Keluarga Berencana dan Kehamilan Yang Tidak Diinginkan


Perempuan juga memiliki hak untuk dapat meraih impian dan cita-citanya, yakni dengan bersekolah hingga kuliah perguruan tinggi. Karena itulah, mereka perlu pengetahuan mengenai kontrasepsi dan perencanaan kehamilan bagi perempuan muda sebagai salah satu cara untuk memenuhi hak tersebut.





------

PEDOMAN KARYA
Jumat, 30 Nopember 2018


Keluarga Berencana dan Kehamilan Yang Tidak Diinginkan


Oleh: Asnawin Aminuddin
(Pengurus Ikatan Penulis Keluarga Berencana/IPKB Sulsel)

Pentingkah pengetahuan tentang keluarga berencana bagi remaja dan mahasiswa? Pentingkah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi mereka yang belum menikah? Pentingkah pengetahuan tentang keluarga berencana pasangan suami isteri yang baru menikah?

Pertanyaan-pertanyaan itu sering diungkapkan banyak orang dalam berbagai kesempatan. Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin bercerita tentang sebuah ruman tangga di Kota Makassar. Rumah tangga ini terdiri atas suami yang usianya belum genap 30 tahun, dan isteri yang usianya hanya terpaut satu atau dua tahun di bawah sang suami.

Usia mereka sebenarnya ideal sebagai pasangan suami isteri. Sayangnya, di usia yang masih terbilang sangat muda tersebut, mereka ternyata sudah memiliki enam orang anak. Anak pertama seorang bocah laki-laki yang baru berusia sekitar delapan tahun dan ia telah menjadi kakak dari lima orang adik.

Sang suami bekerja serampangan dan berganti-ganti pekerjaan, bahkan pernah merantau ke provinsi lain seorang diri selama beberapa bulan dan tanpa meninggalkan bekal uang dan harta untuk isteri dan anak-anaknya.

Setelah gagal di perantauan, ia pun kembali dan bekerja sebagai sekuriti pada sebuah kompleks perumahan, sambil nyambi sebagai ojek online, sementara sang isteri tidak bisa bekerja karena waktunya habis untuk mengurus anak-anaknya.

Anak pertama yang seorang bocah kelas tiga sekolah dasar, cukup sering memukul atau mencubit adik-adiknya. Maka ia pun sering dimarahi, bahkan dipukul oleh ibu atau ayahnya. Tentu saja ia sering memukul atau mencubit adik-adiknya, karena pada dasarnya ada rasa cemburu dan sakit hati dalam dirinya.

Mengapa ia cemburu dan sakit hati? Itu karena ketika usianya belum genap dua tahun, di saat ia sedang butuh belaian kasih sayang dari kedua orangtuanya, terutama pelukan sayang dari sang ibu, ternyata ia sudah memiliki adik dan tentu saja kasih sayang dan belaian sang ibu sudah harus dibagi kepada adiknya.

Sang adik yang merupakan anak kedua juga mengalami hal yang sama. Ketika usianya belum genap dua tahun, ia juga sudah mendapatkan adik dan tentu saja belaian kasih sayang sang ibu harus dibagi. Begitu seterusnya hingga lahir anak keenam.

Ketika anak keenam lahir, dokter dan perawat di Puskesmas tidak lagi memberi kesempatan kepada sang ibu. Mereka langsung menyuntik sang ibu dengan suntikan keluarga berencana, sehingga sang ibu tidak bisa lagi melahirkan hingga beberapa tahun ke depan.

Yang dialami oleh sang ibu muda ini adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Ia tergolong wanita subur dan ia pantang ber-KB, karena menganggap setiap makhluk yang bernyawa pasti punya rezeki, setiap anak pasti membawa rezeki, dan itu berarti banyak anak banyak rezeki.

Pada titik inilah terjawab pertanyaan-pertanyaan pentingnya pengetahuan tentang keluarga berencana bagi remaja dan mahasiswa, pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi mereka yang belum menikah, serta pentingnya pengetahuan tentang keluarga berencana pasangan suami isteri yang baru menikah.

Remaja dan mahasiswa, mereka yang belum menikah, serta pasangan suami isteri yang belum memiliki anak, sangat penting mengetahui bahwa keluarga berencana bukan hanya tentang usia yang tepat untuk menikah.

Keluarga berencana bukan hanya tentang alat kontrasepsi. Keluarga berencana bukan hanya tentang menunda kehamilan hingga usia yang dianjurkan untuk hamil, dan keluarga berencana bukan hanya tentang menjarangkan kehamilan.

Sekadar pengetahuan sekaligus perbandingan untuk bahan pemikiran, jumlah perempuan di dunia yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan mencapai 80 juta orang per tahun, termasuk di Indonesia jumlahnya mencapai sekitar 11,2 juta orang per tahun atau sekitar 14 persen dari total 80 juta orang per tahun.

Lebih ironis lagi, dari 80 juta perempuan yang mengalami kehamilan tidak dinginkan itu, sebanyak sekitar 41, 8 persen di antaranya terjadi pada perempuan muda usia sekitar 17 tahun.

Pengetahuan kontrasepsi

GM Family Planning & Reproductive Health DKT Indonesia, Aditya A Putra, pada sebuah forum mengatakan, setiap kehamilan haruslah merupakan kehamilan yang diinginkan dan memenuhi unsur-unsur kesehatan. Inilah yang perlu diketahui oleh para perempuan muda, terutama tentang kontrasepsi dan perencanaan kehamilan sebelum memutuskan untuk menikah.

Para perempuan muda, baik yang belum menikah maupun yang suda menikah, perlu mengetahui bahwa setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya, sehingga kehadiran anak perlu dipersiapkan secara matang.

Di sisi lain, perempuan juga memiliki hak untuk dapat meraih impian dan cita-citanya, yakni dengan bersekolah hingga kuliah perguruan tinggi. Karena itulah, mereka perlu pengetahuan mengenai kontrasepsi dan perencanaan kehamilan bagi perempuan muda sebagai salah satu cara untuk memenuhi hak tersebut.

Spesialis kandungan Brawijaya Women & Children Hospital, dr Uf Bagazi SpOG, pada kesempatan lain menjelaskan, bahwa penggunaan kontrasepsi memberi kekuatan dan hak bagi perempuan untuk menjalani hidupnya sesuai dengan mimpi dan cita-citanya.

Perempuan yang mempunyai pengetahuan yang baik terkait kontrasepsi, maka ia akan mampu menjaga kesehatan reproduksinya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, melakukan perencanaan keluarga dengan baik, dan mampu menghasilkan generasi berkualitas.

Banyak sekali manfaat yang diperoleh perempuan muda apabila mengetahui pentingnya KB dan kontrasepsi sedari awal, antara lain terjaganya kesehatan reproduksi, sehingga meminimalisasi risiko penyakit yang berkaitan dengan organ reproduksi, seperti kanker payudara dan kanker serviks.

Manfaat lainnya, mencegah gangguan fisik dan psikologis akibat kehamilan yang tidak diinginkan, serta memiliki persiapan matang terkait dengan perencanaan kehamilan.

Perempuan muda juga dapat meningkatkan kualitas diri dan mewujudkan mimpi-mimpinya apabila memiliki pengetahuan kontrasepsi sedari awal, karena ia mempunyai waktu yang cukup untuk dirinya sendiri.

Di sisi lain, pengetahuan itu juga berguna untuk mempererat hubungan dengan pasangan dan memiliki waktu untuk mendidik dan membesarkan anak secara maksimal.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama