Masih Pantaskah Itu Anggota DPR Disebut Wakil Rakyat?


“Contohna, mereka tiba-tiba membuat Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila, disingkat RUU HIP, padahal itu bukan aspirasi rakyat,” papar Daeng Nappa’.
“Malah mendapat penolakan secara meluas dari rakyat,” timpal Daeng Tompo’.
“Itumi kubilang tadi. Masih pantaskah itu Anggota DPR disebut wakil rakyat?” ujar Daeng Nappa’.

 


---------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 23 Juni 2020


Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:


Masih Pantaskah Itu Anggota DPR Disebut Wakil Rakyat?



“Masih pantaskah itu Anggota DPR disebut wakil rakyat?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat keduanya jalan-jalan pagi seusai shalat subuh berjamaah di masjid.

“Kenapaki’ bilang begitu?” Daeng Tompo’ balik bertanya.

“Karena itu Anggota DPR-ka, seperti dirasa bukanmi mewakili rakyat,” kata Daeng Nappa’.

“Apa contohna?” tanya Daeng Tompo’.

“Contohna, mereka tiba-tiba membuat Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila, disingkat RUU HIP, padahal itu bukan aspirasi rakyat,” papar Daeng Nappa’.

“Malah mendapat penolakan secara meluas dari rakyat,” timpal Daeng Tompo’.

“Itumi kubilang tadi. Masih pantaskah itu Anggota DPR disebut wakil rakyat?” ujar Daeng Nappa’.

“Jadi apami itu bagus sebutanna?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Nantipi dicariki namana, karena bikin sakit kepalaji kalau mau dipikirkan sekarang,” kata Daeng Nappa’ balas tersenyum. (asnawin)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama