Lockdown Abadi



Banyak yang takut wilayah tempat tinggalnya diberi status lockdown atau dikunci dalam arti warga dalam lokasi tidak boleh keluar dan orang dari luar tidak boleh masuk. Lockdown diberlakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang sementara mewabah.
 




---------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 02 April 2020


Lockdown Abadi


Oleh: Muhajir Ganie

Banyak yang takut wilayah tempat tinggalnya diberi status lockdown atau dikunci dalam arti warga dalam lokasi tidak boleh keluar dan orang dari luar tidak boleh masuk. Lockdown diberlakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang sementara mewabah.

Tapi sadarkah kita, bahwa ada lockdown alamiah yang pasti akan kita alami. Lockdown itu adalah kematian yang tak satu pun orang dapat menghindarinya. Kullu nafsin saaikatul maut, tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.

Saat maut datang, maka kita akan mengalami proses menuju alam kubur. Jika waktu itu tiba, maka terputuslah seluruh amal manusia, kecuali tiga perkara. Amal akan tetap mengalir dari tiga hal, yakni ilmu yang bermanfaat, sadaqah jariyah, dan do’a anak yang saleh.

Maka saat yang baik ketika hidup di dunia adalah dekat dengan keluarga dan banyak memberikan bimbingan dan nasehat, agar kelak do’a-do’a mereka menjadi tambahan pemberat amal kebaikan kita. Memberi sebagian reski kepada yang berhak serta memberikan informasi yang baik kepada orang lain sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat.

Kebaikan-kebaikan tersebut adalah bekal untuk menjalani lockdown abadi hingga kelak kita dikumpulkan di Padang Mahsyar. Di tempat yang luas ini, tidak ada sekat sosial antara manusia yang satu dengan yang lain. Tidak ada level dan strata sosial sebagaimana hasil rekayasa manusia di dunia.

Jika di dunia, seseorang kadang menjadi majikan dari sebagian yang lain, maka di Padang Mahsyar, status itu menjadi hilang. Bahkan manusia sekaliber Fir’aun yang pernah amat berkuasa di Mesir hingga mencap dirinya sebagai tuhan, akan mengalami kehinaan yang tiada taranya.

Uniknya, di Padang Mahsyar, orang yang saat di dunia dihinakan sebagaimana Bilal bin Rabah, manusia berkulit legam yang begitu dihinakan oleh Bangsawan Quraisy, justru menjadi amat mulia di sisi Allah (sebagaimana sabda Rasulullah SAW tentang Bilal yang suara terompahnya terdengar berjalan di surga).

Jika demikian adanya, kenapa saat hidup di dunia, banyak manusia dengan sombongnya dan jumawanya menghina dan merendahkan makhluk Allah SWT yang lain?

Jika wabah Covid-19 atau virus corona yang berukuran sangat kecil hingga tak terlihat mata saja, manusia seolah tak berdaya, lalu mengapa masih banyak manusia merasa berkuasa mutlak atas diri sesamanya?

Sepanjang waktu mempertontonkan ibadah sebagai simbol penghambaan kepada Allah, tetapi di sisi lain, secara sosial mempertontonkan sikap arogansi yang begitu over.

Astagfirullaaah al adziiem, semoga Allah SWT menghilangkan kekotoran jiwa kita, memurnikan batin kita, sehingga sikap sewenang-wenang, takabur, tidak amanah, zalim, iri, dengki, dan segala penyakit hati lainnya jauh dari diri kita.

Wahai Covid-19 tuntaskan tugasmu. Ya Allah, izinkan hambamu yang doif ini bersimpuh di hadapan-Mu.

Bulukumba, penghujung Maret 2020.

------
Penulis, Muhajir Ganie, adalah mantan wartawan Harian Ujungpandang Ekspres, sekarang menjabat Kepala Seksi Advokasi dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bulukumba.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama