Biasakan Mengidentifikasi dan Berpikir Kritis Tentang Pandemi Covid-19

Biasakan mengidentifikasi dan berpikir kritis - apakah sumbernya kredibel verifikasi dan lakukan kroscek materi melalui berbagai sumber. Waspada namun tidak perlu panik.

Peran media massa sebagai kontrol sosial juga seharusnya berjalan agar Infodemik dapat diredam. Media harus menyajikan informasi yang netral dan terpercaya serta tidak membuat massa atau masyarakat menjadi panik.


 


-------

PEDOMAN KARYA

Rabu, 04 Agustus 2021

 

Merawat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19 (5-habis):

 

 

Biasakan Mengidentifikasi dan Berpikir Kritis Tentang Pandemi Covid-19

 

 

Oleh: Syaharuddin Saleh

(Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Makassar)


Dalam penanganannya pemerintah serius dan sigap, bukan sekadar masalah pada virusnya saja, tetapi juga terkait dengan persoalan komunikasi dan informasi yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam pemberitaan di media sosial (medsos) yang bersifat hoaks atau berita bohong yang dapat menimbulkan kegelisahan dan ketakutan di masyarakat luas.

Pemerintah juga membuat protokol komunikasi publik, yang tugasnya memberikan informasi-informasi penting dan strategis dalam pencegahan dan penanganan, di antaranya yang berkaitan dengan keberadaan Rumah Sakit (RS) Rujukan yang saat ini berjumlah 132 RS, yang dilengkapi dengan ruang isolasi, tenaga medis dan non medis, serta laboratorium dalam memberikan layanan kepada masyarakat yang terjangkit Covid-19.

Kondisi saat ini masyarakat justru butuh kewarasan berpikir karena kabar buruk terus melanda. Angka korban Covid-19 yang sebelumnya terlihat sebagai angka statistik kini menjadi lebih nyata dan relevan karena yang wafat kini adalah orang-orang terdekat.

Perasaan gelisah dan takut ditambah ketidaktahuan harus melakukan apa dan dengan cara apa, diperparah dengan asupan informasi salah dan negatif yang membeludak. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan harus dilawan dengan fakta yang benar dan positif.

Berita yang salah dan negatif kalau bertubi-tubi datang tanpa dikoreksi, maka akan dianggap masyarakat sebagai kebenaran. Padahal kecemasan dan kekhawatiran masyarakat harus dikelola agar imunitas tidak turun.

Peran para praktisi kehumasan atau PR sangat penting untuk membantu agar penyebaran informasi hoax terkait isu Covid-19 bisa terhenti dengan memahami dan memverifikasi sumber, dan kemudian memberikan klarifikasi lewat medium yang diakses masyarakat. Selain itu, memberikan literasi media agar masyarakat bisa memilah dan menvalidasi informasi agar tidak terbawa arus propaganda hoax.

Beberapa poin yang bisa dipertimbangkan misalnya, mencari sumber yang dapat dipercaya, menghindari berita dengan sumber tunggal dan melakukan kroscek ke sumber terkait atau media-media nasional yang terpercaya.

Biasakan mengidentifikasi dan berpikir kritis - apakah sumbernya kredibel verifikasi dan lakukan kroscek materi melalui berbagai sumber. Waspada namun tidak perlu panik.

Peran media massa sebagai kontrol sosial juga seharusnya berjalan agar Infodemik dapat diredam. Media harus menyajikan informasi yang netral dan terpercaya serta tidak membuat massa atau masyarakat menjadi panik.

Pemerintah dinilai masih memiliki persoalan dalam strategi komunikasi terkait virus corona. Permodelan kasus oleh Badan Intelejen Negara (BIN), ketidakjelasan klaster penularan pasien, hingga terbatasnya informasi penanganan korban adalah sejumlah contohnya.

 

Blunder Pemerintah

 

Selama menghadapi pandemi pemerintah melakukan sejumlah blunder atau kekeliruan komunikasi. Dalam kurun waktu 1 Januari hingga 5 April 2020, LP3ES mencatat ada 37 pernyataan blunder pemerintah terkait virus corona.

Beberapa contoh blunder komunikasi itu misalnya Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang menyebut virus corona menyingkir dari Indonesia karena doa qunut. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga sempat mengatakan bahwa virus ini tidak masuk ke Indonesia karena perizinannya susah.

Bentuk klarifikasi dan status keberadaan pandemi Covid-19 di Indonesia memang dinanti oleh publik. Hal ini dipandang penting, sebagai bentuk kekhawatiran publik terhadap ganasnya pandemi tersebut.

Wajar, karena publik sudah terlanjur terkonstruksi ganasnya wabah lebih dahulu dari media, apapun jenis medianya, tak peduli publik mendapatkan informasi dari media arus utama atau media sosial.

Terkonstruksi melalui video viral, bergelimangan para pasien dan korban Covid-19, hingga menjadi Wuhan sebagai kota mati saat itu. Meskipun demikian, tertanam kabar, bahwa hanya Indonesia yang tidak terpapar pandemi, dengan dalih bahwa Indonesia memiliki suhu yang relatif panas.

Semua pernyataan itu, kini tengah diuji publik. Kajian Humas, menyebut bahwa para pemimpin di dunia pemerintahan adalah praktisi humas. Artinya, mereka harus mampu menjaga reputasi, dan menyeimbangan kualitas komunikasi antara instansi pemerintah dengan publik. Realitas menunjukkan, apa yang telah mereka katakan, tidaklah sebanding dengan kondisi saat ini.

Meskipun, saat ini, pemerintah pusat telah menunjuk Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19. Namun, hal itu belum menjadi jaminan. Jika cara dan apa yang disampaikan juga tidak menunjukkan mutu komunikasi terhadap publik.

Jika salah dalam menyusun pernyataan, apalagi jika pernyataan mengandung ambiguitas, bukan tidak mungkin, jika sesaat akan menimbulkan polemik. Saat ini, dunia sedang dilanda Covid-19. Khususnya Indonesia, banyak masyarakat yang mengalami disinformasi dan menerima hoax. Hal tersebut berpengaruh dalam pergeseran PR.

Disini PR berperan untuk mengurangi kebingungan publik melalui informasi positif yang terpercaya. Pemilihan konten memalui pemilihan saluran adalah salah satu langkah dalam mengurangi kepanikan masyarakat.

PR atau Publik Relation saling berkoordinasi dengan media dan bidang lainnya untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, pentingnya protokol kesehatan yang terhindar dari bahaya hoax.

Bagaimana PR beradaptasi yang akan datang atau bagaimanakah peran PR di masa pandemi ini?

Dengan pemilihan tema ini, harapannya agar mahasiswa dan masyarakat luas dapat mengetahui bagaimana caranya seorang PR berperan dalam menyesuaikan dengan pergeseran PR.

Pada dasarnya konsep PR terbagi menjadi dua. Pertama, PR adalah bagian dari strategi manajemen untuk mengelola opini publik agar tetap positif tentang perusahaan/lembaga. Kedua, publik adalah mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti investor, konsumen, masyarakat sekitar, karyawan, pemerintah dll.

 

Sumbang Saran

 

Penulis menyimpulkan setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan Komunikasi Publik Masa Krisis COVID-19.

Pertama, yang harus dilakukan adalah pengelolaan dan penataan ulang pusat informasi dan pusat data virus corona oleh agensi pemerintah. Pusat informasi ini dapat dipusatkan di BNPB atau Kementerian Kesehatan.

Kemudian yang kedua, data yang disediakan itu mulai diklasifikasikan, terutama yang paling penting untuk publik. Bagaimana informasi bisa digunakan untuk memenuhi survival instinct dari publik tersebut. Jadi, data individual pasien, sebarannya, kemudian klasternya dan seterusnya itu lebih spesifik.

Langkah ketiga adalah pengolahan data menjadi informasi dan berlanjut sebagai narasi. Yang terbagi menjadi narasi pokok dan narasi spesifik. Narasi pokok ditujukan untuk seluruh masyarakat, sedangkan narasi spesifik khusus ditujukan untuk komunitas-komunitas tertentu.

Penulis juga menilai tantangan pemerintah saat ini adalah membuat informasi yang lebih terkoordinasi. Ada pekerjaan rumah yang luar biasa, yaitu untuk membentuk suatu sistem yang lebih terkoordinasi, tersentralisasi. Karena kita meyakini, dalam suasana pandemik ini tidak banyak pilihan.

 

Jangan Sebarkan Konten Hoax

 

Kita harus lebih ada integrasi pesan, sedangkan terkait isu penyebaran hoax, penulis punya kiat tersendiri dalam menjaga kenyamanan masyarakat. Terkait maraknya hoax virus tersebut, ada beberapa hal yang perlu mahasiswa lakukan.

Pertama ialah bijak dalam memanfaatkan internet. Gunakanlah internet secukupnya saja. Melihat begaimana media sosial saat ini menjadi ladang subur tumbuhnya hoax, maka untuk mencegah peluang besar kita terpengaruh sebaiknya membatasinya dengan kegiatan yang lebih positif, seperti membaca buku dan sebagainya.

Kedua adalah membudayakan membaca yang baik dan benar. Agar mendapatkan inti sari dari sebuah berita, kita dituntut teliti memahami keseluruhan teks tersebut. Maka jangan membaca hanya sepenggal tetapi secara utuh mulai dari judul sampai kalimat akhir, supaya tidak mudah terpedaya oleh judul-judul berita yang isinya bisa jadi merupakan profokasi.

Ketiga ialah jangan menyebarluaskan konten hoax. Jangan mudah tergoda untuk membagikan tautan. Saat ini ada pemerintah telah mengeluarkan UU ITE pasal 28 ayat 1 yang bisa menjerat siapa saja yang ikut menyebar luaskan konten hoax.

Jika kita telusuri lebih mendalam terhadap penanganan pandemi Covid sebenarnya sudah termasuk pada langkah yang nyata dan sudah terpenuhi segala hal perlakuannya. Dimana di semua sector, keterlibatan pemerintah begitu serius memberikan perhatian dan penanganan, sehingga semakin hari upaya itu terlihat semakin sungguh-sungguh.

Terutama dalam hal penanggulangan, hampir semua unsur dan komponen dalam tubuh pemerintahan, semuanya terlibat tanpa terkecuali, mulai dari keterlibatan presiden sendiri lalu ditopang oleh para pembantunya di kabinet, termasuk adanya orang khusus yang ditugaskan untuk menangani secara langsung persoalan penanganan pandemi Covid – 19 ini.

Dilanjutkan di tingkat gubernur, bupati, walikota sampai kepada level yang paling bawah semuanya tampak serius dan penuh perhatian dalam menangani segala persoalan yang bisa saja terjadi akibat pandemic ini.

Begitu juga halnya terhadap semua jenjang aparat mulai dari polisi, tentara termasuk satpol yang terus berjuang menjaga dan mengawal ketat protokol kesehatan telah gencar dilaksanakan di semua wilayah tanah air ini tanpa terkecuali dari keramaiaan dan padatnya ibukota dan kota-kota besar lainnya, sampai ke penjuru pelosok desa yang terpencil.

Semuanya tidak terlepas dengan adanya aturan untuk secara terus menerus menaati protokol kesehatan dengan suatu harapan semoga penularan virus corona dapat teratasi dengan berupaya memutus mata rantai peredarannya di semua lapisan masyarakat.

Terlebih lagi untuk memperhatikan keseriusan kerja para tenaga kesahatan yang terus menerus bekerja tanpa mengenal lelah baik itu sebagai dokter, perawat atau tenaga sukarelawan yang secara ikhlas menggunakan tenaga, waktu dan pikirannya untuk terus mengawal dan merawat anak bangsa ini dari ganasnya wabah virus, yang terus melanda tanpa tahu entah kapan semuanya akan berakhir.

Para pejuang kesehatan inilah yang terus menerus berupaya melawan dan menghadapi Covid 19 ini pada garda terdepan.

Penulis sangat berharap kiranya semua elemen bangsa saling bahu membahu untuk satu tujuan mulia melakukannya dalam kebersamaan menjaga, mengawasi, merawat,sesama anak bangsa dalam misi kemanusian, sehingga kita senantiasa merasa terpanggil guna mempersembahkan segala jerih payah kita untuk datangnya kesembuhan dari suatu wabah yang telah membawa penderitaan yang berkepanjangan dalam tatanan berbangsa dan bernegara.

Dan semua jiwa yang bermukim di atas bumi tentu punya hasrat dan keinginan yang sama yaitu terlepas dari semua ancaman virus Covid 19.


------

Artikel sebelumnya:

Artikel Bagian 4: Geliat Mahasiswa dalam Menangkal Penyebaran Hoax

Artikel Bagian 3: Perjuangan Pahlawan Covid di Garda Terdepan

Artikel Bagian 2: Pemerintah Masih Mempunyai Sederet PR dalam Penanganan Covid-19 

Artikel Bagian 1: Merawat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19   

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama