Kampus Besar Belum Tentu Sehat


“Padahal, boleh jadi proses belajar tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fasilitas pendukung perkuliahannya mungkin juga minim. Akhirnya, mahasiswa selesai kuliah begitu saja, ada ijazah tapi minim bekal ilmu, sangat tidak kompeten menyandang gelar sarjana,” tutur Daeng Tompo’. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)

 


---

PEDOMAN KARYA
Sabtu, 02 Februari 2019

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:


Kampus Besar Belum Tentu Sehat


“Kampus-kampus besar ternyata belum tentu sehat, malah tidak sedikit yang sakit-sakitan,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat berteduh di pos ronda karena kehujanan sepulang dari masjid shalat isya.

“Kenapaki’ bilang begitu? Kayak manusia saja, perguruan tinggi bisa sakit, bisa sehat,” tukas Daeng Nappa’ sambil tertawa.

“Tadi siang ketemuka seorang profesor mantan rektor. Dia bilang, kampus besar itu biasanya diukur dari jumlah mahasiswanya yang banyak, dan gedung kampusnya yang besar,” papar Daeng Tompo’.

“Terus,” tukas Daeng Nappa’.

“Padahal, boleh jadi proses belajar tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fasilitas pendukung perkuliahannya mungkin juga minim. Akhirnya, mahasiswa selesai kuliah begitu saja, ada ijazah tapi minim bekal ilmu, sangat tidak kompeten menyandang gelar sarjana,” tutur Daeng Tompo’.

“Kasianna itu,” ujar Daeng Nappa’.

“Belum lagi ada perguruan tinggi yang pejabat rektor, dekan, ketua program studi, dan pejabat lainnya dapat diganti setiap saat oleh pemilik yayasan. Ada juga perguruan tinggi yang wakil dekannya hanya satu, padahal biasanya wakil dekan itu tiga atau empat orang,” tutur Daeng Tompo’.

“Aih, sakit betulmi itue kalau begitu,” kata Daeng Nappa’. (asnawin)

Jumat, 02 Februari 2018


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama