AR Fachrudin Ingin Kuliah Malah Diangkat Jadi Dosen

KETELADANAN. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Muhammad Ikhwan Ahada, membawakan materi “Kepribadian Muballigh: Belajar dari Tokoh Muhammadiyah” Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Pusdiklatbud Tabligh Institute Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis, 20 Februari 2025. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA) 

 

------

Kamis, 20 Februari 2025

 

AR Fachrudin Ingin Kuliah Malah Diangkat Jadi Dosen

 

Ikhwan Ahada: Contoh Keteladanan Pimpinan Muhammadiyah


YOGYAKARTA, (PEDOMAN KARYA). Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Pusdiklatbud Tabligh Institute Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Bantul, DI Yogyakarta, hari ketiga Kamis, 20 Februari 2025, antara lain diisi dengan materi “Kepribadian Muballigh: Belajar dari Tokoh Muhammadiyah.”

Materi ini dibawakan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dr Muhammad Ikhwan Ahada SAg MA, dengan sub tema: “Oase Kepemimpinan KH AR Fachrudin sebagai Servant Leader (Analisis Psikologi Kepemimpinan).”

“Salah satu faktor kita bersyukur dipertemukan dan berada di Muhammadiyah, karena para pendiri dan penerus kepemimpinan di Muhammadiyah telah memberikan begitu banyak contoh keteladanan dan keikhlasan dalam mengurus umat lewat Muhammadiyah,” kata Ikhwan.

Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan memberikan contoh kepemimpinan dan keikhlasan dengan mengorbankan harta untuk organisasi Muhammadiyah dan tidak mengharapkan imbalan.

“Kiai Dahlan tidak mengharapkan imbalan, para anak cucunya pun begitu, bahkan tidak ada anak cucu beliau yang masuk dalam struktur pimpinan dan kepengurusan Muhammadiyah. Kalau beliau diberi imbalan satu persen saja dari seluruh pendapatan Muhammadiyah, itu sudah sangat besar, tetapi beliau dan anak cucunya tidak mengharapkan imbalan sama sekali. Beliau ikhlas berkorban untuk Muhammadiyah,” tutur Ikhwan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah terlama (1968-1990), Kiai Abdur Rozaq Fachruddin yang akrab disebut Pak AR Fachruddin (1916-1995), juga dijadikan contoh keteladanan dengan menceritakan banyak kisah tentang perjalanan Pak AR.

“Pak AR tidak punya rumah pribadi maka Muhammadiyah meminjami rumah di Cik Ditiro, Kota Yogyakarta, yang sekarang jadi Kantor PP Muhammadiyah. Di rumah itu, Pak AR menjual bensin dan beliau sendiri bersama istrinya yang melayani pembeli,” ungkap Ikhwan.

Presiden Soeharto pernah memberikan hadiah sebuah mobil yang terbaik pada zamannya dan mobil tersebut sudah diantar langsung ke depan rumah Pak AR di Jalan Cik Ditiro Yogyakarta, tetapi oleh Pak AR mobil tersebut diminta untuk dikembalikan.

“Pak AR bilang, bensin yang saya jual tidak cukup untuk mengisi tangki bensin mobil tersebut. Mobil tersebut juga pasti akan mengalami banyak kesulitan bila digunakan di Yogyakarta karena jalanan di Yogyakarta banyak yang kurang bagus dan sempit. Dan alasan Pak AR yang terakhir karena dirinya tidak bisa mengendarai mobil. Pak AR kemana-mana hanya naik motor dan motornya pun motor tua, padaha beliau adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” tutur Ikhwan.

 

Ingin Kuliah

 

Kisah tentang Pak AR yang lainnya yaitu ketika Pak AR ditugaskan di Semarang. Saat bertugas di Semarang, Pak AR ingin kuliah di Universitas Sultan Agung (Unisula), maka ia pun mendaftar dan ikut tes.

Pak AR mendaftar dan ikut prosedur, mulai dari mendaftar hingga ikut tes calon mahasiswa baru, tetapi setelah pengumuman namanya ternyata tidak ada dalam daftar mahasiswa baru yang lulus tes. Tentu saja Pak AR sedih, karena ia memang betul-betul ingin kuliah dan jadi sarjana.

“Tak lama setelah hasil tes masuk perguruan tinggi keluar, Pak AR mendapatkan surat panggilan dari Rektor Unisula dan oleh Pak Rektor beliau malah ditawari jadi dosen dan akhirnya diangkat menjadi dosen,” kisah Ikhwan.

Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional (PIMMNAS) #2 yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Pusdiklatbud Tabligh Institute Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta, dilangsungkan selama lima hari, yaitu Selasa–Sabtu, 18-22 Februari 2025.

Pelatihan yang diikuti kurang lebih 40 peserta utusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia, dibuka secara resmi oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Dr Saad Ibrahim MA.

Materi yang diberikan kepada peserta antara lain “Profil Muballigh Muhammadiyah” (oleh Ustadz Adi Hidayat), “Strategi Dakwah Muhammadiyah dan Implementasi Risalah Islam Berkemajuan di Ranah Tabligh” (Fathurrahman Kamal).

 “Spirit Dakwah Muhammadiyah” (Dr M Damami Zein MA), “Fiqih Ibadah dalam Pelatihan (Jama’-Qashar, Shalat Lail) dan Fiqih Ramadhan” (Dr Syakir Jamaluddin MA), “Sistem Pendidikan dan Pelatihan Muballigh Muhammadiyah: Ragam Model dan Jenjang Pelatihan” (Fida ‘Afif SHum).

“Fiqih Dakwah” (Dr Okrizal Eka Putra Lc MA), “Belajar Efektif bagi Orang Dewasa (Gen Milenial dan Gen Z)” (Prof Taufik Kasturi SPsi MSi PhD), “Komunikasi Efektif Keinstrukturan” (Drs Yusuf A Hasan Mag).

“Kepribadian Muballigh: Belajar dari Tokoh Muhammadiyah” (Dr M Ikhwan Ahada SAg MA), serta “Kode Etik dan Standardisasi Muballigh” (H Muhammad Choirin Lc MUs PhD), dan beberapa materi lainnya. (asnawin)


.....

Baca juga:

Kalau Masih Berpikir Dunia, Itu Bukan Da’i Muhammadiyah 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama