KH Nasruddin Razak, Penulis dan Aktivis HMI, Lalu Terpilih Ketua Muhammadiyah Sulsel

KH Nasruddin Razak di masa mudanya, saat masih kuliah, dan setelah menjadi dosen di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (dosen Pendidikan Agama Islam, tahun 1967-1976), cukup aktif menulis di media massa.

“Saya cukup rutin menulis di media massa ketika masih mengajar di (Undip) Semarang,” ungkap KH Nasruddin Razak dalam bincang-bincang dengan penulis sekitar pertengahan tahun 1990-an di Makassar. (int)


 


-------

PEDOMAN KARYA

06 Agustus 2021

 

In Memoriam

 

 

KH Nasruddin Razak, Penulis dan Aktivis HMI, Lalu Terpilih Ketua Muhammadiyah Sulsel

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel)

 

KH Nasruddin Razak di masa mudanya, saat masih kuliah, dan setelah menjadi dosen di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (dosen Pendidikan Agama Islam, tahun 1967-1976), cukup aktif menulis di media massa.

“Saya cukup rutin menulis di media massa ketika masih mengajar di (Undip) Semarang,” ungkap KH Nasruddin Razak dalam bincang-bincang dengan penulis sekitar pertengahan tahun 1990-an di Makassar.

Saat berbincang-bincang dengan penulis, KH Nasruddin Razak berbicara dalam kapasitasnya sebagai pengurus Muhammadiyah Sulsel dan juga dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, sedangkan penulis adalah wartawan harian Pedoman Rakyat dan juga kader Muhammadiyah.

Nasruddin Razak menulis hal-hal yang dapat dikaitkan dengan agama, mulai soal ibadah dan kehidupan sehari-hari, maupun yang berkaitan dengan politik.

Bukan hanya menulis di media, alumni S1 Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu juga menulis buku.

“Buku saya juga banyak,” kata Nasruddin Razak yang saat mengajar sebagai dosen tetap diUniversitas Diponegoro (Undip) Semarang, juga sempat menjadi Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah. 

Buku-buku yang ditulisnya antara lain “Risalah Perjuangan Islam” (jadi salah satu buku kajian di Himpunan Mahasiswa Islam pada masanya), “Dienul Islam”, “Ibadah Sunah Menurut Sunah Rasul”, “Metodologi Dakwah”, serta “Tuntunan Hidup Umat Islam.”

Buku lain yang ditulisnya yaitu “Sejarah Perjuangan HMI”. Buku ini ditulis oleh lima orang aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), yaitu Nasruddin  Razak, M Durbani,  Sanusi Komaruddin, Sugiat Ahmad Sumadi, dan Tawangalun.

Tampil setebal 44 halaman, buku “Sejarah Perjuangan HMI” diteritkan pengurus HMI Cabang Yogyakarta, tahun 1966. Format bukunya dimulai dari Muqoddimah, Latar belakang sejarah, Sekitar berdirinya HMI, Dinamika Sejarah HMI sebagai organisasi perjuangan, Fase-fase Perjuangan HMI, Prospect masa depan, serta Penutup.

Sebagai aktivis HMI Cabang Yogyakarta, Nasruddin Razak cukup dekat dengan Dawam Ramardjo, seorang ekonom, Direktur LP3ES (1980-1986), Guru Besar IEmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang (1993), Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Pusat (1995-2000), Ketua Tim Penasihat Presiden BJ Habibie (1999), Rektor Universitas Islam 45 Bekasi (1994-2004), serta Rektor Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta (2008-2017).

Di organisasi HMI, Dawam Rahardjo, Nasruddin Razak, Ahmad Wahid, dan Djohan Efendi, menggagas kelompok yang bernama Limited Group yang diketuai Prof Mukti Ali, yang saat itu mengajar di STI (sekarang UII Yogyakarta), sekaligus mantan Menteri Agama RI.

 

Akrab Sejak Muktamar Muhammadiyah di Aceh

 

Secara pribadi, penulis mulai mengenal KH Nasruddin Razak sejak penulis menjadi wartawan Harian Pedoman Rakyat tahun 1993, kemudian mulai akrab sejak Muktamar Muhammadiyah di Aceh tahun 1995.

Dan menjadi akrab lagi saat bersama-sama keliling beberapa daerah di Sulsel pada akhir tahun 1995 untuk sosialisasi Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Sulsel (digelar di Pinrang).

Saat keliling daerah itu, KH Nasruddin Razak, KH Zainuddin Sialla, dan KH Subari Damopolii, selalu “mengganggu” penulis dengan berbagai macam dalil dan kisah agar penulis segera mengakhiri masa lajang, karena usia penulis saat itu sudah hampir 30 tahun.

Maka setelah pulang dari Pinrang menghadiri (sebagai panitia) sekaligus meliput (sebagai wartawan Harian Pedoman Rakyat) Musywil Muhammadiyah Sulsel, penulis “terpaksa” mengakhiri masa lajang (he..he..he..).

 

Terpilih Ketua Muhammadiyah Sulsel

 

KH Nasruddin Razak terpilih sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel pada Musywil di Kabupaten Takalar tahun 2000.

KH Nasruddin Razak adalah ketua ke-11 Muhammadiyah Sulsel, menggantikan KH Djamaluddin Amien (1984-1990, 1990-1995, dan 1995-2000), dan KH Nasruddin Razak kemudian digantikan oleh KH Baharuddin Pagim.

Ada cerita menarik saat KH Nasruddin Razak terpilih sebagai Ketua Muhammadiyah Sulsel (periode 2000-2005) di Kabupaten Takalar.

Saat itu, dari 13 formatur sekaligus pengurus harian terpilih, suara terbanyak diraih oleh KH Subari Damopolii, tetapi KH Subari Damopolii dengan kebesaran hati menyerahkan sepenuhnya kepada formatur 13 untuk memilih siapa siapa di antara mereka yang jadi Ketua Muhammadiyah Sulsel periode 2000-2005.

Dan para formatur kemudian sepakat memilih KH Nasruddin Razak sebagai ketua, dan jabatan sekretaris diserahkan kepada Ashabul Kahfi (kini Anggota DPR RI sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Amanat Nasional Sulawesi Selatan).

Di sinilah menariknya. KH Subari Damopolii tidak berambisi menjadi ketua, meskipun sesungguhnya ia berhak menjadi ketua, dan dengan rendah hati menyerahka jabatan itu kepada siapa pun yang dipilih formatur 13. Sebaliknya, KH Nasruddin Razak dengan penuh rasa tanggungjawab, menerima jabatan ketua.

“Kasi yang lain saja. Yang penting, kita ikhlas mengurus umat melalui persyarikatan Muhammadiyah,” kata KH Subari Damopolii kepada penulis.

Inilah salah satu muruah Muhammadiyah dan kader-kadernya. Kader-kader Muhammadiyah tidak berambisi menjadi ketua, tetapi jika diserahi amanah menjadi ketua, mereka pun dengan penuh tanggungjawab menerimanya, dan itulah yang diperlihatkan oleh dua sesepuh Muhammadiyah Sulsel, KH Subari Damopolii dan KH Nasruddin Razak.

 

Wafat di Usia 83 Tahun

 

Kenangan tentang KH Nasruddin Razak langsung berputar kembali ketika penulis menerima kabar meninggalnya beliau di Makassar, pada Jumat pagi, 06 Agustus 2021.

Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali (QS 2 / Al-Baqarah: ayat 156).

Ya, KH Nasruddin Razak, mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel dan pensiunan dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jumat dalam usia 83 tahun. KH Nasruddin Razak lahir di Rappang, 6 Maret 1938, dan meninggal dunia pada 06 Agustus 2021.

Selamat jalan Pak Kiyai. Semoga amal ibadahmu diterima oleh Allah SWT, dosa-dosamu diampuni, serta kuburmu dilapangkan dan diterangi, amin.*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama