------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 02 Januari 2024
Kompleksitas
Kehidupan dan Tahun Baru
Oleh:
Shamsi Ali
(Presiden Nusantara
Foundation & Imam di New York, AS)
Dunia modern yang
terbangun di atas paham materialisme terbukti melahirkan ketidakpuasan abadi.
Manusia berlari dan berlari memburu dunia tanpa akhir. Tapi buruan itu semakin
menjauh dari mereka. Dunia memang sejatinya tanpa iman, tak lebih dari fatamorgana.
Akibatnya, manusia
semakin tertipu oleh dunia yang penuh tipuan (ghurur). Anehnya pula, manusia
takkan pernah tersadarkan hingga masanya berpisah darinya.
“Mereka dijadikan tidak
sadar oleh kecenderungan memperbanyak (harta) hingga mereka dipaksa berpisah
dari dunia (masuk ke dalam kubur).” (al-Humazah).
Situasi ini melahirkan
kegersangan dan kegelisahan hidup tanpa akhir. Semakin banyak yang diakumulasi
semakin pula terasa perasaan kekurangan itu. Batin merana, menjerit mencari
ketenangan. Tapi dunia yang dijadikan sandaran ketenangan justru semakin
melahirkan kerisauan dan kekhawatiran (khauf).
Di sìnilah sesungguhnya
Islam hadir untuk membawa ketenangan hakiki. Islam pada dirinya dan seluruh
tatanannya sebagai jalan hidup terbangun di atas dasar kedamaian, ketenangan,
dan ketentraman.
Situasi itu yang
digambarkan dalam do’a seorang muslim di setiap akhir shalat: “Allahumma antassalaam,
wa minkassalam, wa ilaika ya’udussalaam, fahayyina Rabbana bis-salaam, wa
adkhilna daarassalaam.”
Islam sendiri berasal
dari kata “salima” yang terdiri atas tiga huruf: siim, laam, miim. Dari tiga
itu terlahir tiga kata dengan makna yang relevan dengan Islam. Al-Islamu (الاسلام),
as-Silm (السلم), dan As-salaam (السلام). Ketiga kata ini menggambarkan secara
totalitàs Islam sebagai tuntunan hidup.
Pertama, kata “salima”
melahirkan kata Al-Islam. Kata ini terbentuk dengan tambahan alif di depan
“aslama-yuslimu-islaam”. Makna literal dari kata ini adalah “berserah diri,
menyerah, tunduk, patuh, dan yang semakna.”
Kata Islaam disebutkan
beberapa kali dalam Al-Qur’an. Satu di antaranya adalah “sesungguhnya agama
(yang diterima) di sisi Allah adalah Islaam”.
Pada aspek ini Islam
dimaknai sebagai pintu kebenaran. Kata Islaam (الاسلام) adalah pintu utama
(main gate) untuk masuk ke dalam tatanan agama kebenaran, sehingga yang masuk
ke pintu tersebut adalah mereka yang telah menerina dan mengimani.
Jika belum mengimani,
maka seseorang itu tidak bisa dikategorikan masuk Islam, sehingga
perintah-perintah keagamaan kepada orang-orang Islam pada ghalibnya dimulai
dengan seruan: “wahai orang-orang yang beriman.”
Masalahnya kemudian
adalah ketika seseorang telah masuk ke pintu utama (main gate) Islam itu, yang
bersangkutan belum tentu telah melaksanakan semua tuntunan (kurikulum) hidup yang
digariskan oleh Islam. Itulah sebabnya Allah menyeru mereka untuk masuk ke
dalam agama dengan penyebutan: SILM secara sempurna seperti di ayat berikutnya.
Kedua, dari salima juga
terlahir kata “SILM” (السلم). Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an: “Wahai
orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam SILM (agama Islam) secara
kaffah (sempurna).”
Islam pada sisi “SILM”
ini merupakan rincian tuntunan atau kurikulum hidup (manhaj kehidupan) yang
tercakup dalam tatanan agama Islam. Tuntunan itu terbagi kepada empat bagian
yang saling terkait: akidah, ibadah, mu’amalat dan akhlak.
Akidah adalah tuntunan
yang terkait dengan aspek keimanan seorang Muslim. Hanya saja aspek ini tidak tampak.
Dan karenanya perlu pembuktian dalam bentuk ibadah. Namun ibadah perlu juga
dibuktikan dalam relasi sosial yang disebut mu’amalat. Tapi mu’amalat itu hanya
akan bernilai ketika terbangun di atas etika yang disebut akhlak, sehingga
etika menjadi intisari dari religiositas seseorang.
Maka ketika orang-orang
yang sudah masuk ke dalam tatanan Islam (Al-Islaam) diseru untuk masuk Islam
secara menyeluruh (As-SILM) agar mereka memastikan bahwa akidah mereka benar,
ibadah mereka benar, mu’amalat mereka benar, dan akhlak mereka mulia.
Tiga, kata Salima
akhirnya melahirkan kata “as-salaam” (السلام), bahwa ketika ke-Islam-an (SILM)
itu telah disempurnakan (akidah, ibadah, mu’amalat, akhlak) maka itulah yang
akan melahirkan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup manusia.
Karena itu, kedamaian
sejati dalam pandangan Islam bukan sekadar tiadanya perang. Kedamiaan dan
ketenteraman hidup sejati justru hadir ketika Islam telah disempurnakan pada
keempat aspeknya.
Solusi
Menghadapi Materialisme
Pandangan hidup
materialis melahirkan ragam konsep kehidupan sebagai aktualisasinya. Konsep
ekonomi kapitalis misalnya, terlahir untuk semakin memperkuat kungkungan paham
materialisme dunia modern. Manusia semakin rakus, egois, bahkan buas demi
memperkaya diri tanpa pertimbangan etika dan kemanusiaan.
Di sìnilah Islam
kemudian hadir dengan konsep-konsep kehidupan yang terbangun dengan “mindset”
positif mengimbangi tendensi destruktif dalam kehidupan manusia.
Satu, Islam mengajarkan
bahwa kehidupan ini secara totalitàs berada di bawah satu kontrol, Allah SWT.
Seperti yang digambarkan salah satunya di ayat pertama Surah Al-Mulk.
Dua, bahwa semua hiruk
pikuk yang terjadi dalam hidup manusia merupakan kreasi atau ciptaan Allah
(alladzi khalaqal mauta wal-hayata). Dan dalam pandangan iman, semua kreasi
Allah pasti baik/sempurna dan membawa kebaikan.
Tiga, Islam mengajarkan
bahwa tabiat kehidupan dunia itu memang identik dengan cobaan (liyabluwakum), karennya
manusia beriman mempersiapkan diri untuk teruji.
Empat, Islam
mengajarkan bahwa tugas manusia dalam kehidupan adalah menjalani proses (wa
quli’maluu). Dan proses itu sendiri merupakan tujuan hidup (ibadah), karenanya
manusia beriman menikmati semua proses dengan segala warna-warninya.
Lima, Islam mengajarkan
bahwa dengan iman semua pasti membawa kepada kesuksesan. Berkali-kali iman dan
amalan keimanan dalam Al-Quran diakhiri dengan “la’allakum tuflihuun” (agar
kalian sukses).
Enam, pada akhirnya
Islam mengajarkan bahwa tingkatan tertinggi dari aspirasi kehidupan manusia
adalah “kebahagiaan ukhrawi”. Karena itulah kehidupan pasti dan abadi. “Maka
barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surge,
sungguh dia telah beruntung” (Al-Imran).
Semoga di awal tahun
ini kita semua semakin sadar bahwa Islam adalah ajaran keselamatan (salvation)
dari ancaman kebangkrutan dunia modern yang semakin senja. Tentu yang
terpenting adalah agar umat ini kembali menguatkan keyakinan bahwa Islam adalah
“rahmatan lil-alamin”… yang membawa kebaikan dunia dan akhirat.
Selamat memasuki Tahun
2024. Semoga tahun ini membawa kebaikan dan keberkahan yang lebih besar. Amin!
Jamaica City, 01 Januari 2024