan pertemuan terbuka yang dihadiri jutaan orang untuk memberi dan menyatakan dukungannya kepada sang jenderal,” tutur Daeng Tompo'.

“Terus,” potong Daeng Nappa’.

“Singkat cerita, pemilihan presiden dilangsungkan dan ternyata sang jenderal menang,” tutur Daeng Tompo’.

“Jadi kalahki itu presiden petahanayya?,” tanya Daeng Nappa’.

“Sebenarnya begitu, tapi presiden petahana dan tim suksesnya melakukan berbagai macam manuver dan simsalabim, komisi pemilihan umum kemudian mengumumkan bahwa presiden petahana yang menang,” tutur Daeng Tompo’.

“Jadi tidak protesji sang jenderal dan para pendukungna?” tanya Daeng Nappa'.

“Bukan lagi protes, malah menggugatki ke mahkamah konstitusi,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi diterimaji gugatannya?” tanya Daeng Nappa’.

“Gugatanna diterimaji, tapi mahkamah konstitusi tetap memenangkan presiden petahana,” kata Daeng Tompo’.

“Terus dimana hubunganna dengan makan sate?” tanya Daeng Nappa’.

“Meskipun sudah dimenangkan oleh komisi pemilihan umum dan mahkamah konstitusi, presiden petahana tetap belum enak narasa,” kata Daeng Tompo’.

“Kenapa bisa?” tanya Daeng Nappa’.

“Karena masyarakat tetap tidak bisa menerima kemenanganna presiden petahana dan malah menganggap sang jenderal sebagai presiden pilihan rakyat,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi?” potong Daeng Nappa’.

“Jadi presiden petahana berusaha supaya sang jenderal mau ketemu sama dia, tapi para pendukung sang jenderal tidak ikhlas kalau sang jenderal menerima ajakan presiden petahana untuk bertemu, apalagi kalau sampai sang jenderal memberikan ucapan selamat,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi tidak ketemu betulangi?” tanya Daeng Nappa’.

“Itumi yang bikin kaget semua orang, karena tiba-tiba presiden petahana bertemu sang jenderal naik kereta bersama dan pergi makan sate. Tidak ada penjelasan mengenai pertemuan mereka, jadi macam-macammi komentarna orang,” kata Daeng Tompo’.

“Terus dimana hubunganna makan sate dengan negarawan?” tanya Daeng Nappa’.

“Itumi momen yang namanfaatkan pendukungna presiden petahana, kalau dulu nabilangi sang jenderal sebagai jenderal pengkhianat, jenderal pelanggar HAM, dan lain-lain, sekarang langsungmi bilang sang jenderal memang negarawan,” kata Daeng Tompo’.

“Oh, begitu,” gumam Daeng Nappa’.

“Itumi kubilang tadi, kalau mauki’ disebut negarawan, pergimaki’ saja makan sate,” kata Daeng Tompo’sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)

Rabu, 17 Julii 2019

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama