Hanya 12 Persen Masyarakat Mengenal Caleg DPR dan DPD RI

Zulkarnain Hamson.

 


-------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 25 Mei 2023

 

 

Hanya 12 Persen Masyarakat Mengenal Caleg DPR dan DPD RI

 

 

Oleh: Zulkarnain Hamson

(Dosen FISIP UIT Makassar)

 

KETERPILIHAN seseorang dalam ajang Pemilihan Umum (Pemilu) bisa dengan berbagai alasan. Pada penelitian yang saya lakukan sejak Februari hingga April 2023 di Kota Makassar dengan pengambilan data pada kalangan muda dengan batasan usia 20-40 tahun, diperoleh cukup banyak informasi penting, terutama bagi mereka yang sedang menyiapkan diri memasuki ajang Pemilu Legislatif 2024.

Kuesioner berisi 15 pertanyaan pada sasaran penelitian yang hampir semua berstatus mahasiswa dan berdomisili di Makassar dan Kabupaten Gowa. Penelitian seperti ini sekecil apapun hasilnya patut menjadi rujukan bagi yang berkepentingan.

Saya mencoba membeberkan sedikit temuan terkait pemanfaatan media. Sebagai contoh alasan memilih calon, ternyata jawaban generasi muda pada pilihan mereka karena 'Popularitas' angkanya mencapai 82%.

Sedangkan ukuran populer calon diperoleh dari penggunaan media sosial 57%, media portal berita 23%, media lain 20%. Media sosial mana yang paling efektif, rata-rata menjawab Facebook 42%, Instagram 15%, Tiktok 25%, dll 18%.

Semua menjawab mengetahui even Pemilu 2024, belum mengetahui tanggal pasti hari pemungutan suara. Tetapi yang paling miris hanya 22% yang mengenal baik Partai Politik (Parpol).

Bagaimana dengan Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), hanya 12% yang mengenal figur yang akan maju, selebihnya tidak mengenal siapa calonnya.

Untuk DPRD provinsi 26% menjawab mengenal, dan untuk DPRD Kabupaten/Kota cukup tinggi yakni 35%. Hal ini juga dipengaruhi ketidaktahuan pemilih pada partai pengusung Caleg.

Pemilu dan hari pemungutan suara tersisa 276 hari kurang lebih. Catatan ini bisa menjadi bahan kajian menarik seberapa siap masyarakat terlibat secara sadar pada momentum demokrasi melalui ajang Pemilu.

Siapa di antara kita yang akan memajukan diri pada ajang Pemilu nanti? Bagaimana kesiapan diri dan kesiapan memperkenankan diri pada publik pemilih? Bagaimana strategi Parpol menghadapi begitu banyak pesaing?

Di luar sana ada banyak penelitian serupa, mereka bekerja berdasarkan pesanan maupun independen. Tidak penting bagaimana hasil dan cara mereka menyikapinya, karena lebih penting bagaimana menyelamatkan anggaran negara yang begitu besar untuk hajatan Pemilu bisa tepat guna.

Juga bagaimana kita semua memperoleh figur yang tepat di akhir Pemilu, agar yang terpilih benar-benar wakil rakyat, bukan wakil keluarga dan kelompok.

Sebagai pengajar dan penggiat media, saya memperoleh cukup banyak bahan ajar bagi mahasiswa saya, terkait Mata Kuliah (MK) yang saya ampu. Ini adalah tahun ke-5 saya memegang MK Kewarganegaraan, dan MK Pendidikan Pancasila. Juga tahun ke-4 saya bertanggungjawab pada MK Pendidikan Anti Korupsi (PAK).

Semua MK itu bicara Pemilu. Ada jawaban yang saya jadikan rujukan bahwa sekalipun mungkin meragukan, namun 95% penerima kuisioner yang saya bagikan menjawab mereka menginginkan pemimpin yang bersih, punya integritas dan dapat dipercaya mewakili aspirasi mereka.

Kita bukan malaikat, kita juga bukan manusia separuh dewa yang tanpa cacat. Tetapi kita harus menjadi seperti apa yang masyarakat inginkan atau harapkan. Wallahu a'lam.

 

Makassar, 23 Mei 2023


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama