Siput dan Katak



“Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya? Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Tolong beritahukan, agar saya tidak lagi melakukan kesalahan yang sama,” tanya katak. (int)





----

PEDOMAN KARYA
Kamis, 27 September 2018


Dongeng:


Siput dan Katak


Ada seekor siput selalu memandang rendah dirinya dan sebaliknya selalu cemburu kepada katak. Lama kelamaan, perasaan cemburu itu berubah menjadi perasaan sinis.

Setiap kali bertemu katak, siput selalu memandangnya dengan pandangan sinis. Bahkan tak jarang, siput mengeluarkan kata-kata sinis dan kurang sopan kepada katak.

Meskipun demikian, katak tak pernah menanggapinya. Katak hanya tersenyum, dan bahkan selalu menyapa siput dengan sopan. Senyum dan sapaan yang sopan itu bukannya membuat siput berubah menjadi baik dan sopan, malah semakin membuat siput cemburu dan sinis.

Suatu hari, katak dengan sopan bertanya kepada siput. Katak menanyakan mengapa siput selalu memandangnya dengan pandangan sinis, dan bahkan tak jarang mengeluarkan kata-kata kurang sopan.

“Tuan siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya? Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Tolong beritahukan, agar saya tidak lagi melakukan kesalahan yang sama,” tanya katak.

Siput tidak langsung menjawab pertanyaan katak, tapi memandangnya dengan pandangan sinis. Setelah memandangi seluruh tubuh katak, barulah ia berujar.

“Kalian kaum katak mempunyai empat kaki dan bisa melompat ke sana ke mari, sebaliknya, kami kaum siput, harus membawa cangkang yang berat kesana-kemari. Kami membawanya sambil merangkak di tanah, sungguh berat rasanya hidup ini dan itulah yang membuat kami selalu cemburu dan memandang sinis kepada kalian kaum katak," tutur siput.

Katak pun tidak langsung menanggapi pernyataan siput. Ia termenung sesaat sambil berpikir dan menyusun kalimat yang baik untuk memberikan tanggapan.

“Wahai sahabatku kaum siput. Setiap kehidupan memiliki kebahagiaan dan penderitaannya masing-masing. Kita semua punya sisi bahagia dalam hidup dan juga punya sisi sedih, karena dilanda derita. Janganlah kalian membandingkan kekurangan kalian dengan kelebihan dan kebahagiaan kami," tutur katak.

Setelah terdiam sejenak, katak kembali melanjutkan kata-katanya.

"Percayalah, Tuhan itu maha adil dan maha penyayang, maka syukurilah apa yang diberikan Tuhan. Kalau kita tidak mensyukuri pemberian Tuhan, bahkan selalu merasa sedih dan cemburu karena hanya melihat dari satu sisi, yakni kekurangan diri kita, kemudian membandingkannya dengan kelebihan makhluk Tuhan yang lainnya, maka selamanya kita akan menderita dan tidak bisa menikmati hidup ini," tutur katak.

Ia kembali terdiam sejenak, lalu melanjutkan bicaranya.

"Maka, nikmatilah hidup ini kawan, buatlah diri kita selalu bersyukur dan bahagia," kata katak sambil tersenyum.

Baru saja katak selesai bicara, tiba-tiba ada seekor elang besar yang terbang ke arah mereka. Siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak yang tak bisa menghindar, langsung dimangsa oleh elang.

Setelah elang terbang kembali ke udara, siput mengeluarkan badannya dari cangkang. Ia pun termenung dan berurai air mata.

"Maafkan saya kawan. Terima kasih atas nasehatmu," kata siput sambil memandang langit yang biru.

-----
@Dongeng ini sudah cukup legendaris dan selalu dijadikan bahan cerita dongeng pengantar tidur. Kami hanya berupaya mengkreasi ulang dongeng ini agar lebih enak dibaca. Semoga bermanfaat. (Asnawin Aminuddin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama