Taat Kepada Orang Kafir berarti Bersiap Menjadi Orang Kafir


Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi. (QS Ali Imran/3: 149)

 



----------

PEDOMAN KARYA
Ahad, 02 Februari 2020


Al-Qur’an Menyapa Orang-orang Beriman (16):


Taat Kepada Orang Kafir berarti Bersiap Menjadi Orang Kafir



Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)


Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi. (QS Ali Imran/3: 149)

Allah SWT dalam ajakan-Nya di ayat ini bermaksud meluruskan dan meneguhkan kehendak hati yang semangat imannya sedang memudar sebagai efek dari perjuangan yang sedang mengalami cobaan.Menurut para ahli tafsir, ayat ini turun dalam suasana Perang Uhud, perang kedua setelah kemenangan kaum muslimin dalam Perang Badr.

Sebagaimana yang telah dipahami bahwa dalam peristiwa Perang Uhud, orang-orang beriman mendapat cobaan berat dengan kekalahan, yang mana salah satu pemicunya adalah karena pasukan pemanah tidak konsisten pada perintah nabi untuk tetap bertahan pada posisi mereka yang telah ditetapkan, apapun keadaannya hingga ada perintah dari Nabi selanjutnya.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menukil penggalan sejarah mengeni suasana perang saat itu: “Melihat kaum muslimin telah hampir terdesak, bahkan tersebar berita bahwa Rasulullah s.a.w. telah mati terbunuh, memang ada di antara orang-orang beriman itu mengalami kegoncangan pikiran.

Mereka yang mengalami kegoncangan pikiran itu berangan-agan untuk melakukan perjanjian damai kepada Abu Sofyan sebagai pemimpin kaum musyrikin. Mereka berencana meminta Abdullah bin Ubay--yang telah pulang ke Madinah bersama 300 orang pengikutnya-- untuk menjadi perantara rencana perjanjian damai tersebut.

Syukurnya bahwa orang-orang yang lemah iman itu tidak seberapa banyak jumlahnya, sehingga tidak mampu memengaruhi keteguhan hati para sahabat untuk mengikuti kecenderungan hati mereka”.

Untuk orang-orang yang lemah iman inilah ditujukan teguran, maka turunlah ayat 149 surah Ali Imran.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi” (QS Ali Imran/3: 149).

Ayat ini menegur mereka agar tidak merusak hati mereka dengan pemikiran yang lemah.
Allah SWT mengingatkan: Wahai kalian yang mengaku beriman, jika kamu mentaati orang kafir dan munafik setelah kasus yang menimpa kalian ini maupun dalam suasana lain, baik menaati mereka yang memerangi di Uhud maupun yang lain, maka mereka akan mengembalikan kalian ke dalam kekafiran dan kezhaliman.

Jika itu terjadi pada kalian maka kalian menjadi orang yang rugi. Kembali kepada kekafiran dan kezhaliman itu disebut murtad. Tidak ada kerugian yang paling rugi dari pada menjadi orang yang murtad, karena selain kehilangan panduan keimanan yang membahagiakan kehidupan di dunia, tobatnya tidak akan pernah diterima (QS Ali Imran/3: 90).

Dan tidak akan diberikan petunjuk oleh Allah SWT (QS An Nisa/4: 137), dan orang-orang murtad lalu mati dalam kekafiran, maka amalannya sia-sia dunia dan akhirat dan ditetapkan sebagai penghuni neraka yang kekal (QS Al Baqarah/2: 217), serta mereka akan dikumpulkan dengan sesamanya kafir dan munafik ke dalam neraka jahannam di hari kemudian kelak (QS An Nisa/4: 140). Inilah gambaran betapa ruginya orang yang mengikuti/menaati orang kafir.

Oleh karena itu, wahai orang yang sedang dilanda kelemahan iman! Hapuslah keinginan untuk menaati orang kafir itu dengan mengharapkan perlindungan dan pertolongan dari mereka, itu adalah sikap yang keliru.

Kemana seharusnya memohon pertolongan? Allah SWT menjawab dengan firman-Nya: “Allah-lah pelindungmu dan Dia-lah sebaik-baik penolong” (QS Ali Imran/3: 150).

Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan kata maw lapada ayat ini terambil dari kata waliya yang berarti “dekat”, maka kedekatan itulah Allah SWT memberikan perlindungan, pertolongan, dan cinta kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

“Allah-lah Pelindung kami, dan Dia sebaik-baik Penolong!” Inilah ucapan para patriot Islam di akhir Perang Uhud, ketika Abu Sofyan merasa menang dan meneriakkan berhalanya “Uzza” sebagai penolong mereka.

Untuk merasakan makna ayat ini lebih dalam, maka dianjurkan kepada para pembaca yang budiman untuk membaca peristiwa Perang Badar dan Perang Uhud. (bersambung)

--------
Artikel sebelumnya:

Bagian 16: Sekali Lagi Mengenai Larangan Riba 

Bagian 15: Jangan Berteman Setia dengan Orang-orang di Luar Kalanganmu 

Bagian 14: Bertakwalah kepada Allah dengan Sebenar-benarnya Takwa kepada- Nya 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama