Perlu Kerjasama Global Agar Indonesia Tidak Menjadi Arena Kolonialisme Kapitalis

 



PEDOMAN KARYA

Kamis, 04 Mei 2023

 

ARTIKEL ILMIAH

 

Entrepreneurial Governance, Pilkada, dan Produktivitas Lokal (3):

 

 

Perlu Kerjasama Global Agar Indonesia Tidak Menjadi Arena Kolonialisme Kapitalis

 

(Perpektif Kesadaran Baru Demokrasi di Daerah)

 

Penulis: Andi Ilham Mappakangka

 

Perspektif Regional

 

Persoalan pembangunan di suatu kawasan / regional masih berhadapan dengan krisis ekonomi seperti Asia, Eropa Timur, Eropa Barat, Amerika Latin, Afrika. Semua kawasan ini menghadapi berbagai kesulitan untuk restrukturisasi pemerintahan, karena permasalahan moneter, fiskal, separatime, perpindahan penduduk, mobilitas sosial, pasar tenaga kerja, investasi, geo-cultural, criminal justice system, terorisme dan persoalan pertahanan keamanan.

Banyak terobosan kebijakan (policy innovation) yang telah diterapkan oleh suatu rezim berkuasa di berbagai kawasan. Salah satunya adalah Masyarakat Uni Eropa (European Union) yang berhasil dengan kebijakan mata uang Tunggal Eropa (Euro) sebagai hasil rekomendasi perjanjian Mastrish, dan yang secara cerdas dan bervisi melihat kecendrungan geo-politik global, sehingga mereka sanggup mengkomprontir tingkat pertumbuhan ekonomi yang cenderung melemah menuju daya saing pada posisi Eropa bersatu.

Akhirnya Uni Eropa telah berhasil menekan dampak negatif lebih lanjut dari liberalism ekonomi global, pasar terbuka, kebijakan sentralistik, konglomerasi global, diplomasi senjata dan lain sebagainya.

Lain halnya dengan kawasan Afrika yang telah terlalu larut dalam kolonisasi serta intervensi politik, karena banyaknya faksi yang bertikai, persoalan kawasan domestik yang tak kunjung rekonsiliasi. Kondisi ini lebih memperparah kawasan untuk lebih kompetitif.

Dan perkembangan politik mutakhir Afrika sebagian sudah konsolidatif dan kebijakan pasar terbuka sudah mulai jalan, arus kepemimpinan demokrasi semakin dapat diterima yang diawali dengan politik multinasional.

Selain diplomasi politik dan rektrukturisasi pemerinthan di berbagai kawasan, ternyata arus investasi global dan kompetisi global memberi efek domino terhadap kebijakan ekonomi kawasan, sehingga tuntasnya persoalan ekonomin kawasan, menjadi dasar pijakan menuju rekonsiliasi pada berbagai negara antar-kawasan, maka terbentuk persekutuan dagang dengan motivasi etno-economic, seperti: AFTA- Asean Free Trade Agreement, APEC – Asia Pasific Economic Coopration, dan lain sebagainya.

Kerjasama antar-kawasan menunjukkan geo politik memiliki ciri, bahwa keamanan suatu negara atau kawasan mengorganisasikan sistem perekonomian secara moderat, terencana, strategik, dan bervisi global.

Selain itu, rektrukturisasi politik kawasan sepertinya terjadi sebagai efek domino yang mengharuskan adanya penyesuaian, koordinasi dan kombinasi kebijakan, selain upaya mempertahankan core (jati diri bangsa – kawasan).

Akan tetapi seringkali status quo kekuasaan domestik tidak dapat membaca perubahan yang memungkinkan untuk dilakukannya metamorphosis dalam tahapan suksesi suatu negara, sebelum mendapat tekanan kebijakan globalistik yang memaksakan suatu perubahan.

Biasanya, dari krisis ekonomi meningkat menjadi krisis multidimensional, sehingga menyentuh persoalan sensitive politis suatu kawasan terhadap kawasan lain, serta negara tertentu. Faktor idealisme kebangsaan (nasionalisme) sungguh sangat menentukan intensitas permasalahan ini.

Oleh karenanya, melihat persoalan regional harus bertumpu ada Ethno-political Organization, tidak lain sebagai bentuk upaya mempertahankan komuniti kekuatan kawasan yang memiliki ciri, visi dan soliditas kerjasama yang historis pada Perang Dunia II, sehingga kebijakan suatu negara di dalam kawasan tersebut akan selalu strategis dalam memainkan geopolitik global.

Dan, berdampak kepada kawasan lainnya dalam menentukan dialektika kekuasaan dan tergambar dalam sikap politik, kebijakan, ekonomi, manpower migrasi, perubahan komposisi penduduk dari sudut etnik, geo kultural, mobilitas sosial, teknologi electronic communication, sumber daya alam, sistem peradilan kriminal.

Berdasarkan tipe situasi yang ada dalam suatu regional akan mempengaruhi pola kerja sama dengan kawasan lain dan negara dalam suatu kawasan tertentu. Untuk itu, diperlukan kemampuuan yang tinggi dalam menggali lebih intensif potensi alamiah yang menjadi keunggulan kompetitif-absolut kawasan agar dapat dapat berintegrasi dengan kebijakan pembangunan pada kawasan lainnya, misalnya, penekanan spectrum ekonomi- politik pada aspek maritime, maka secara simultansi pula ditentukan dasar kerjasama strategis antar-kawasan.

Sedangkan Indonesia khususnya, berada pada posisi regional yang dinamis antara Asia dan Pasific sebagai kawasan yang paling dipandang aspek ekonomi politik, maka Indonesia memerlukan kebijakan strategis yang mantap.

Karena Indonesia bisa dikatakan miniatur global. Karena kebhinnekaan kultur kepercayaan dan agama, suku, ras dan kekayaan sumber daya alam (keaneka-ragaman hayati, hutan tropis dan lain-lain), maka perlu merumuskan bentuk pola diplomasi / negosiasi dalam skema kerja sama global, regional, agar tidak menjadi arena kolonialisme kapitalis global. (bersambung)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama