Siapakah Sastrawan S. Daeng Muntu?

SASTRAWAN SULAWESI SELATAN. Nama S. Dg. Muntu dikenal sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga Baru (1933-1942). Ia sezaman dengan penyair Indonesia A. M. Dg. Miyala asal Sulawesi Selatan (lahir, 02 Januari 1909). Dua karya sastra S. Dg. Muntu yaitu "Pembalasan" (Roman Sejarah, 1935) dan “Karena Kerendahan Budi” (Roman Sosial, 1941).
 




-----

PEDOMAN KARYA

Ahad, 03 Juli 2022

 

Jejak Sastrawan Sulawesi Selatan:

 

 

Siapakah Sastrawan S. Daeng Muntu?

 

 

Oleh: Mahrus Andis

(Sastrawan, Budayawan)

 

Nama S. Dg. Muntu dikenal sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga Baru (1933-1942). Ia sezaman dengan penyair Indonesia A. M. Dg. Miyala asal Sulawesi Selatan (lahir, 02 Januari 1909). Walaupun namanya dikenal, namun beberapa seniman dan budayawan di Makassar yang sempat saya hubungi tidak mengetahui secara pasti, siapa S. Dg. Muntu itu.

Eddy Thamrin yang sering menggunakan nama Yudhistira Sukatanya, M. Anis Kaba dan Fahmi Syariff (ketiganya tokoh seni di Makassar) hanya mampu membenarkan bahwa S. DaEng Muntu adalah sastrawan dari Sulawesi Selatan.

Bahkan Aspar Paturusi, sastrawan asal Sulsel yang berkiprah di tingkat nasional pun hanya menjawab pertanyaan saya di fesbuk dengan simbol tanda tanya ( baca: S. Dg. Muntu ?).

Sementara itu, Yohanes Sehandi, seorang Kritikus Sastra Indonesia asal Flores, NTT, juga belum memiliki referensi akurat tentang nama sastrawan tersebut.

Informasi dari gogelnet terjadi dua versi. Versi pertama menyatakan bahwa Said DaEng Muntu adalah seorang sastrawan asal Sulawesi yang dikelompokkan ke dalam Angkatan Pujangga Baru. Dia bernama lengkap Haji Said DaEng Muntu dan biasa pula menggunakan nama H.S.D Muntu.

Said Daeng Muntu lahir di Padang, Sumatera Barat awal abad ke-20. Saat menginjak usia anak-anak, beliau pindah ke Makasar. Kepindahannya itu mengikuti orang tuanya yang dibawa paksa oleh Belanda.

Setelah dewasa S. Dg. Muntu menjadi orang yang sangat berpengaruh. Dia menjadi Pemimpin Muhammadiyah se-Sulawesi. Karena pengaruhnya yang besar itu, dia mendapat tambahan gelar “DaEng”, yaitu  sapaan kehormatan di  kalangan masyarakat Bugis-Makassar.

Dua karya sastra S. Dg. Muntu yang sempat saya catat, yaitu "Pembalasan" (Roman Sejarah, 1935) dan “Karena Kerendahan Budi” (Roman Sosial, 1941).

“Pembalasan” adalah sebuah kisah berlatar sejarah yang terjadi di Gowa ketika Belanda menguasai daerah itu. Roman ini bercerita tentang pengkhianatan seorang pembantu terhadap kepercayaan tuannya.

Sedangkan roman “Karena Kerendahan Budi” mengangkat tema sosial dan pendidikan modern. Roman ini dilatarbelakangi oleh masalah kawin paksa. Selain itu, ceritanya pun menyinggung pertentangan antara kaum muda dengan kaum tua dalam hal pernikahan.*)

Versi kedua mengungkap hal yang sebaliknya. S. Dg. Muntu bernama lengkap Andi Sewang DaEng Muntu. Ia lahir di Kampung Baruwa, Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, 1903. Di usia 6 tahun, dia pindah mengikuti orang tuanya ke Labbakkang, Kabupaten Pangkajene Kepulauan.

Di Labbakkang, S. Dg. Muntu menyelesaikan pendidikan formalnya hingga volksschool. Lalu dia meneruskan pendidikan ke vervolgschool di Pangkajene. Setelah tamat, DaEng Muntu terpaksa merantau ke Sumatera Barat mengikuti orang tuanya yang dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pembuangan itu karena orang tuanya dituduh terlibat dalam usaha pemberontakan menentang penjajahan Belanda.

Menyangkut karyanya, gogelnet versi kedua menjelaskan bahwa Andi Sewang. Dg. Muntu, sesungguhnya dapat dikategorikan sebagai sastrawan. Dengan menggunakan nama samaran HASDAM, yang merupakan singkatan Haji Andi Sewang DaEng Muntu, dia menulis dua buah novel, yaitu: “Dari Makassar ke Sawah Lunto” dan “Si Cincin Stempel.”

Di kalangan orang Muhammadiyah, S. Dg. Muntu adalah tokoh yang dihormati. Dia termasuk salah seorang kader yang tulisannya sering dimuat dalam majalah Suara Muhammadiyah. Daeng Muntu pernah menulis buku profil dan sejarah singkat perkembangan Muhammadiyah Celebes Selatan pada tahun 1941 dengan judul “Langkah dan Oesaha Kita.” **)

Nama S. DaEng Muntu sebagai sastrawan Angkatan Pujangga Baru yang berasal dari Sulawesi Selatan ini menjadi diskursus di kalangan masyarakat pencinta sastra. Kedua informasi versi gogelnet penting dikaji ulang. Karena itu, tulisan ini sengaja saya beri judul “Siapakah Sastrawan S. Dg. Muntu?”

Pertanyaan ini sengaja saya lemparkan ke publik. Siapa tahu ada di antara pembaca yang memiliki referensi berupa buku, kliping koran atau majalah tentang diri dan karya-karyanya. Paling  tidak, referensi itu cukup akurat untuk dapat menjawab silsilah dan tempat kelahiran sastrawan Said. Dg. Muntu atau Andi Sewang Dg. Muntu tersebut.  Demikian, Selamat Hari Sastra Indonesia.

 

Bulukumba, 03 Juli 2022

 

Referensi:

*) Home Sastrawan Angkatan Pujangga Baru -Muhamad Nurdin Fathurrohman.

**) Home-Berita: Redaksi Khittah.co -2016-04-05 (by Asnawin Aminuddin).


-----

Baca juga:

“Bimbang”, Puisi Ejekan Sosial A. M. Dg. Miyala 


5 Komentar

  1. Andi Sewang Daeng Muntu memang kelahiran Galesong, silsilah keluarga besarnya ada disana. Salah satu anaknya adalah Andi Sofyan Hasdam, mantan Walikota Bontang

    BalasHapus
  2. Haji andi sewang daeng muntu adalah bangsawan galesong dan labakkang pangkep, beliau adalah putra I Paga Daeng Pali Karaengta Lembayya. Beliau mengikuti kedua org tuanya yg di selong (asingkan) oleh Belanda ke Sumatera Barat

    BalasHapus
  3. Untuk versi kedua, HASDAM (Haji Andi Sewang Daeng Muntu) adalah ayah kandung dari dr. Andi Sofyan Hasdam (Walikota Bontang dua periode 2001 - 2011) dan sebelum menjabat Walikota juga merupakan Ketua Muhammadiyah di Bontang. Keluarga besarnya berada di Labakkang Pangkep yang secara kultural sangat dipengaruhi oleh ajaran Muhammadiyah, HASDAM diabadikan menjadi nama Masjid di sana. nama beliau juga sempat disebutkan dalam buku Profil Andi Syamsu Alam (Mantan Hakim Agung/TUADA Mahkamah Agung RI) yang juga adalah ponakannya.

    BalasHapus
  4. Haji Andi Sewang Daeng Muntu adalah bangsawan galesong (Takalar) dan Labakkang (Pangkep ).. beliau merupakan salah satu putra I Paga Daeng Pali Karaengta Lembayya (salah seorang Karaeng Di Labakkang yg diselong (diasingkan) ke Padang oleh Belanda.. alhamdulillah beliau adalah buyut dan untuk mengenang beliau oleh org tua memberi sy dengan nama HASDAM

    BalasHapus
  5. Saya sedang menulis tesis terkait biografi beliau. Kita bisa berbagi informasi, Insyaallah. Sama saya ada beberapa informasi, mungkin itu bisa membantu.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama