Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata, “Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih.”
Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar istananya, “Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari sumber cahaya yang sama.”
Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy, “Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada tuan-tuan!”
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 22 November 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (42):
Ja’far
Abu Thalib Bacakan Surah Maryam di Hadapan Raja Najasyi
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Jawaban
Kaum Muslimin
Saat itu, yang menjadi
juru bicara kaum Muslimin adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja’far bin
Abu Thalib.
“Paduka Raja,” ucap
Ja'far penuh hormat, “Ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami menyembah
berhala, bangkai pun kami makan, segala kejahatan kami lakukan, memutuskan
hubungan dengan kerabat, dengan tetangga pun kami tidak baik, yang kuat
menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami
sampai Tuhan mengutus seorang utusan-Nya dari kalangan kami yang sudah kami
kenal asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih pula.
Dia mengajak kami
menyembah Allah Yang Mahatunggal, meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang
selama ini kami dan nenek moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami
untuk tidak berdusta, untuk berperilaku jujur, mengadakan hubungan baik dengan
keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah, serta menghentikan
perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami
melakukan segala kejahatan dan menggunakan kata-kata dusta, melarang memakan
harta anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-perempuan bersih.
Dia minta kami menyembah
Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami melakukan shalat,
zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya.
Kami turut segala yang diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah hanya Allah
Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan apa dan siapa pun juga.
Segala yang diharamkan
kami jauhi dan yang dihalalkan kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat
kami memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan supaya kami
meninggalkan agama kami dan kembali menyembah berhala supaya kami membenarkan
segala keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka
memaksa kami, menganiaya kami, menekan kami, dan menghalang-halangi kami dari
agama kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini. Tuan jugalah yang
menjadi pilihan kami. Senang sekali kami berada di dekat Tuan, dengan harapan,
di sini tidak akan ada penganiayaan.”
Najasyi mendengarkan
penuh dengan kesungguhan, lalu katanya, “Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu
yang dapat tuan-tuan bacakan kepada kami?”
Surah
Maryam
“Ya,” jawab Ja'far, lalu
ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا
كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
Maka Maryam menunjuk
kepada anaknya. Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil
yang masih di dalam ayunan? (Surah Maryam 19: 29)
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ
آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi, (Surah Maryam 19: 30)
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ
مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; (Surah Maryam 19: 31)
وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ
يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
dan berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Surah
Maryam 19: 32)
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ
وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan
pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (Surah Maryam 19: 33)
Ayat-ayat Al-Qur'an itu
membenarkan kitab Injil. Semua pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata, “Itu
kata-kata yang keluar dari sumber yang mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih.”
Penuh haru, Najasyi
membenarkan para pembesar istananya, “Kata-kata ini dan yang dibawa oleh Musa,
keluar dari sumber cahaya yang sama.”
Najasyi berpaling kepada kedua
utusan Quraisy, “Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada tuan-tuan!”
Kaum Muslimin saling
berpandangan penuh syukur. Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah
berjalan keluar istana dengan wajah murung.
“Tidak bisa begini,” keluh
Abdullah, “Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk kemudian pulang dengan
tangan hampa dan terhina.”
Amr bin Ash, yang
terkenal lihai dalam bersiasat, merenung sejenak.
“Rasanya, aku masih punya siasat lain,” katanya, “Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita kejutkan mereka dengan pertanyaan yang akan kita ajukan kepada Najasyi.” (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Kontraktor Medan
BalasHapuslink komen