------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 16 Januari
2021
Kisah Percintaan
Datu Museng dan Maipa Deapati
Kisah percintaan
Datu Museng dan Maipa Deapati sangat legendaris pada sekitar tahun 1970-an di
Makassar. Kisah ini menjadi legendar selain karena kisahnya memang sangat
menarik dan berulang-ulang dikisahkan oleh para pemain sinrili pada berbagai
acara di Makassar, bahkan pernah dijadikan cerita bersambung di Radio Republik
Indonesia (RRI) Makassar.
“Masyarakat sangat
senang mendengarkan kisah cinta Datu Museng dan Maipa Deapati waktu itu, baik
pada acara-acara adat yang diceritakan oleh pemain sinrili, maupun yang
diceritakan oleh pemain sinrili melalui radio,” tutur Verdy R Baso (84 tahun),
penulis pertama buku Datu Museng dan Maipa Deapati, kepada wartawan Pedoman
Karya, Asnawin Aminuddin, di kediamannya di Perumnas Tamalate, Makassar,
Selasa, 12 Januari 2021.
Sekadar informasi,
sinrili (orang Makassar menyebutnya sinrili’ atau sinriliq) adalah tradisi
lisan yang berasal dari Kerajaan Gowa, di Sulawesi Selatan, yang berisi cerita
kepahlawanan, keagamaan, dan percintaan, yang dibawakan oleh seorang pemain
sinrili atau penyinrili (pasinrilik) dengan diiringi musik instrumental, dengan
gesekan keso-keso (rebab).
Biasanya pemain
sinrili atau penyinrili hanya satu orang. Dia yang menuturkan kisah dan dia
pula yang bermain musik dengan alat musik semacam biola, atau kecapi. Alat
musik ini ada yang digesek, ada pula yang dipetik.
Oleh masyarakat
suku Bugis, sinrili dikenal dengan sebutan akkacaping atau kacaping. Sinrili
terbagi dua kategori, yaitu sinrili bosi timurung dan sinrili pakesok-kesok.
Sinrili bosi
timurung (hujan turun) adalah sinrili yang dilantunkan pada saat keadaan sepi
dan orang-orang sedang tertidur lelap.
Sinrili bosi
timurung tidak diiringi oleh alat musik apapun, dan dilantunkan dengan narasi
yang pendek-pendek berisi kesedihan atau curahan hati dari penggubahnya,
seperti kecintaan pada seorang gadis, kerinduan pada kekasih, serta rasa kecewa
akan jerih payah yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Sinrili kategori
kedua yaitu sinrili pakesok-kesok, yaitu pertunjukan sinrili yang diiringi
alunan alat musik berupa kesok-kesok (biola) atau kecapi. (Wikipedia.org)
Sinrili dimainkan
siang atau pada malam hari sesudah shalat isya di anjungan rumah atau di tempat
terbuka pada waktu-waktu tertentu, antara lain pada acara pesta perkawinan,
acara syukuran, dan pesta panen. (KBBI Daring Kemdikbud RI)
Dari kisah yang
diceritakan oleh para pemain sinrili itulah, Verdy R Baso menulis ulang kisah
cinta Datu Museng dan Maipa Deapati secara bersambung di Surat Kabar Harian Pedoman
Rakyat.
“Saya tulis ulang
kisahnya dan dimuat secara bersambung di Harian Pedoman Rakyat. Pembaca Pedoman
Rakyat waktu itu selalu menunggu kelanjutan kisahnya sampai kisah ini
berakhir,” kata Verdy.
Kisah yang dimuat
secara bersambung di Harian Pedoman Rakyat itu kemudian dibukukan, dan
dengan demikian Verdy Rahman Baso menjadi penulis buku pertama Kisah Datu
Museng dan Maipa Deapati.
Verdy Rahman Baso
yang puluhan tahun menjadi wartawan Harian Pedoman Rakyat menjelaskan,
kisah cinta Datu Museng dan Maipa Deapati menceritakan kisah percintaan antara
Datu Museng yang merupakan putra bangsawan Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan, dengan
Maipa Deapati yang merupakan putri bangsawan Kerajaan Sumbawa di Nusa Tenggara
Barat (NTB).
Kisah cinta
keduanya berawal ketika Adearangeng (kakek dari Datu Museng), melarikan diri
bersama cucunya, Datu Museng, menyeberangi lautan nan luas menuju ke negeri
Sumbawa.
Adearangeng
melarikan diri karena terjadi politik adu domba yang dilancarkan oleh penjajah Belanda
di tanah Gowa, yang membuat bumi Gowa bergejolak dan tidak kondusif lagi untuk
dijadikan tempat tinggal yang aman.
Di Pulau Sumbawa
itulah akhirnya Datu Museng tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan bertemu
dengan Maipa Deapati di sebuah rumah pengajian bernama Bale Mampewa.
Akhirnya tumbuh
benih cinta di hati Datu Museng sejak pertama kali melihat sosok Maipa Deapati
yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu Museng kepada Maipa Deapati
menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa Deapati telah ditunangkan
dengan seorang pangeran dari Selaparang Lombok bernama Pangeran Mangalasa.
Kisah percintaan
Datu Museng dan Maipa Deapati ini akan kami muat secara bersambung di website
www.pedomankarya.co.id, atas seizin Verdy R Baso, yang menyerahkan naskah
ketikannya yang sudah diedit kepada Asnawin Aminuddin.
“Silakan dimuat,” kata Verdy. (kia)
