Raja Namrud Mati Tragis Akibat Seekor Nyamuk Masuk di Kepalanya

RAJA NAMRUD bin Kana’an (Bahasa Inggris: Nimrod) hidup satu masa dengan Nabi Ibrahim. Namrud seorang raja yang cerdas, kaya raya, tetapi ia kemudian menjadi sombong dan mengangkat dirinya sebagai tuhan. Bala tentaranya banyak. (int)

 

------

PEDOMAN KARYA

Senin, 15 April 2024

 

Pemimpin-pemimpin Dunia yang Mati Tragis (2):

 

Raja Namrud Mati Tragis Akibat Seekor Nyamuk Masuk di Kepalanya

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

Raja Namrud bin Kana’an (Bahasa Inggris: Nimrod) hidup satu masa dengan Nabi Ibrahim. Namrud seorang raja yang cerdas, kaya raya, tetapi ia kemudian menjadi sombong dan mengangkat dirinya sebagai tuhan. Bala tentaranya banyak.

Namrud menjadi raja selama ratusan tahun dan ia ingin terus menerus mempertahankan posisinya sebagai raja dan sekaligus tuhan. Maka ketika ia mendapat firasat atau mimpi bahwa ada seorang bayi yang bakal lahir dan akan menghancurkan kekuasaannya, ia pun menjadi panik.

Raja Namrud kemudian memerintahkan tentaranya agar menjaga seluruh pelosok negeri. Bila menemukan bayi laki-laki, mereka harus segera membunuhnya. Hal ini leluasa dilakukannya, sebab memang negeri yang dipimpinnya pada saat itu tidak mempunyai undang-undang. Semua keputusan ada di tangan Raja Namrud.

Banyak sekali bayi laki-laki yang mati pada masa itu. Pada masa itu pula, lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Ibrahim. Ayahnya bernama Azar. Ketika Ibrahim lahir, Azar menyuruh isterinya memasukkan Ibrahim ke dalam sebuah keranjang dan membawanya ke sebuah gua di kaki gunung di tepi hutan.

Atas kehendak Allah, Ibrahim tidak diganggu binatang buas. Dia pun tidak pernah kelaparan dan kehausan. Atas kehendak Allah pula, jari-jari Ibrahim dapat mengeluarkan cairan madu.

Mulut Ibrahim tinggal mengulum dan mengecup jari-jemarinya yang dapat mengeluarkan madu itu, bila dia lapar dan haus. Menurut perkiraan Azar, bayi yang dibuangnya itu sudah mati dimakan binatang buas, atau mati karena kelaparan dan kehausan.

Ternyata dugaan Azar meleset. Ibrahim malah sehat segar-bugar dan makin besar. Azar senang sekali. Ibrahim ingin pulang, tetapi Azar melarang, karena keadaan di dalam kota tidak aman bagi anak-anak laki-laki. Setelah remaja Ibrahim pun keluar dari dalam gua untuk mencari ibu dan ayahnya. Saat itu, dia makin memahami keadaan dengan pikirannya yang cerdas.

 

Meminta Dipertuhankan

 

Dengan tahta kerajaan dan kekayaannya, Raja Namrud meminta kepada rakyatnya agar mempertuhankan dirinya. Setiap orang yang datang ke istananya untuk meminta makanan akan ditanya; “Siapakah Tuhanmu?”

Dan semua orang yang datang meminta makanan akan menjawab; “Engkau wahai rajaku.” Maka Raja Namrud pun memberikan makanan kepada mereka.

Suatu ketika Nabi Ibrahim datang ke hadapan Raja Namrud, dan ditanyalah; “Siapakah Tuhanmu?”

Nabi Ibrahim pun menjawab; “Tuhanku ialah Yang Menghidupkan dan Mematikan.”

Raja Namrud mengatakan; “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Maksudnya dengan kekuasaannya ia dapat membiarkan seseorang untuk hidup atau membunuhnya.

Nabi Ibrahim meminta Raja Namrud untuk menerbitkan matahari dari Barat seperti yang dilakukan oleh Allah SWT; “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari Barat.”

Mendengar permintaan Nabi Ibrahim, Namrud hanya terdiam. Lalu diusirlah Nabi Ibrahim tanpa diberikan makanan sedikit pun.

 

Nabi Ibrahim Dibakar

 

Kerajaan Namrud pada masa itu, setiap tahun punya tradisi memperingati hari raya besar, dengan cara meletakkan sesajian, berupa makanan dan minuman di pusat pemujaan berhala. Beragam makanan dan minuman diletakan di antara patung-patung.

Rakyat ingin melakukan pemujaan terhadap berhala secara bersama-sama sembari menggelar pesta makanan dan minuman. Yang datang terutama adalah Raja Namrud dan para pembesar kerajaan, disertai bala tentaranya.

Seperti biasanya, sebelum acara pemujaan dan pesta dimulai, semua orang harus pergi ke luar kota untuk berburu. Mereka keluar kampung bersama Raja Namrud.

Saat kampung menjadi kosong, saat itulah Nabi Ibrahim pergi ke rumah berhala, pusat pemujaan berhala, menghancurkan benda-benda itu satu persatu. Ia sengaja meninggalkan satu berhala besar utuh dengan sebuah kapak dikalungkan pada lehernya.

Ketika penduduk dan Raja Namrud pulang, mereka melihat berhala-berhala sudah hancur. Mereka menduga Nabi Ibrahim-lah yang memecahkan tuhan-tuhan mereka itu. Raja Namrud murka. Nabi Ibrahim pun dipanggilnya.

“Wahai Ibrahim, engkaukah yang memecahkan berhala-berhala itu?” tanya Raja Namrud setelah Nabi Ibrahim menghadap.

“Bukan aku. Berhala besar itu yang menghancurkan berhala-berhala yang kecil itu, buktinya kapak masih tergantung di lehernya,” jawab Nabi Ibrahim.

Raja Namrud bertambah marah; “Mana mungkin patung dapat berbuat semacam yang engkau katakan itu!”

“Kalau patung itu tidak dapat berbuat apa-apa, mengapa kalian sembah?” tanya Nabi Ibrahim.

Raja Namrud kehilangan kesabarannya. Rakyat disuruh mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya untuk membakar Ibrahim. Setelah kayu bakar itu terkumpul bertimbun-timbun, maka api unggun besar pun dibuatnya.

Namun kemudian mereka merasa kebingungan sendiri. Bagaimana caranya memasukkan Ibrahim ke dalam api yang sedang berkobar-kobar itu. Akan diantarkan sendiri oleh mereka tentu tidak mungkin, sebab mereka tidak mampu mendekati kobaran api besar itu dari jarak yang agak dekat.

Kemudian Ibrahim dibakar di dalam api unggun yang berkobar-kobar itu dengan memasukkan Nabi Ibrahim ke dalam api dari jarak yang jauh dengan cara Nabi Ibrahim diletakkan di suatu tempat yang dapat dilentingkan seperti anak panah yang dapat dilentingkan dari jarak jauh ke arah sasaran yang dituju.

Mereka pun merasa puas dan berkerumun menonton dari jauh peristiwa yang sangat mengerikan itu. Mereka mengira bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya dan merekalah yang menang dalam hal ini.

Namun alangkah terkejutnya mereka sewaktu api sudah padam, kayu bakar sudah habis, Nabi Ibrahim keluar dari dalam api dengan selamat, bahkan sehelai rambut pun tak ada yang terbakar dan tak sedikit pun merasakan panasnya api tersebut.

Allah berfirman kepada api, sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an: “Wahai api, hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim!” (Al-Anbiya: 69). Nabi Ibrahim selamat, ia  merasakan api yang berkobar-kobar itu dingin saja.

 

Adzab Tuhan kepada Raja Lalim

 

Kezaliman dan ksombongan Namrud kemudian mendapat balasan dari Allah. Allah telah menurunkan azabnya dengan terdengarnya suara dengungan. Raja Namrud dan tentaranya terkejut, ternyata segerombolan nyamuk-nyamuk bergerak ke arah tentara Namrud.

Pada awalnya, Raja Namrud menertawakannya karena bala tentara Allah sang junjungan Nabi Ibrahim hanyalah nyamuk. Namun melihat jumlahnya yang begitu besar, hingga terlihat seperti awan hitam yang sedang menutupi langit, maka Namrud pun mulai merasa takut.

Raja Namrud beserta pasukannya lari untuk menyelamatkan nyawa mereka masing-masing. Sebagian besar bala tentara Raja Namrud meninggal seketika dengan mengenaskan akibat gigitan nyamuk, dan sebagian lagi mampu selamat dari amukan nyamuk tersebut.

Raja Namrud berhasil melarikan diri dari bencana serangan nyamuk ini. Ia bersembunyi dalam istananya hingga berhari-hari lamanya. Semua saluran udara ditutupi dengan rapat. Namun, atas kehendak-Nya ada satu nyamuk yang berhasil masuk ke dalam istana dan berhasil masuk ke dalam tubuh Raja Namrud. Nyamuk itu masuk melalui hidungnya.

Setelah beberapa hari raja sombong ini merasakan sakit kepala yang sangat dahsyat.  Dipanggillah tabib untuk memeriksa keadaan dirinya. Namun, sang tabib pun tidak mampu menyembuhkan sakit yang diderita Namrud.

Semakin lama keadaan Namrud semakin buruk. Ia pun memerintahkan kepada istrinya untuk memukul dengan kencang bagian kepalanya yang terasa sakit. Namrud berpikir mungkin dengan cara itu rasa sakit yang dideritanya dapat hilang. Namun istrinya menolak untuk memukul kepala suaminya. Namrud pun lantas mengancam akan menghukum mati istrinya jika ia tidak segera melaksanakan perintahnya.

Dengan terpaksa ia pun memukul kepala Raja Namrud dengan sekuat tenaga dan tanpa disangka justru Namrud yang mati karena pukulan di kepalanya itu. Ia mati tragis setelah sekian lama menderita akibat bunyi dengung seekor nyamuk di dalam kepalanya. (bersambung)


.....

Sumber:

Al-Qur’an

“Namrud”; https://id.wikipedia.org/wiki/Namrud

“Raja Dzalim yang Dikalahkan oleh Seekor Nyamuk”; https://islamkaffah.id/raja-dzalim-yang-dikalahkan-oleh-seekor-nyamuk/; Dikutip pada Senin, 15 April 2024

“Kisah Namrud bin Kan’an, Raja yang Diadzab Melalui Seekor Nyamuk”; https://islami.co/kisah-namrud-bin-kanan-raja-yang-diadzab-melalui-seekor-nyamuk/; Dikutip pada Senin, 15 April 2024

“Kisah Raja Namrud yang Diazab Allah karena Sombong”; https://news.detik.com/berita/d-4788966/kisah-raja-namrud-yang-diazab-allah-karena-sombong.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama