Inspirasi Hari Kartini, Jangan Jadi Mahasiswa Seperti Mayat Berjalan

RA Kartini adalah contoh individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas. Beliau memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia dengan gigih dan tidak pernah menyerah. Karya-karyanya masih hidup dan terus menjadi inspirasi bagi generasi muda. (int)

 

------

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 26 April 2025


OPINI

 

Inspirasi Hari Kartini, Jangan Jadi Mahasiswa Seperti Mayat Berjalan

 

Oleh: Najamuddin Petta Solong

(Dosen IAIN Sultan Amai Gorontalo)

 

Konsep “Mayat Berjalan” dalam konteks ini merujuk pada individu yang telah kehilangan semangat dan tujuan hidupnya, sehingga hanya menjadi bayang-bayang dari dirinya yang dahulu. Penulis menggunakan diksi “mayat berjalan” untuk menggambarkan seseorang yang telah kehilangan esensi hidupnya dan hanya menjalankan rutinitas tanpa tujuan yang jelas.

Implementasi dari konsep ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang memiliki tujuan yang jelas dan menabur pada hal-hal yang positif, maka pada dirinya akan tampak semangat dan arah yang jelas dalam menjalani kehidupan di segala bidang. Sebaliknya, ketika seseorang kehilangan tujuan dan hanya menjalankan rutinitas tanpa arah yang jelas, maka tentu akan menjadi seperti "mayat berjalan".

RA Kartini adalah contoh individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas. Beliau memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia dengan gigih dan tidak pernah menyerah. Karya-karyanya masih hidup dan terus menjadi inspirasi bagi generasi muda.

Selanjutnya dalam konteks ini, terlihat bahwa RA Kartini bukan “mayat berjalan” yang kehilangan semangat dan tujuan hidupnya. Beliau memiliki visi yang jelas tentang bagaimana perempuan dapat menjadi mandiri dan berpartisipasi dalam masyarakat. Itulah sebabnya, setiap individu harus belajar dari semangat dan dedikasinya.

Mahasiswa sebagai agen pembaharu hendaklah dapat menerapkan semangat dan dedikasi RA Kartini dalam kehidupan sehari-hari dengan memiliki tujuan yang jelas dan menabur pada hal-hal yang positif. Mahasiswa juga dapat mencari dukungan dari lingkungan sekitar dan melakukan refleksi diri untuk menemukan apa yang ingin dicapai dalam hidupnya.

Problematika yang sering dihadapi oleh individu yang menjadi “mayat berjalan” adalah kehilangan semangat dan tujuan hidup. Mahasiswa misalnya mungkin merasa bahwa hidupnya tidak memiliki arah yang jelas dan tidak tahu apa yang ingin diupayakan dan dicapainya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kehilangan motivasi, tekanan hidup, atau kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar.

Solusi untuk mengatasi problematika ini adalah dengan menemukan kembali tujuan hidup dan menabur pada hal-hal yang positif. Individu khususnya mahasiswa sebagai pemimpin masa depan dapat melakukan refleksi diri untuk menemukan apa yang ingin dicapai dalam hidup dan membuat rencana untuk mencapainya. Selain itu, mahasiswa juga dapat mencari dukungan dari lingkungan sekitar, seperti dosen, guru, teman, keluarga, atau mentor.

Mahasiswa yang demikian dapat menjadi individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas, serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, tidak akan menjadi “mayat berjalan” yang kehilangan esensi hidupnya, tetapi akan menjadi individu yang hidup dan memiliki arah yang jelas.

Konsep “mayat berjalan” yang diistilahkan oleh Maman Majid Binfas dalam tulisannya tentang RA Kartini di Pedoman Karya penting menjadi catatan pencerahan karena dapat digunakan untuk menggambarkan individu yang telah kehilangan semangat dan tujuan hidupnya.

Namun, dengan menemukan kembali tujuan hidup dan menabur pada hal-hal yang positif, siapa pun dapat mengatasi problematika ini dan menjadi individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas. RA Kartini adalah contoh individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas, dan semua orang dapat belajar dari dedikasinya.

Selanjutnya dalam pendidikan Islam, mahasiswa diharapkan untuk memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas. Selain itu, diharapkan untuk menjadi individu yang memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai Islam dan berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, tidak sedikit mahasiswa yang menjadi “mayat berjalan” dalam proses pendidikan mereka. Mereka mungkin kehilangan semangat dan tujuan hidupnya, sehingga hanya menjalankan rutinitas kuliah tanpa arah yang jelas. Mahasiswa mungkin tidak memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai Islam dan tidak berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh “mayat berjalan” dalam pendidikan Islam dapat dilihat dari mahasiswa yang hanya fokus pada nilai akademis tanpa memperhatikan pengembangan spiritual dan moral. Mahasiswa tersebut mungkin tidak peduli dengan kegiatan keislaman di kampus dan tidak berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Islam apalagi untuk mengamalkan dan merasakan kehadiran Allah pada qalbunya.

Padahal Islam mengajarkan setiap hamba Allah untuk memiliki tujuan hidup yang jelas dan menabur pada hal-hal yang positif. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menekankan pentingnya memiliki niat dan tujuan yang jelas dalam hidup.

Bagi mahasiswa, memiliki tujuan hidup yang jelas dan menabur pada hal-hal yang positif dapat membantu mereka untuk menjadi individu yang memiliki semangat dan arah yang jelas dalam hidup. Bahkan dapat menentukan tujuan hidupnya dan berusaha untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh.

RA Kartini adalah contoh individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas. Beliau memperjuangkan hak-hak perempuan dan pendidikan di Indonesia dengan gigih dan tidak pernah menyerah. Mahasiswa dapat belajar dari semangat dan dedikasi RA Kartini dalam memperjuangkan tujuan hidup.

Itulah sebabnya dalam konteks pendidikan Islam, mahasiswa dapat menerapkan semangat dan dedikasi RA Kartini dengan memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai Islam dan berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa dalam hal ini bukan sekedar belajar namun dapat menentukan tujuan hidupnya dan berusaha untuk mencapainya dengan sungguh-sungguh.

Mahasiswa dapat menjadi individu yang memiliki semangat dan tujuan hidup yang jelas, serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat agar tidak menjadi “mayat berjalan” yang kehilangan esensi hidupnya, tetapi akan menjadi individu yang hidup bermakna dan memiliki arah yang jelas (al-haq).***

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama