Kepengurusan Muhammadiyah Sulsel Diperpanjang, Program Kerja Harus Ditambah

TAMBAH PROGRAM. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Prof Ambo Asse (duduk di depan ketiga dari kanan) memimpin Rapat Evaluasi Program Majelis dan Lembaga PWM Sulsel, di Pusdiklat Unismuh Makassar Bollangi Gowa, Sabtu, 12 Juni 2021. (ist)





----------

Ahad, 13 Juni 2021

 

 

Kepengurusan Muhammadiyah Sulsel Diperpanjang, Program Kerja Harus Ditambah

 

 

GOWA, (PEDOMAN KARYA). Kepengurusan Muhammadiyah, termasuk kepengurusan Muhammadiyah Sulsel diperpanjang hingga tahun 2022, padahal periodenya sebenarnya sudah berakhir pada akhir 2020. Perpanjangan kepengurusan tersebut terkait dengan adanya Pandemi Covid-19.

Sehubungan dengan perpanjangan kepengurusan tersebut, maka pengurus Muhammadiyah Pusat, Muhammadiyah Wilayah, dan kepengurusan Muhammadiyah tingkat daerah, cabang, dan ranting, harus menambah program kerja atau menyelesaikan program kerja yang belum terlaksana.

“Kita ketahui, karena adanya pandemi Covid-19, periode kepengurusan Muhammadiyah diperpanjang. Periodenya menjadi 2022. Otomatis karena periodenya diperpanjang, kita harus menambah kegiatan, menambah program. Kalau masih ada majelis belum jalan programnya, tidak usah ditambah, yang belum dilaksanakan saja diselesaikan,” kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Prof Ambo Asse.

Hal tersebut ia sampaikan pada Rapat Evaluasi Program Majelis dan Lembaga PWM Sulsel, di Pusdiklat Unismuh Makassar Bollangi Gowa, Sabtu, 12 Juni 2021. Rapat tersebut mengevaluasi kiprak persyarikatan Muhammadiyah Sulsel dalam periode tahun 2016-2021.

Ambo Asse mengatakan, pada periode 2016-2021, terdapat sejumlah perkembangan, antara lain terkait pondok pesantren dan Muhammadiiyah Boarding School (MBS), baik segi jumlah lembaga, maupun jumlah siswa atau santrinya.

“Sebelumnya pondok pesantren binaan Muhammadiyah Sulsel hanya ada 12 buah, tapi sekarang sudah 26 pesantren, termasuk MBS. Di Palopo, alhamdulillah, MBS Palopo baru tahun kedua berdiri tapi sudah menolak santri, artinya jumlah pendaftar sudah lebih banyak dibanding kuota yang tersedia,” kata Ambo Asse yang juga menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

 

Laporan Majelis dan Lembaga

 

Laporan membahagiakan terungkap ketika ketua atau sekretaris majelis-lembaga  melaporkan perkembangan kinerjanya. Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PWM Sulsel, KH Jalaluddin Sanusi memaparkan bahwa majelis yang ia pimpin berhasil meraih Tarjih Award dari MTT PP Muhammadiyah.

“Alhamdulillah, Majelis Tarjih Sulsel menjadi salah satu dari lima majelis tarjih terbaik nasional. Hanya dua yang berasal dari luar Jawa, pertama Sulsel, kedua Sumatera Selatan,” ungkap Kiai Jalal, sapaan akrab KH Jalaluddin Sanusi.

Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sadaqah Muhammadiyah (LazisMu) Sulsel juga ikut menorehkan capaian membanggakan. Ketua Badan Pengurus Lazismu Sulsel, Dr Alimuddin membeberkan, pasca-diaudit, Lazismu Sulsel memperoleh predikat “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Terakreditasi A Tahun 2020.”

“Alhamdulillah, PP Muhammadiyah, setelah melakukan pemeringkatan terkait pengelolaan terbaik, LazisMu sulsel berhasil meraih peringkat ke-4, alhamdulillah,” ungkap Alimuddin.

Dari 20 majelis dan lembaga, terdapat dua majelis dan satu lembaga yang tidak hadir memberikan laporan, yaitu Majelis Lingkungan Hidup, Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, serta Lembaga Dakwah Khusus.

Ini berarti, ada 17 majelis-lembaga yang melaporkan perkembangan dan kinerjanya. Dari 17 laporan, sebagian besar memberikan laporan capaian kinerja yang positif. Atas ini, Ketua PW Muhammadiyah Sulsel menyampaikan kesyukurannya.

Ambo Asse mengapresiasi kinerja seluruh majelis dan lembaga ini. Ia berharap, dalam waktu setahun yang tersisa ini, program yang belum terlaksana bisa diupayakan untuk dijalankan segera.

“Bagi yang sudah habis programnya, seperti Majelis Tarjih, ya, tinggal terus sosialisasikan putusan-putusan Majelis Tarjih, hasil seminar, dan Munas,” kata Ambo Asse. (win)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama