Peristiwa Bersejarah dan Sunnah Berpuasa pada 10 Muharram

Dari ’Aisyah Radhiyallahu ’anha, beliau berkata, “Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah, beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)


 


-----

PEDOMAN KARYA

Senin, 16 Agustus 2021

 

 

Peristiwa Bersejarah dan Sunnah Berpuasa pada 10 Muharram

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel)

 

Tanggal 10 Muharram identik dengan Puasa Asyura. Umat Islam dianjurkan berpuasa pada 10 Muharram. Mengapa Rasulullah Muhammad SAW mensunnahkan Puasa Asyura atau Puasa 10 Muharram?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada baiknya kita melihat beberapa peristiwa bersejarah pada 10 Muharram.

Peristiwa pertama yaitu Nabi Adam yang berdosa karena memakan buah terlarang di dalam surga atas bujukan istrinya Sitti Hawa.

Allah SWT berfirman, “Dan Kami berfirman, Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!” (QS 2 / Al-Baqarah: Ayat 35)

Karena pelanggaran tersebut, Allah SWT menghukum Nabi Adam dan Sitti Hawa, dan keduanya pun bertobat memohon ampun. Nabi Adam bertobat dengan cara bersujud. Ada yang mengatakan, Nabi Adam bersujud selama 200 tahun dan tak pernah bangun dari sujudnya. Nabi Adam baru bangun setelah Allah SWT menerima tobatnya, dan itu terjadi pada pada 10 Muharram.

Peristiwa kedua yaitu Nabi Yunus yang ditelan ikan paus karena berdosa meninggalkan kaumnya.

Nabi Yunus jengkel kepada kaumnya karena tidak mau mendengar seruannya untuk menerima ajaran Allah SWT. Karena jengkel, maka Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya. Beliau pergi dengan naik kapal laut, tapi di tengah laut beliau dibuang ke laut dan kemudian dimakan oleh ikan paus.

Nabi Yunus dimakan oleh ikan paus sebagai hukuman dari Allah SWT, karena belum ada atau tidak ada perintah meninggalkan kaumnya tapi Nabi Yunus sudah pergi meninggalkan kaumnya.

Nabi Yunus menyadari kesalahannya lalu ia pun bertobat. Allah SWT menerima tobatnya dan Nabi Yunus pun dikeluarkan dari perut ikan paus dengan cara dimuntahkan ke pinggir pantai. Peristiwa dikeluarkannya Nabi Yunus dari perut ikan paus itu terjadi pada 10 Muharram.

Peristiwa ketiga yaitu Nabi Musa bersama kaumnya yang dikejar oleh Fir'aun dan bala tentaranya yang kuat dan berjumlah banyak. Mereka dikejar hingga ke tepi laut sehingga tidak ada lagi tempat untuk berlari atau bersembunyi.

Allah SWT kemudian menyuruh Nabi Musa memukul tepi laut dengan tongkatnya dan seketika terbelahlah laut. Nabi Musa dan pengikutnya kemudian berlari menyeberangi laut dan selamat hingga di seberang laut.

Ketika mereka tiba di seberang laut, air laut yang tadinya terbelah membentuk jalan, kemudian menyatu kembali dan menenggelamkan Fir’aun bersama bala tentaranya. Peristiwa itu terjadi pada 10 Muharram.

Pengikut Nabi Musa yaitu Bani Israel pun kemudian berpuasa pada 10 Muharram untuk menghormati peristiwa itu. Bani Israel bahkan menjadikan 10 Muharram sebagai hari raya.

 

Puasa Asyura (10 Muharram)

 

Dari ’Aisyah Radhiyallahu ’anha, beliau berkata, “Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura.

Beliau bertanya, “Apa ini?”

Mereka menjawab, “Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.”

Maka beliau Rasulullah berkata, “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”

 

Puasa Tasu’a (09 Muharram)

 

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau menceritakan, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura’, beliau pun memerintahkan para sahabat untuk puasa. Kemudian ada sahabat yang berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tahun depan, kita akan berpuasa di tanggal sembilan. Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah diwafatkan. (HR Al Bukhari).

 

Keutamaan Puasa Muharram

 

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – yaitu Bulan Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).

Dari sekian hari di bulan Muharram, yang lebih afdhal adalah puasa hari ‘Asyura, yaitu pada 10 Muharram. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata:

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan Puasa Asyura. Beliau menjawab, Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama