Senyuman Fitnahan

Filsuf Socrates yang hidup tahun 399 sebelum masehi saja telah mengukir fitnahan untuk dihardik; “Jika engkau menginginkan kebaikan, segeralah laksanakan sebelum engkau mampu. Tetapi jika engkau menginginkan kejelekan, segeralah hardik jiwamu karena telah menginginkannya.”

Kemudian, Filsuf Augustinus yang hidup 400 SM juga telah berpandangan tentang nafsu manusia berlebihan. Bahkan, manusia juga mempunyai kuasa untuk berkehendak, seperti Tuhan. Tetapi terkadang manusia menggunakan kehendak itu dengan cara yang salah, seperti mengatakan kata-kata kotor dan fitnah.

 


-----

PEDOMAN KARYA

Kamis, 07 Juli 2022

 

 

Senyuman Fitnahan

 

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Akademisi, Sastrawan)

 

Filsuf Socrates yang hidup tahun 399 sebelum masehi saja telah mengukir fitnahan untuk dihardik; “Jika engkau menginginkan kebaikan, segeralah laksanakan sebelum engkau mampu. Tetapi jika engkau menginginkan kejelekan, segeralah hardik jiwamu karena telah menginginkannya.”

Kemudian, Filsuf Augustinus yang hidup 400 SM juga telah berpandangan tentang nafsu manusia berlebihan. Bahkan, manusia juga mempunyai kuasa untuk berkehendak, seperti Tuhan. Tetapi terkadang manusia menggunakan kehendak itu dengan cara yang salah, seperti mengatakan kata-kata kotor dan fitnah.

 

Fitnahan Di Mata Tuhan

Mungkin lebih bermutu lagi, manakala kita meyakini firman Tuhan dan Sabda Nabi_Nya mengensi fitnahan

Tuhan menantang dengan pertanyaan yang sangat menggelitik dan sungguh tajam di dalam QS. Al-Hujurat: 12, tentang ghibah atau fitnahan yang artinya__

“... Apakah di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu kalian akan merasa jijik... (?)”

Kemudian, esensi gambaran tentang menjijikkan yang berdimensi ghibah tersebut, dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh H.R. Thabrani, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

“.. . pelaku ghibah dosanya tidak akan diterima kecuali ia dimaafkan oleh yang dighibahi.”

Kemudian, esensi ghibah berdasarkan hadits yang diriwatkan oleh HR. Muslim no. 2589, Rasulullah Saw bersabda yang artinya,

“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” 

Maka, lebih eloknya yakinlah pada akhir kalimat QS. Al-Hujurat : 12, yang artinya__

“... Bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” 

Manakala, kita mau disayangi-Nya dengan mautan berdimensi husnul khotimah yang berdiksi cinta:

“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam posisi suka dan disukai. Maka bergabunglah dengan hamba-hamba–Ku dan masuklah ke dalam surge-Ku”. (QS Al-Fajr: 27-30).

Namun, logika ketenangan mesti beriringan kebeningan hati untuk membacanya. Maka, bacalah dengan teliti dan tekun, tentu dibarengi keikhlasan berikhtiar penuh kesabaran tulen.

Insya Allah diberkahi Tuhan tanpa diminta akan bersalaman penuh kebahagiaan__

Yakin dengan ketulusan juga tanpa keraguan, sebagaimana janjiNya, QS Ath-Thalaq : 2-3 yang artinya,

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluan_Nya.

Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

Tidak mungkin Tuhan mengingkari janjiNya, terkecuali hamba-Nya itu sendiri yang tidak mau dan buruk sangka  _ lalu, ia mengkhianatinya dengan keputus-asaan berlebihan._

Dan tentu dengan berupaya maksimal untuk selalu menghindari prasangka buruk, berupa fitnahan dan ghibah homo homini lupus; menjadikan diri kita serigala bagi sesama manusia yang lainnya" __

Apalagi terkesan melebihi Tuhan _padahal itu semakin menunjukkan arogan atas kebodohan dipertuankan yang dikutukin oleh Tuhan_

 

Difinahin Maka Senyumlah

 

Pada bulan April 2022 yang belum lama berlalu, pernah saya goreskan di dalam tautan facebook, kurang lebih sebagai berikut.

 

Biarin Badai fitnahan dunia menjadi debu angkara murka oleh karma Tuhan Semesta__

Lebih baik diam dan seyum untuk menghadapinya, dibarengi dengan puasa tulus katena Tuhan semata, __

 

Lawan__

cukup dengan doa dan zikirullah berlafad__

“Hasbunnallah wanikmal wakil, Nikmal Maula Wanikman Nasir; cukuplah Allah sebagai tumpuan pelindung dan penolong terbaik tanpa tertandingi ”

 

Maka,

Insya Allah dapat dilalui dengan haqikat bil hikmah_yang berdiksi Al_Mauidzatul Hasanah ; dengan nasihat ataupun pengajaran yang baik, _

 

Tentu,

sungguh sangat mengembirakan, baik di dunia maupun berakhiratan.

 

Apapun,

bentuk badai fitnahan dikibarkan oleh mahluk apapun,_ Insya Allah akan hancur lebur menjadi abu nar tanpa tersisa__

 

Cukup dihadapi dengan senyum dalam diam, sembari doakan semoga diberkahi cahaya Ilahi__ berhingga badai berlalu sebelum mautan bersalaman.

 

Wallahu a’lam

 

UHAMKA tetap Unggul dalam Senyuman_


----

Baca juga:

Momokan Menghabisi Vaksinasi

Cermin Compassion

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama