Thuba Pemerintah Jokowi





PEDOMAN KARYA

Sabtu, 10 September 2022


OPINI



Thuba Pemerintah Jokowi


 

Oleh: Maman A Majid Binfas

(Akademisi, Sastrawan, Budayawan) 


Saat gencar bom waktu intevigasi pembunuhan sadis dan Konsorsium 303 yang sedang viral dilakukan oleh Ferdy Sambo, dkk __belum tuntas pula__ dan apalagi hukum mati hanya euforia angin surga yang divokalisasikan jadi sandiwara berepisode. 

Mungkin itu hanya menjadi dagelan sumbatan yang menghambat tuan tuan untuk bertobat, __berhingga menghirup mawar thuba firdausin. Namun, kita tidak mengharapkan tuan hanya memanen karma penuh penantian pada kadar nar wailan. Tetap berharap semoga kita bersalaman pada mewanginya thuba firdausin diberkahi oleh Tuhan.

Hindari kepelitan dimurkai Tuhan, dan elokan dirimu menjadi pelita dalam gelap gulita__ itu lebih indah sungguh menawan 

Gebyarin rasa cinta berbagi bahagia, tiada berhingga__walau sepenggal zarrah butiran atom sekalipun 

Jangan langgengin kekikiran tanpa berarti apapun dihadapan Tuhan juga sesama__ justru melilitin diri dalam kepunahan dan boleh jadi menjadi bencana kehidupan yang menyesatkan 

Kuburin memamerin rasa kesombongan diri, 

dan ikhlasin biar menjadi monopoli Iblis, __tiada perlu dirampas pula 

Kita manusia biasa dari tumpukan lumpuran tanah, elokan rutin taburin ikhtiar saling mendoakan __moga-moga nanti menuai mekaran bunga Thuba Firdausin nan sungguh menawan (mabinfas, 17 Juli 2021). 


Thuba Firdausin nan menawan, jangan pula ditutupi dengan gumpalan kegelapan. Nanti juga akan menghanguskan diri bagaikan senjata makan tuan. Mungkin dapat berakibat bah polisi tembak polisi yang sedang viral saat ini. Jelas terjadi, sekalipun tak diidentikkan dengan terorisme, baik di dalam instutusi polri berperintahan saat ini. Keanehan itu nyata dikarenakan pelakunya bukan orang Islam, maka tidak dianggap sebagai tindakan terorisme sekalipun dilakoni di rumah dinas dengan penuh kesadisan__ di luar batas kemanusiaan. Bahkan para pelakonnya juga yang berseragam bintang pacasilais berketuhanan diyakininya, tetap saja gelap gulita terpanen. Ya, syukurlah pelakunya bukan Islam, andaikan ya, maka tentu tertuduh terorisme bertuan dipanen juga __ hentakan guman sopir grap saat itu. 


GELAP DiPANEN JUGA 


Putih hitam di tanam, tentu demikian pula akan dipanen: 


Islam sesungguhnya, yakin hukum karma itu akan terjadi_ bahkan hasilnya akan menjadi 700 kali lipat, sebagaimana Tuhan, telah mengumpamakan di dalam QS. Al-Baqarah : 261, yang artinya,__ 

*Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui* 

Tidak hanya dipahami dengan pemaknaan lurus saja, tapi diyakini sebagai diksi perumpamaan saja, namun dapat dimaknai secara luas, baik secara nyata maupun berghoiban. 

Termasuk, tindakan Gelap gulita sekalipun atau terang benderang dilakukan akan dipanen hasilnya,  sebagaimana dinyatakan oleh ayat di atas. 

Hal itu semua menjadi perenungan dengan keyakinan mendalam__berdimensi logis sungguh tajam__ 

__ hanya soal waktu, takdir pun akan menghampiri tanpa diduga duga untuk menghantam atau bersalaman__  tiada mengenal gelap atau terang akan dipanen juga. 


diksi perumpamaan__Panen; boleh jadi dimaknai sebagai "senjata makan tuan" tanpa ampun__ 


Biar bersembunyi dengan bisikan buhul-buhul Iblismu di pelosok bumi sekalipun, _____juga gantian bertapa menjadi tumbalmu dipersembahkan penuh kekejian. 


Insya Allah 

__tetap jua, akan diketahui juga menghantui mu__ 


Jahanam dijanjikan Tuhan  yang akan menjemputmu tanpa ampun__

Dan

Apa yg kau tanam akan dipanen oleh dirimu, baik di dunia maupun di akhirat akan menanti hanya soal waktu berangka__ lambat atau cepatan. 


Lebih baik, segera kembalilah ke jalan Tuhanmu agar tidak terhantui oleh banyanganmu sendiri__ 


Kasihani keluarga juga anak isteri, atau juga suamimu bila masih mencintai kehidupan___



Tentu, esensi keberadaan keluarga: anak -isteri dimaksudkan tidak mengenal sekalipun, kepada tuan Presiden bersama aparatnya merasa terbelenggu, dan atau tanpa merasa apapun karena mungkin telah mati nurani kemanusiaannya. Lehaforan demo setiap kebijakan pemerintah yang dianggap bijak. Tentu dirasa oleh publik dan para pendemo selama ini, dikarenakan rasa logika pemimpin terkesan hanya jadi belenggu__ hanya mampu melahirkan solusi pengalihan gorengan isu yang membelenggu.

Namun, mesti kita ingat dan saling mengingatkan tanpa memonopoli kebenaran bah tuan tuan seakan merasa mewakili Tuhan. Dikarenakan atas namakan kekuasaan negara yang belum tentu mutlak benar diwakilkan sepenuhnya oleh Tuhan. 

Kita, yakin sungguh, kebenaran itu nyata diturunkan ke bumi melalui Nabi utusan Tuhan belum tentu diyakini oleh semua komponen. Namun, sungguh sangat sedikit meyakini dan mengakuinya akan kebenaran dari Tuhannya, apalagi berdasarkan kalkulasi logika manusia seperti tuan, dan mungkin hanya mengedepan komisi manipulasi untuk turunan hingga warisan pemilu terdepan dengan segala cara membelenggu. Termasuk, isu membelenggu naik BBM semoga tidak berkaitan angin surga hukum mati terhadap F. Sambo juga yang lainnya, berhingga dagelan politikalisasi tanpa bertuan. 


Sekali lagi Tuan, 

PRESIDEN JOKOWI 


Isu selingkuh bertikungan jalan tikus berduren tiga ___ semoga terkuak hingga tak kabur dengan titah BBM yang ditaburi mesiu bom waktu___ dan kesan hukum mati hanyalah tembang angin surga bagi mereka dilanda kasmaran cinta membara __ 


bahkan diksi 'tahi kucing' pun terasa coklatan__kebrutalan mental kasmaran buta berhati batu__ 


Isu amboi aduhai tomboy 

dalam lentingan layar lebar 

negeri dirundung malang ditebar 


Moga kali ini terbukti 

berhingga tuan Presiden Jokowi 

berakhir husnul khotimah tersalami 

tanpa disesali dikemudian hari 


Tuan, Presiden Jokowi 

ini bukan juga puisi 

dan bukan jua narasi 

tapi diksi tanda cinta 


namun bukan juga kasmaran 

minta tolong buktikan janji 

semoga heorik sandiwara terakhiri 

agar tuan dikenang pula 

minimal seperti secuil pita 

pesan akhir bung Karno 


“ ... kalau kamu pergi dan atau tinggalkan Istana Merdeka, tidak boleh membawa barang-barang milik negara, apa pun itu,” ( Guntur, 1967). 


Tentu, pesan ini berbeda 

Namun, kesan tetap dicinta 

hingga kini dikenang jua 

dari kata berakar hatinurani

dan semoga

Tuan bertuankan kata hati 

berakar cinta demi kita

Negeri Indonesia tercinta 


Tetapi, kami mungkin tidak terlalu keliru, manakala masih ada setitik harapan dengan percikan keyakinan, __semoga saja pemerintah Jokowi masih punya mata batin bernurani berhingga husnul khotimah tanpa su'ul khotimah.🤝

..

Wollahu 'alam 

..

Uhamka Jakarta, 1 Agustus 2022

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama