Hari Ibu-ku Tak Terhingga

Kalau kini ada Hari Ibu, bagiku tiada hari tanpa Hari Ibu, dikarenakan Tuhan telah menganugerahi aku melalui dia sehingga bisa begini. Bahkan mungkin hingga kapan pun tak mampu membalas atas anugerah telah tertanam kepada diriku, baik material maupun doa berjiwa hingga kiamat sekalipun bertakdir Keabadian.

Maman A. Majid Binfas -

 


-----

PEDOMAN KARYA

Kamis, 22 Desember 2022

 

OPINI

 

 

Hari Ibu-ku Tak Terhingga

 

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

 

Kalau kini ada Hari Ibu, bagiku tiada hari tanpa Hari Ibu, dikarenakan Tuhan telah menganugerahi aku melalui dia sehingga bisa begini.

Bahkan mungkin hingga kapan pun tak mampu membalas atas anugerah telah tertanam kepada diriku, baik material maupun doa berjiwa hingga kiamat sekalipun bertakdir Keabadian.

Walau, pengabdianku berbilion triliunan berhingga tiada berhingga, mungkin jua tiada terbalasi, dan apalagi masih banyak dosa-dosaku nan tiada dinafikan masih ada menodai perasaannya. Sekalipun, ia telah memaksakan melupakan dan memaafinnya.

Sekalipun, telah diindahkan fotograf bercover dan ditulis dengan tinta emas di dalam buku keilmuan tentang mutiara goresan jejak pengukiran sejarah logika tapaknya, __ bah dalam goresan dan cover buku ini.

Namun, belum apa apa dibanding pengorbanannya yang luar biasa akbar bertakbir ilallah, dan batinnya hanya berharap anaknya suksen nan bahagia selalu dengan Basmalah.

Tetapi, dengan Bismilah mesti diakui dengan jujur mungkin hamba belum mampu mengendalikan rasa emosi tipuan pula.

Masih ada mungkin terjadi dan tidak dapat dipungkiri, kealpaan telah khilaf melanggar pesan Tuhan tentang kesantunan kepadanya, sebagai mana firman-Nya, dalam QS Al Isra, ayat 23, yang artinya;

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. __

Jika, salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, __

maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” __

dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”__

 

Pesan mengenai dilarang untuk mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati orang tua, termasuk membantah dengan berkata “ah”,  sebagaimana hakikat ayat di atas, belum jua lolos seratus persen. Sekalipun, telah diyakini dan diupayakan semaksimal mungkin, ya Allah, ampuni hamba atas dosaku kepada kedua orang tua hamba.

Terutama, kepada ibuku yang masih hidup sekaligus menjadi guru hamba yang sungguh sangat berharga, berhingga disertasi S3 hamba teruraikan dari keberkahan ibuku. Bahkan, hampir semua buku buku goresan hamba telah ada tentang ibuku, tetapi belum apa-apa dibanding dengan pengorbanannya yang luar biasa.

__dan di antaranya, sebagaimana digoresan 22 Desember 2018 berikut ini.

 

Ibu adalah Guruku

 

Pada tanggal 22 Desember 2017, saya telah merakit diksi berikut ini, dan semoga masih relevan. Dan diksi tersebut telah dimuat di dalam buku “Aku dan Engkau Siapa; persembahan puisi Indonesia – Malaysia”  yang diprolog oleh Taufiq Ismail (2018), dan dieditor oleh Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, Hj. Hasma Wati PhD, Dr. Hj. Nini Ibrahim. Idha Faridha Fitri MSpi, yang diluncurkan di Unismuh Makassar.

Sebelumnya, Ibuku adalah menjadi sumber informasi yang memperkuat data literatur disertasi, jurnal, dan bukuku “Meluruskan Sejarah Muhammadiyah - NU; Retrospeksi Gerakan Pendidikan dan Kebudayaan” (2017), sebagaimana tanda yang terlingkari pada fotograf berikut ini.


Adapun, rakitan diksi yang dimaksudkan, yakni:

..

Ikut berpastipasi juga pada hari ibu, dengan diksi tembang lama telah terakit semoga dalam waktu dekat diterbitkan dalam lembaran buku “Aku dan Engkau Siapa?”

kalau bukan karena Allah melalui engkau

aku tak tahu seperti apa

 

Ibu

_ku merindu

bukan karena uang melimpah hingga dikenang

 

Ibu

_ku merindu

air susu serta tertimang anakmu tiada terhitung

walau

_dengan tumpukkan angka-angka menjulang

hingga kini masih 'tak terhingga sepanjang zaman melintang

juga cucuran air mata berlinang

itu jua, tiada berati apa apa _intan permata dalam ratapan kematian

 

Ibu

_ku merindu

bukan karena harta warisan menjelang

mesti ku junjung

dengan untaian doa tersanjung

 

Ibu

_ku merindu

terngiang atas ketulusan tiada berhingga

hingga menembus tujuh langit jingga

tanpa batas menyangga

memang ikhlas tiada beban belenggu

 

Ibu

_ku merindu

bukanlah ukiran paras menghiasi dinding

dedaunan dandang berdendang

namun, nyanyian deritamu rubuh merinding

tanpa engkau keluhkan dahulu

kini pun masih ‘tak terkira

 

Ibu

_ku merindu

rebahan pilu belaian kalbu

menyejukkan jiwa segala dahaga raga tiada tertanding

nan sebanding

engkaulah ibu

 

_ku merindu

Semoga Tuhan selalu merahmatimu

 

Bagiku, Hari Ibu tiada berhingga sepanjang masa, dan abadi hingga kiamat pun bertakdir sekalipun, Tuhan tetap menagih janji akan pengabdiannya.

 

Wallohu ‘alam bissawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama