Andi Baso Amir Pertama Kali Berdeklamasi di Makassar?

“ABA itu seorang apresiator seni. Dalam Festival Drama 1955 di Makassar, ABA salah seorang penggagas dan menjadi panitia pelaksana. Tapi, saya tidak tahu kalau di tahun 60-an ABA yang pertama kali mengenalkan deklamasi (istilah Bugis-Mks: massanjak) di Sulawesi Selatan.”

Fahmi Syariff -

(Akademisi, Seniman, Sastrawan, Budayawan)




-----

PEDOMAN KARYA

Rabu, 13 Juli 2022

 

Jejak Sastrawan Sulsel:

 

 

Andi Baso Amir Pertama Kali Berdeklamasi di Makassar?

 

 

Oleh: Mahrus Andis

(Seniman, Sastrawan, Budayawan)

 

Menulis jejak sastrawan Sulawesi Selatan, saya sering bertanda tanya di akhir judul. Ini sebuah isyarat bahwa narasi saya selalu membuka ruang untuk diskusi. Karena itu, kepada para seniman, sastrawan atau budayawan yang memiliki referensi akurat tentang tema tulisan ini, diminta berkontribusi melalui komentar, sanggahan atau tambahan informasi. Boleh lewat beranda fesbuk atau pun dengan japri.

Siapakah Andi Baso Amir? Pertanyaan ini mengingatkan saya pada pertemuan di akhir 1970-an. Waktu itu, kalau tidak salah ingat, ABA (singkatan Andi Baso Amir) bersama Rahman Arge menjadi pembicara di Sanggar A. M. Dg. Miyala Dewan Kesenian Makassar (DKM).

Panel dengan Rahman Arge, aktor teater dan film itu, penampilan ABA sangat meyakinkan sebagai pemikir kebudayaan. Keduanya menggagas tematik tentang  “Menangkap Sukma Kampung” sebagai sumbangan besar leluhur Bugis-Makassar dalam konteks kekayaan budaya nasional.

Diskusi terasa nikmat karena kedua pembicara tampil dengan karakter estetika masing-masing. ARGE sebagai Aktor Seni dan ABA selaku Analis Budaya. 

Ketika berkunjung ke rumah penyair M. Anis Kaba, 29 Juni 2022, saya sempat mendapat informasi baru tentang siapa ABA ini.

“Dia pemilik surat kabar yang cukup terkenal di Sulsel saat itu. Banyak sastrawan yang pernah menulis di koran yang dipimpinnya,” jelas Anis Kaba.

Menjawab pertanyaan saya tentang apakah Andi Baso Amier itu sastrawan?, Anis Kaba mengatakan, “Seniman yang pertama kali mendeklamasikan sajaknya, 1960-an, di Sulsel adalah Andi Baso Amir.”

“Dulu, ada bioskop Empress di Jalan Cenderawasih. Di situlah ABA tampil berdeklamasi dalam satu kegiatan kesenian,” tambahnya.

Deklamasi adalah seni membawakan sajak dengan cara menghapal teks sambil berakting sesuai nada sajak. Sayang sekali, penyair kelahiran Gowa 1942 ini tidak menyimpan dokumen karya sastra Andi Baso Amir.

Besoknya, ada ide untuk mengkonfirmasi cerita ini ke Fahmi Syariff, seorang yang tentu banyak tahu seluk beluk berkesenian di Makassar. Maka saya pun menghubungi aktor teater tersebut lewat WA.

“Kekuatan sastra dulu memang berkat kerja samanya dengan koran, terutama koran mingguan. Semua koran mingguan menyiapkan halaman khusus rubrik seni budaya. Selain Harian Pedoman Rakyat dan Fajar, ada banyak koran mingguan seperti: Marhaen, Indonesia Pos, Orde Baru, Bawakaraeng, Makassar Times, Duta Masyarakat dan lain-lain. Semuanya menyediakan rubrik budaya untuk cerpen, puisi dan cerita bersambung,” jelas Fahmi Syariff.

Kemudian ia menambahkan: “ABA itu seorang apresiator seni. Dalam Festival Drama 1955 di Makassar, ABA salah seorang penggagas dan menjadi panitia pelaksana. Tapi, saya tidak tahu kalau di tahun 60-an ABA yang pertama kali mengenalkan deklamasi (istilah Bugis-Mks: massanjak) di Sulawesi Selatan.”

“Bioskop Empress itu dahulu berubah menjadi Bioskop Madya di Jalan Kajao Laliddo,” kunci penulis beberapa buku, sutradara teater dan purnabakti dosen drama di Fakultas Sastra Unhas ini.

Andi Baso Amir adalah saudara seayah dengan mantan Menhankam-Pangab, Jenderal (Purn) M. Yusuf. Dalam sejarah pemerintahan Sulsel, ABA pernah menjadi Bupati Bone periode 1967-1969. Dia pun aktif dalam kegiatan-kegiatan kesenian di Makassar sejak tahun 1950-an. ***

 

Bulukumba, 06 Juli 2022


-----

Artikel terkait:

Siapakah Sastrawan S. Daeng Muntu? 

“Bimbang”, Puisi Ejekan Sosial A. M. Dg. Miyala

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama