Mereka Hanya Menipu Diri Sendiri

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS 2 / Al-Baqarah, ayat 9)
 







-----

PEDOMAN KARYA

Rabu, 20 Juli 2022

 

Surah Al-Baqarah, Ayat 9:

 

 

Mereka Hanya Menipu Diri Sendiri

 



 
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS 2 / Al-Baqarah, ayat 9)






-----

Tafsir: Ibnu Katsir

Tafsir Surat Al-Baqarah: 8-9

 

Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj

 

Dan di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.”

Nifaq atau kemunafikan ialah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Sifat munafik itu bermacam-macam, ada yang berkaitan dengan akidah; jenis ini menyebabkan pelakunya kelak di dalam neraka.

Ada yang berkaitan dengan perbuatan, jenis ini merupakan salah satu dari dosa besar, rinciannya akan disebutkan pada bagian tersendiri, insya Allah.

Menurut Ibnu Juraij, orang munafik ialah orang yang ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, keadaan batinnya bertentangan dengan sikap lahiriahnya, bagian dalamnya bertentangan dengan bagian luarnya, dan penampilannya bertentangan dengan kepribadiannya. Sesungguhnya sifat orang munafik diterangkan di dalam surat-surat Madaniyah, karena di Mekah tidak ada sifat munafik, bahkan kebalikannya.

Di antara orang-orang dalam periode Mekah ada yang menampakkan kekafiran karena terpaksa, padahal batinnya adalah orang mukmin tulen. Ketika Nabi ï·º hijrah ke Madinah, di sana telah ada kaum Anshar yang terdiri atas kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj.

 

Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Qauraizah

 

Dahulu di masa Jahiliah, mereka termasuk penyembah berhala sebagaimana kebiasaan kaum musyrik Arab. Di Madinah terdapat orang-orang Yahudi dari kalangan ahli kitab yang memeluk agama menurut nenek moyang mereka. Orang-orang Yahudi Madinah terdiri atas tiga kabilah, yaitu Bani Qainuqa' (teman sepakta kabilah Khazraj), Bani Nadhir, dan Bani Quraizah (teman sepakta kabilah Aus).

Ketika Rasulullah ï·º tiba di Madinah orang-orang Anshar dari kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj telah masuk Islam, tetapi sedikit sekali dari kalangan orang-orang Yahudi yang masuk Islam, bahkan hanya satu orang, yaitu Abdullah ibnu Salam.

Pada saat itu (periode pertama Madinah) masih belum terdapat nifaq, mengingat kaum muslim masih belum mempunyai kekuatan yang berpengaruh, bahkan Nabi ï·º hidup rukun bersama orang-orang Yahudi dan kabilah-kabilah Arab yang berada di sekitar kota Madinah, hingga terjadi Perang Badar Besar, dan-Allah memenangkan kalimat-Nya dan memberikan kejayaan kepada Islam serta para pemeluknya.

 

Abdullah bin Ubay bin Salul

 

Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul adalah seorang pemimpin di Madinah, berasal dari kabilah Khazraj. Dia adalah pemimpin kedua kabilah di masa Jahiliah, mereka bertekad akan menjadikannya sebagai raja mereka.

Kemudian datanglah kebaikan (agama Islam) kepada mereka, dan mereka semua masuk Islam, menyibukkan dirinya dengan urusan Islam, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul tetap pada pendiriannya seraya memperhatikan perkembangan Islam dan para pemeluknya.

Akan tetapi, ketika terjadi Perang Badar (dan kaum muslim beroleh kemenangan), dia berkata, “Ini merupakan suatu perkara yang benar-benar telah mengarah (kepada kekuasaan).” Akhirnya dia menampakkan lahiriahnya masuk Islam, dan sikapnya ini diikuti oleh orang-orang yang mendukungnya, juga oleh orang lain dari kalangan ahli kitab.

 

Orang Munafik

 

Sejak itulah muncul nifaq (kemunafikan) di kalangan sebagian penduduk Madinah dan orang-orang Badui yang berada di sekitar kota Madinah. Adapun kaum Muhajirin, tidak ada seorang munafik pun di kalangan mereka karena tiada seorang pun yang berhijrah karena dipaksa, bahkan setiap Muhajirin berhijrah meninggalkan harta benda dan anak-anaknya karena mengharapkan pahala di sisi Allah kelak di hari kemudian.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 8) Yang dimaksud adalah orang-orang munafik dari kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj serta orang-orang yang mengikuti mereka.

Hal yang sama ditafsirkan oleh Abul Aliyah, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Suddi, yaitu “mereka adalah orang-orang munafik dari kabilah Aus dan kabilah Khazraj melalui ayat ini Allah memperingatkan kaum mukmin agar jangan terbujuk oleh lahiriah sikap mereka, yaitu dengan menerangkan sifat-sifat dan ciri khas orang-orang munafik, karena hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya kerusakan yang luas sebagai akibat tidak bersikap waspada terhadap mereka; dan sebagai akibat meyakini keimanan mereka, padahal kenyataannya mereka adalah orang-orang kafir.

Hal ini merupakan larangan besar, yaitu menduga baik pada orang-orang yang ahli dalam kemaksiatan. Untuk itulah Allah ï·» berfirman: “Di antara manusia ada yang mengatakan, Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman” (Al-Baqarah: 8).

Dengan kata lain, mereka katakan hal tersebut hanya dengan lisannya saja, padahal di balik itu tiada sedikit pun iman yang terdapat di hati mereka, sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya.” (Al-Munafiqun: 1). Dengan kata lain, sesungguhnya mereka mengatakan demikian bila datang kepadamu saja, padahal kenyataannya tidak demikian.

Karena itu, mereka mengukuhkan kesaksiannya dengan inna dan lam taukid pada khabar-nya. Mereka mengukuhkan perkataannya pula, seperti yang disitir oleh firman-Nya, “Mereka mengatakan, 'Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian'," padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Allah menolak kesaksian dan kalimat berita mereka, yang hal ini berkaitan dengan akidah mereka, yaitu melalui firman-Nya: “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta” (Al-Munafiqun: 1).

“Padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang beriman” (Al-Baqarah: 8). Firman Allah ï·» mengatakan, "Yukhadi’unallaha walladzina amanu" mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman karena mereka hanya menampakkan keimanannya pada lahiriahnya saja, sedangkan batin mereka memendam kekufuran.

 

Mereka Pendusta

 

Karena kebodohan mereka sendiri, mereka menduga bahwa mereka menipu Allah ï·» dengan sikap tersebut, dan hal tersebut menghasilkan manfaat di sisi-Nya, dapat mengelabui Allah ï·» sebagaimana mereka dapat mengecoh sebagian kalangan kaum mukmin, seperti yang dinyatakan di dalam firman-Nya: “(Ingatlah) hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepada kalian; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat).

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. (Al-Mujadilah: 18). Karena itulah Allah membantah apa yang mereka yakini itu melalui firman-Nya: “Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari” (Al-Baqarah: 9).

Dengan kata lain, melalui perbuatannya itu mereka tidak mengelabui; tidak pula menipu, melainkan hanya diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadari hal itu, sebagaimana disebutkan dalam firman lain: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, namun Allah akan membalas tipuan mereka” (An-Nisa: 142).

Di antara ahli qiraat ada yang membaca wama yakhda'una illa an-fusahum menjadi wama yukhadi'una illa anfusahum yang artinya, “tiada lain penipuan yang mereka lakukan itu melainkan terhadap diri mereka sendiri.”

Akan tetapi, kedua qiraat tersebut mempunyai makna yang sama. Ibnu Jarir mengatakan, jika ada seseorang mengatakan mengapa orang yang munafik kepada Allah dan kepada kaum mukmin dapat dikatakan sebagai seorang penipu, sedangkan orang yang munafik itu tidak sekali-kali mengatakan apa yang bertentangan dengan batinnya hanyalah karena taqiyyah semata?

 

Mukhadi = Orang Yang Menipu

 

Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa orang-orang Arab menamakan ucapan yang bertentangan dengan hati sebagai sikap taqiyyah untuk menyelamatkan diri dari hal yang ditakutkan dengan nama mukhadi'.

Demikian pula halnya dengan orang munafik, dia dinamakan mukhadi' (orang yang menipu) Allah dan orang-orang mukmin dengan mengucapkan kata-kata yang dapat menyelamatkan dirinya dari pembunuhan, penahanan, dan siksa yang segera, padahal di balik penampilan luarnya itu dia memendam kebencian.

Itu adalah salah satu dari sikap orang munafik; sekalipun dia menipu orang-orang mukmin dalam kehidupan di dunia ini, tetapi dia dengan perbuatannya itu sama saja menipu dirinya sendiri.

Dikatakan demikian karena perbuatan yang ditampakkannya itu menurutnya dapat memberikan apa yang dicita-citakannya dan kebahagiaan, padahal kenyataannya justru merupakan sumber kejatuhannya dan berakibat siksa di hari kemudian serta murka Allah dan azab-Nya yang amat pedih tiada bandingannya.

Tipuan yang ia lancarkan tersebut diduganya sebagai perbuatan yang baik buat dirinya, padahal sesungguhnya dia berbuat jahat terhadap dirinya sendiri bagi kehidupannya di akhirat nanti, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya, “Tiadalah yang mereka tipu melainkan diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa orang-orang munafik telah mencelakakan dirinya sendiri karena perbuatan mereka membuat Tuhan murka, yaitu kekufuran, keraguan, dan kedustaan yang mereka lakukan tanpa mereka rasakan dan tanpa mereka ketahui hingga membuat mereka buta dan menetapi perbuatannya itu.

 

Ciri Khas Orang Munafik

 

Ibnu Abi Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Mubarak dalam suratnya yang ditujukan kepadaku, bahwa telah menceritakan kepadanya Zaid ibnul Mubarak, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Tsaur, dari Ibnu Juraij, sehubungan dengan firman-Nya: “Mereka hendak menipu Allah” (Al-Baqarah: 9). Makna yang dimaksud ialah bahwa mereka menampakkan kalimat tauhid dengan tujuan agar darah dan harta benda selamat, padahal di dalam hati mereka terdapat hal yang bertentangan dengan kalimat tauhid itu.

Sa'id mengatakan dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya: “Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya” (Al-Baqarah: 8-9).

Bahwa ciri khas orang munafik pada umumnya ialah berakhlak rendah, percaya dengan lisan tetapi ingkar dengan hati, dan berbeda dengan perbuatan serta sepak terjangnya; di pagi hari berada dalam satu keadaan, sedangkan di petang harinya dalam keadaan lain; begitu pula sebaliknya, di petang hari dalam satu sikap, sedangkan di pagi harinya bersikap lain; ia terombang-ambing bagaikan perahu yang ditiup angin kencang dan hanya bersikap mengikuti arah angin.

 

-----

Sumber tafsir:

https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-2-al-baqarah/ayat-9



----

Ayat sebelumnya:

Mereka Sesungguhnya Bukan Orang Beriman 

Allah Telah Mengunci Mata Hati dan Pendengaran Mereka

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama