Do’a Rasulullah pada Perang Badr Kubra

Rasulullah ﷺ memohon kepada Rabbnya pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata, “Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon janji-Mu.”

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa, “Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan disembah lagi (oleh manusia) wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak disembah lagi setelah ini.”


----- 

PEDOMAN KARYA

Rabu, 19 Januari 2022

 

Kisah Nabi Muhammad SAW (79):

 

 

Do’a Rasulullah pada Perang Badr Kubra

 

 

Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi

 

Serangan Umum

 

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin. Mereka kehilangan tiga pemimpin sekaligus. Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian menyerang kaum muslimin secara serentak.

Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat kepada-Nya dan merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum musyrikin secara bertubi-tubi, dengan sikap bertahan. Tetapi mereka berhasil memberikan banyak kerugian kepada kaum musyrikin. Mereka meneriakkan kata-kata “Ahad, ahad.”

 

Rasulullah Memohon Pertolongan kepada Rabb-nya

 

Rasulullah ﷺ sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata, “Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku. Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon janji-Mu.”

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa, “Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan disembah lagi (oleh manusia) wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak disembah lagi setelah ini.”

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari pundaknya. Kain itu kemudian disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabb-mu.”

Kemudian Allah wahyukan kepada para malaikat-nya:

 

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ

 

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Surah ke-8 / Al-Anfal, ayat 12)

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih berganti, tidak sekaligus.

 

Jumat 17 Ramadhan

 

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-tiba berpendapat bahwa berperang sekarang tidak ada gunanya. Abu Jahal kembali mengamuk. Ia yang menjuluki Utbah sebagai penakut. Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah ﷺ dan pasukannya. Perlahan keyakinan mereka akan pertolongan Allah semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy. Merasa malu jika mundur setelah berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk maju bertempur. Apalagi saat itu pasukan Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah bin Malik, pemimpin Bani Mudlij, bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy, “Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya. Kalau kamu kalah kami akan membantumu dari arah belakang!”

Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat. Seketika itu juga Suraqah gadungan dan anak buahnya melarikan diri.

Seorang Quraisy berteriak heran, “Hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau tadi hendak membela kami? Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?”

“Sudahlah,” jawab iblis gusar, “Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat!”

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah bersabda,

“Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan Allah akan menempatkannya di dalam surga.”

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah melebihi kekuatan apa pun. Walaupun demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian mereka.

Geram akibat tidak mendapatkan air, karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh kaum muslimin, seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi keluar dari barisan seraya berucap,

“Aku bersumpah demi nama Tuhan, akan kurusak kolam-kolam mereka! Jika tidak dapat melakukannya, lebih baik aku mati!”

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

 

Bilal

 

Di dalam pertempuran sengit itu, banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling berhadapan. Beberapa orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak mengenai saudara-saudara mereka dari pihak Quraisy. Namun beberapa pahlawan yang imannya telah begitu kuat tidak lagi peduli dengan siapa mereka berhadapan.

Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan musuh di hadapannya. Musuh itu bisa membunuh tentara Islam yang lain. Padahal, saudara Muslim itulah yang seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya. Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu Ubaidah mencoba mengingatkan agar ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya dengan pedang terhunus. Mereka kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah ketakutan. Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat Rasulullah ﷺ. Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah. Abdurrahman pun melindungi Umayyah dan hendak menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah. Namun, Bilal memprotes sambil berteriak, “Saudara-saudara muslim! Ini dia Umayyah bin khalaf, si gembong kekafiran!”

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka  memprotes tindakan Abdurrahman bin Auf.

“Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!” demikian tekad kuat Bilal.

Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel, Keduanya bertarung dengan pedang terhunus. Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan mengalahkan dia. (bersambung)


-----

Kisah sebelumnya:

Hamzah dan Ali Tampil Perkasa pada Perang Badr Kubra

Rasulullah Pimpin Peperangan dan Ekspedisi Militer

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama