Dusun Batu Bolong, Tuak Manis, dan Listrik


TUAK MANIS. Sekcam Pitu Riase, Kabupaten Sidrap, Jimmy Harun (paling kanan), bersama beberapa anggota rombongan, bertemu warga saat sedang memasak aren untuk pembuatan gula merah, di Dusun Batu Bolong, Desa Compong, Kecamatan Pitu Riasem Kabupaten Sidrap, Rabu, 02 Januari 2018.(ist)




-----

PEDOMAN KARYA
Sabtu, 05 Januari 2019


Dusun Batu Bolong, Tuak Manis, dan Listrik


Jika kita berkunjung ke Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap, selain disuguhi hamparan perkebunan yang hijau, lokasi peternakan yang luas, yang tidak kalah penting penyambutan masyarakat setempat yang sangat ramah.

Setidaknya, begitulah yang dirasakan Sekretaris Kecamatan (Sekcam) Pitu Riase, Jimmy Harun, bersama beberapa anggota rombongan, saat menyempatkan diri melakukan penelusuran ke wilayah Desa Compong, Rabu, 02 Januari 2018. Kunjungan lapangan merupakan rangkaian beberapa kunjungan ke beberapa dusun sejak Jimmy dilantik sebagai Sekcam Pitu Riase, pada 18 Desember 2018.

Rombongan Sekcam awalnya menempuh jalanan beraspal dan jalanan beton, kemudian menapaki sebuah jalan sempit yang kondisinya masih tahap pengerasan, meski saat berada di sebuah penurunan tajam, terdapat jalanan beton yang sudah cukup bagus sekitar 20 meter.

Melalui jalanan ini, rombongan disuguhi pemandangan alam yang sangat indah. Kiri kanan jalan terlihat tanaman jagung. Perkebunan warga yang berada di sebelah kiri berbatasan langsung dengan hutan lindung, membuat pemandangan dan udara sekitar semakin sejuk.

Di sisi kiri jalan juga tampak pohon pinus, pertanda bahwa wilayah ini memiliki udara yang dingin, terutama di malam hari. Rombongan sempat berhenti di sebuah perbukitan untuk menikmati suasana alam dan menghirup udara tanpa polusi, sambil mengambil gambar dengan ponsel.

Puas mengambil gambar dari berbagai sisi, rombongan yang mengendarai mobil jeep rakitan Sekcam yang juga di kemudikan mantan Kepala Bidang Damkar Dinas Satpol PP dan Damkar, melanjutkan perjalanan menelusuri jalan sempit tersebut.

Senang Dapat Kunjungan

Tidak jauh dari lokasi perbukitan, rombongan memasuki wilayah pemukiman yang dihuni sekitar 40 kepala keluarga (KK). Rombongan singgah di salah satu rumah yang sedang memasak tuak aren untuk dijadikan gula merah. Di tempat ini rombongan disuguhi tuak manis oleh pemilik rumah.

“Manis sekali tuaknya,” ungkap Jimmy Harun setelah meminum tuak yang disuguhkan warga setempat.

Sementara warga yang dikunjungi mengaku sangat senang dan terharu mendapat kunjungan pada hari itu.

“Kami sangat senang dapat kunjungan. Kami senang karena ada pihak pemerintah yang mau datang melihat langsung kondisi kehidupan kami di wilayah terpencil seperti ini,” ujar La Gading, dalam Bahasa Bugis.

Dalam kesempatan itu La Gading bersama beberapa warga menyampaikan keluhan mereka, di antaranya harga kakao yang sangat murah.

“Harga kakao sekarang hanya Rp 20 ribu per kilogram. Kami harus jual beberapa kilogram untuk bisa membeli pestisida. Artinya, kesulitan kami karena saat hasil kebun kita akan dijual, harganya menjadi murah, sementara saat akan membeli barang kebutuhan pokok dan kebutuhan pestisida harganya sangat mahal,” keluh mereka.

Bukan itu saja, mereka juga butuh bantuan alat produksi gula merah, terutama wajan untuk memasak gula merah tersebut.

Selain kakao dan jagung, warga setempat juga berkenun cengkeh dan beberapa tanaman jangka pendek lainnya.

Butuh Listrik

Bukan hanya harga jual hasil kebun yang dikeluhkan warga Dusun Batu Bolong yang dihuni 40 kepala keluarga (KK). Mereka juga sangat mengidamkan bisa mendapat sambungan listrik.

“Belum ada listrik di sini. Kami masih pakai penerangan tradisional lilin atau pelita,” ungkap La Gading.

Warga setempat, lanjutnya, sangat berharap agar pemerintah bisa mengupayakan pengadaan listrik sehingga warga setempat bisa menikmati aliran listrik, dan selanjutnya mereka tidak lagi berteman dengan kegelapan di malam hari. (Imam Ismail)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama