Pesta yang Dihadiri Pejabat Bolehji Tanpa Protokol Kesehatan

“Masalah kedua, banyak pesta pernikahan dan kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa lainnya yang dibiarkanji, tidak dipermasalahkanji, apalagi kalau pesta perkawinan dihadiri pejabat tinggi, atau kerumunan massa itu timbul karena pejabat tinggi berkunjung ke daerah,” kata Daeng Tompo’. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)




----

PEDOMAN KARYA

Senin, 05 April 2021

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

 

Pesta yang Dihadiri Pejabat Bolehji Tanpa Protokol Kesehatan

 

 

“Pernah terjadi wabah virus corona di sebuah negara dan pemerintah setempat mengeluarkan aturan protokol kesehatan disingkat Prokes,” ungkap Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi pagi menjelang siang di warkop terminal.

“Apa dan bagaimana itu protokol kesehatan?” tanya Daeng Nappa’.

“Protokol kesehatannya ada tiga, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, termasuk pada acara-acara pesta,” jelas Daeng Tompo’.

“Terus apa yang mau kita’ ceritakan?” tanya Daeng Nappa’.

“Yang mau saya ceritakan, pernah ada ulama mengadakan pesta pernikahan anaknya,” tutur Daeng Tompo’.

“Terus,” potong Daeng Nappa’.

“Acara pestanya dihadiri banyak orang, termasuk para jamaahnya yang datang meskipun tidak diundang, karena ulama itu seorang ulama kharismatik,” lanjut Daeng Tompo.

“Terus,” potong Daeng Nappa’ lagi.

“Tiba-tiba banyak petugas keamanan datang membubarkan acara pesta itu karena dianggap melanggar protokol kesehatan. Ulama kharismatik itu kemudian didenda pulahan juta,” lanjut Daeng Tompo’.

“Terus,” potong Daeng Nappa’ lagi.

“Bukan cuma didenda, polisi juga menangkap ulama itu dan dijadikan tersangka. Beberapa bulan kemudian ulama kharismatik itu diadili di pengadilan dan dijerat pasal berlapis” timpal Daeng Tompo’.

“Hebatnya itu. Hanya gara-gara dianggap melanggar protokol kesehatan, padahal sudahmi lagi membayar denda, terus ditangkap, ditahan, dan diadili dengan jeratan pasal berlapis?” kata Daeng Nappa’ dengan nada tanya.

“Itu masalah pertama,” kata Daeng Tompo’.

“Apa masalah kedua?” tanya Daeng Nappa’.

“Masalah kedua, banyak pesta pernikahan dan kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa lainnya yang dibiarkanji, tidak dipermasalahkanji, apalagi kalau pesta perkawinan dihadiri pejabat tinggi, atau kerumunan massa itu timbul karena pejabat tinggi berkunjung ke daerah,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi maksudnya, pesta yang dihadiri pejabat bolehji tanpa protokol kesehatan?” tanya Daeng Nappa’ dengan mimik serius.

“Sangat boleh, apalagi kalau pejabatnya itu pejabat tinggi,” jawab Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Tidak adil itu kaue,” kata Daeng Nappa’ masih dengan wajah serius.

“Tapi itu terjadi di negara sana, bukanji di negara ta’,” kata daeng Tompo’ masih sambil tersenyum, sementara Daeng Nappa’ langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. (asnawin)

 

Senin, 05 April 2021

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama