Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibiyah

Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang yang dulu pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan membawa kabar buruk itu bagi kawan-kawannya.

 

----

PEDOMAN KARYA

Jumat, 22 Juli 2022

 

Kisah Nabi Muhammad SAW (134):

 

Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibiyah

 

Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi

 

Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada suatu malam, Bani Bakr yang merupakan sekutu orang Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza'ah. Pada saat itu, Bani Khuza'ah tengah tertidur lelap di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al Watir.

Setelah perjanjian Hudaibyah, Bani Bakr memihak Quraisy, sedangkan Bani Khuza'ah menggabungkan diri dengan Rasulullah ﷺ.

Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza'ah terdesak dan kewalahan. Dalam pertempuran itu, diam-diam pihak Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan pelanggaran besar terhadap perjanjian Hudaibyah. Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut lagi kepada kaum muslimin. Mereka mengira, kaum muslimin sudah hancur dalam pertempuran Mu'tah.

Bani Khuza'ah lari berlindung di sekitar Ka'bah. Di tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri mengingatkan pemimpin mereka untuk tidak perang di Tanah Suci Kabah, “Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat Tuhanmu, Tuhan-mu!”

Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan ini, menjawab dengan kasar,

“Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr! Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah, kalau perlu kalian boleh mencuri di Tanah Suci. Apakah kalian tidak ingin melampiaskan dendam di Tanah Suci?”

Akhirnya Bani khuza'ah baru benar-benar bisa menyelamatkan diri dari pembantaian setelah mereka mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga Budail bin Warqa Al khuza'i.

Setelah itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Amr bin Salim Al khuza'i cepat-cepat pergi ke Madinah menemui Rasulullah ﷺ.

Ia bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia membacakan syairnya.

“Ya Rabbi, aku mengingatkan Muhammad tentang persahabatan ayah kami dan ayahnya pada masa lalu......

Quraisy telah mengkhianatimu dalam perjanjian.....

Mereka mendesak hingga ke Ka'bah dan membunuh kami saat sedang ruku dan sujud kepada Ilahi.”

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim.”

Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau bersabda, “Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani Kaab (sebutan lain untuk bani Khuza'ah).”

Dalam Al Quran surat Al-Anfal, ayat 55-56, Allah berfirman,

 

اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۖ

 

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Surah 8 / Al-Anfal, ayat 55)

 

الَّذِيْنَ عَاهَدْتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَهُمْ فِيْ كُلِّ مَرَّةٍ وَّهُمْ لَا يَتَّقُوْنَ

 

(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, Kemudian setiap kali berjanji, mereka mengkhianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah). (Surah 8 / Al-Anfal, ayat 56)

 

Quraisy Mengutus Abu Sufyan

 

Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat disesali oleh pemimpin mereka. Karena itu, mereka mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk menguatkan kembali perjanjian dan memperpanjang waktunya.

Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah ﷺ, tetapi menemui putrinya, ummu Habibah, yang sudah menjadi isteri Rasulullah ﷺ.

Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin duduk di tikar tempat biasa Rasulullah ﷺ duduk. Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum diduduki ayahnya.

“Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar itu dari pada aku?” keluh Abu Sufyan.

“Ini tikar Rasulullah ﷺ, padahal ayah adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di atasnya.”

“Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu setelah berpisah denganku.”

Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah ﷺ. Ia bicara panjang lebar membujuk Rasulullah ﷺ agar memperpanjang perjanjian. Namun Rasulullah ﷺ sama sekali tidak menanggapinya.

Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan meminta agar Abu Bakar membujuk Rasulullah ﷺ. Namun Abu Bakar berkata, “Aku tidak sudi melakukannya.”

Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu Sufyan agar mau membujuk Rasulullah ﷺ. Umar menjawab, “Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah ﷺ? Demi Allah, walau hanya pasir yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan kupergunakan untuk melawan kalian!”

Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu sedang bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az-Zahra istrinya. Namun, dengan lembut Ali menjawab, “Jika Rasulullah ﷺ sudah mengambil keputusan, tidak seorang pun dari kami yang bisa menarik keputusan beliau.”

Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang yang dulu pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan membawa kabar buruk itu bagi kawan-kawannya. (bersambung)


-----

Kisah sebelumnya:

Khalid bin Walid Ditunjuk Pimpin Pasukan Muslim Melawan Pasukan Romawi 

Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib Gugur di Perang Mu’tah 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama