Ketua Muhammadiyah Sulsel Harus Ciptakan Suasana Teduh


KETUA MUHAMMADIYAH Sulsel diharapkan memiliki dedikasi yang tinggi, punya waktu yang cukup untuk mengabdi di Muhammadiyah, dapat diteladani oleh kader-kader persyarikatan, mampu mengayomi, memberi ruang kepada kader atau pengurus yang memiliki beragam pendapat, serta mampu menciptakan suasana teduh. (ist)





--------
Kamis, 24 Desember 2015


Ketua Muhammadiyah Sulsel Harus Ciptakan Suasana Teduh


PALOPO, (PEDOMAN KARYA). Ketua Muhammadiyah Sulsel yang akan terpilih pada hari kedua Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah Sulsel, di Aula Kampus STIE Muhammadiyah Palopo, Jumat, 25 Desember 2015, diharapkan memiliki dedikasi yang tinggi, punya waktu yang cukup untuk mengabdi di Muhammadiyah, serta dapat diteladani oleh kader-kader persyarikatan.
Selain itu, Ketua Muhammadiyah Sulsel juga diharapkan mampu mengayomi, memberi ruang kepada kader atau pengurus yang memiliki beragam pendapat, serta mampu menciptakan suasana teduh, bukan justru sebaliknya menciptakan kegaduhan.
Ketua dan pengurus harian yang biasanya berjumlah 13 orang dan dikenal dengan sebutan Anggota Pimpinan, juga harus kompak dan mampu bekerjasama atau bersinerji satu sama lain agar roda organisasi dapat berjalan dengan baik.
Demikian benang merah pendapat yang dikemukakan Rektor Univesitas Muhammadiyah Parepare (Umpar) Dr Syarifuddin Yusuf, Ketua STKIP Muhammadiyah Bulukumba Djumase Basra, dan mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel Abdul Rachmat Noer, kepada “Pedoman Karya”, di arena Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Aula Kampus STIE Muhammadiyah Palopo, Kamis, 24 Desember 2015.
“Ketua Muhammadiyah Sulsel diharapkan memang yang sudah matang dari segi usia, tenang, teduh, dan mengayomi, serta selalu menempatkan diri pada posisi netral, sehingga mampu menciptakan suasana teduh dan damai,” ujar Syarifuddin.
Ketua dan Anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, timpal Djumase Basra, haruslah benar-benar organisatoris, ulama, dan memang kader persyarikatan yang telah mengalami berbagai dinamika dalam ber-Muhammadiyah.
“Ketua dan anggota pimpinan harus memiliki dedikasi yang tinggi, punya waktu yang cukup untuk mengabdi di Muhammadiyah, dan yang tidak kalah pentingnya adalah dapat diteladani serta mampu mengikuti perkembangan sepanjang sesuai dengan landasan Muhammadiyah yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,” tuturnya.

Kepemimpinan Majemuk

Mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Abdul Rachmat Noer, secara terpisah mengatakan, memasuki abad kedua usia Muhammadiyah, kepemimpinan Muhammadiyah di Sulsel sudah saatnya mencerminkan kepemimpinan yang majemuk dan bersinergi.
“Profil kepemimpinan akan menggambarkan cita-cita atau harapan tentang apa yang akan dikerjakan Muhammadiyah Sulsel lima tahun ke depan. Untuk itu, diperlukan sinergitas antara kader ulama, enterpreneur, intelektual, praktisi, birokrat, dan filantrofis, untuk berkhidmat kepada umat. Sinergitas ini diharapkan akan membawa perubahan bagi masyarakat Sulsel yang dikenal sangat agamis dan berjiwa enterprenur,” paparnya.
Dia menambahkan, dirinya mensyaratkan figur ulama sebagai kriteria nomor satu, karena Muhammadiyah adalah organisasi dakwah yang selalu berdiri di depan untuk menyerukan kebaikan (amar ma’ruf) dan mencegah kemungkaran (nahi munkar). (win)
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama