Mengenang KH Iskandar Tompo

Ketika saya berniat maju di Musywil Pemuda Muhammadiyah Sulsel tahun 2007, saya sering menemui KH Iskandar Tompo di rumahnya untuk meminta nasehatnya, dan alhamdulillah akhirnya saya terpilih sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Sulsel 2006-2010 (pelaksanaan Musywil PM mundur setahun), juga berkat bimbingannya. 

- Abdul Rachmat Noer -

(Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel / Sekjen PP Kerukunan Keluarga Turatea Jeneponto)

 

--------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 02 September 2021

 

 

Mengenang KH Iskandar Tompo

 

 

Oleh: Abdul Rachmat Noer

(Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel / Sekjen PP Kerukunan Keluarga Turatea Jeneponto)


Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, KH Andi Iskandar Tompo, meninggal dunia di kediamannya, Kompleks Griya Cipta Hertasning, Jalan Aroepala, Kabupaten Gowa, Kamis dinihari, 02 September 2021.

KH Andi Iskandar Tompo, bagi saya adalah guru, orang tua dan seorang kakak. Saya mengenal beliau sejak pertama kali mengenal Muhammadiyah dan aktif di Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yaitu sejak masih di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

Ketika saya mengikuti Taruna Melati II IPM Kota Makassar tahun 1984, beliau membawakan materi “Taktik dan Strategi Perjuangan”. Saya sangat terkesan dengan cara beliau membawakan materi tersebut. Gaya Pak Is (sapaan akrab KH Iskandar Tompo), membawakan materi kemudian banyak mewarnai cara saya berbicara di setiap kesempatan pengkaderan.

Hubungan saya dengan Pak Is semakin dekat ketika saya aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sejak tahun 1986, apalagi ketika saya terpilih sebagai Ketua Pimpinan Cabang IMM Kotamadya Ujung Pandang pada tahun 1991, saya sering berkonsultasi dengan beliau di rumahnya tentang masalah kaderisasi dan ke-Muhammadiyah-an.

Antara tahun 1986 sampai akhir masa periode saya sebagai Ketua IMM Cabang Kotamadya Ujung Pandang, saya banyak menimba ilmu dari beliau. Waktu itu hampir setiap hari saya bertemu di Sekretariat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Jl Gunung Lompobattang, Makassar.

Saat itu beliau sebagai sebagai Ketua Badan Pendidikan Kader PWM Sulsel, sehingga banyak berinteraksi dengan AMM Sulsel.

Dan ketika saya berniat maju di Musywil Pemuda Muhammadiyah Sulsel tahun 2007, saya sering menemui beliau di rumahnya untuk meminta nasehatnya, dan alhamdulillah akhirnya saya terpilih sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Sulsel 2006-2010 (pelaksanaan Musywil PM mundur setahun), juga berkat bimbingannya.

Hal yang tak terlupakan dalam kehidupan beliau ketika saya minta kesediaan Pak Is untuk mengisi ceramah pengajian di rumah saya sehari sebelum acara pernikahan saya.

Seminggu sebelum acara pernikahan, saya bersilaturrahim ke rumah beliau di Jl Urip Sumoharjo, depan Kantor DPRD Sulsel, dan menyampaikan rencana pernikahan saya. Saya minta Pak Is mengisi pengajian sebagai pengganti malam mappacci di rumah saya. Pak Is dengan suka cita bergembira mendengar saya mau menikah dan berjanji akan mengisi acara pengajian di rumah saya.

Pada malam pengajian itu, Pak Is banyak memberikan tausiyah tentang perkawinan. Alhamdulillah nasehat yang beliau sampaikan malam itu, saat pengajian, yang menjadi pegangan saya mengarungi kehidupan rumah tangga bersama istri dan anak-anak saya sampai hari ini.

Saya sangat kehilangan atas kepergian beliau, dan rasanya masih banyak pelajaran  dari beliau yang menjadi ilmu bermanfaat dan menjadi amal jariyah buat beliau.

Bagi saya, Pak Is adalah guru, orang tua sekaligus kakak yang sangat saya hormati sampai akhir hayatnya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu, amin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama