Abdul Rakhim Nanda: Membangun Pendidikan Seperti Membangun Gedung

Dalam membangun gedung, kita mempertimbangkan fungsi, estetika, dan keberlanjutan. Demikian pula dalam membangun dunia pendidikan, perlu dipertimbangkan kurikulum yang relevan, metode pengajaran yang efektif, dan lingkungan belajar yang kondusif. - Abdul Rakhim Nanda -

 

-----

PEDOMAN KARYA

Kamis, 01 Mei 2025

 

Wawancara dengan Rektor Unismuh Makassar Dr Abdul Rakhim Nanda:

 

Membangun Pendidikan Seperti Membangun Gedung

 

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional, kami berkesempatan berbincang dengan Dr. Ir. H. Abdul Rakhim Nanda, S.T., M.T., IPU., Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar. Beliau berbagi pandangannya tentang pendidikan sebagai fondasi masa depan bangsa dan bagaimana Unismuh Makassar beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur. 

Berikut petikan wawancara dengan Rektor Unismuh Makassar, Abdul Rakhim Nanda:

 

Tanya: Dalam kapasitas Bapak sebagai Rektor, bagaimana Bapak memaknai Hari Pendidikan Nasional tahun ini?

Rakhim Nanda: Sebagai Rektor, saya memaknai Hari Pendidikan Nasional tahun ini sebagai momentum untuk merefleksikan kemajuan dan tantangan dalam dunia pendidikan. Kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan semangat Hardiknas, kami berharap dapat melahirkan generasi yang berpengetahuan, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan global.

 

Tanya: Sebagai akademisi di bidang arsitektur, apakah Bapak melihat ada kesamaan filosofi antara membangun sebuah gedung dan membangun dunia pendidikan?

Rakhim Nanda: Saya sebetulnya berasal dari bidang Teknik Sipil, tetapi jika arsitektur diambil dalam pengertian perencanaan, saya melihat ada kesamaan filosofi antara membangun sebuah gedung dan membangun dunia pendidikan. Keduanya memerlukan perencanaan yang matang, fondasi yang kuat, dan perhatian terhadap detail.

Dalam membangun gedung, kita mempertimbangkan fungsi, estetika, dan keberlanjutan. Demikian pula dalam membangun dunia pendidikan, perlu dipertimbangkan kurikulum yang relevan, metode pengajaran yang efektif, dan lingkungan belajar yang kondusif.

Keduanya juga membutuhkan komitmen dan kerja sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, prinsip-prinsip arsitektur dapat diterapkan dalam membangun sistem pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan.

 

Tanya: Dalam konteks pendidikan tinggi, menurut Bapak, apa saja tantangan utama yang sedang dihadapi perguruan tinggi di Indonesia saat ini?

Rakhim Nanda: Beberapa tantangan utama perguruan tinggi di Indonesia saat ini antara lain (1) Kualitas dan relevansi kurikulum: Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan industri dan masyarakat yang terus berkembang.

(2) Ketersediaan sumber daya manusia: Meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen serta tenaga kependidikan yang kompeten. (3) Inovasi dan penelitian: Meningkatkan kemampuan penelitian dan inovasi untuk meningkatkan reputasi dan kontribusi pada masyarakat.

(4) Akses dan kesetaraan: Menyediakan akses pendidikan tinggi yang adil dan merata bagi semua kalangan. (5) Akreditasi dan kualitas: Meningkatkan kualitas program studi dan akreditasi untuk meraih kepercayaan publik.

Dengan memahami tantangan-tantangan ini, kita bisa bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan mencetak generasi yang kompeten serta berdaya saing global.

 

Tanya: Bagaimana upaya Unismuh Makassar dalam menghadirkan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur pendidikan nasional?

Rakhim Nanda: Unismuh Makassar berkomitmen menghadirkan pendidikan yang adaptif melalui berbagai upaya, antara lain (1) Pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat, sekaligus memuat nilai-nilai luhur pendidikan nasional.

(2) Pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan akses pembelajaran. (3) Pengembangan karakter mahasiswa agar berakhlak mulia, berintegritas, dan berjiwa kepemimpinan.

(4) Kerja sama dengan industri guna memperkuat relevansi pendidikan dan peluang kerja lulusan. (5) Pengembangan penelitian dan inovasi sebagai kontribusi keilmuan dan sosial.

(6) Penguatan Al-Islam Kemuhammadiyahan dan kaderisasi, yang menjadi benteng sekaligus pemandu bagi keberlangsungan pendidikan tinggi Muhammadiyah yang Islami dan berkemajuan.

Melalui langkah-langkah tersebut, kami berharap dapat mencetak generasi yang unggul dan siap menghadapi tantangan zaman.

 

Tanya: Ki Hajar Dewantara dikenal dengan semboyan “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Bagaimana Bapak menghidupkan semboyan ini dalam kepemimpinan di kampus?

Rakhim Nanda: Kami berusaha menghidupkan semboyan tersebut dalam kepemimpinan kampus dengan (1) Ing ngarsa sung tuladha: Menjadi teladan dalam integritas, komitmen, dan profesionalisme.

(2) Ing madya mangun karsa: Mendorong kreativitas dan inovasi sivitas akademika, baik dosen, mahasiswa, maupun staf. (3) Tut wuri handayani: Memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi agar semua pihak dapat berkembang optimal.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kami berharap dapat menciptakan lingkungan kampus yang kondusif dan produktif bagi tumbuh kembang potensi seluruh sivitas akademika.

 

Tanya: Dalam bidang arsitektur, perencanaan dan desain sangat penting. Jika pendidikan dianalogikan sebagai “desain masa depan bangsa”, menurut Bapak, elemen-elemen apa saja yang harus diperhatikan dalam mendesain sistem pendidikan nasional yang ideal?

Rakhim Nanda: Jika pendidikan adalah desain masa depan bangsa, maka beberapa elemen penting yang harus diperhatikan antara lain kurikulum yang relevan, selaras dengan perkembangan zaman dan kebutuhan industri.

Tenaga pendidik yang kompeten dan profesional, sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, keterlibatan masyarakat dan industri dalam proses pendidikan, sistem akreditasi yang ketat dan kredibel, inovasi dan kreativitas dalam proses belajar mengajar, serta kesetaraan dan akses, agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dengan merancang sistem pendidikan yang menyeluruh dan berimbang, kita dapat mencetak generasi penerus yang tangguh dan berdaya saing.

 

Tanya: Sejauh mana peran kampus dalam membentuk karakter dan kompetensi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, tidak hanya dari sisi akademik tetapi juga etika dan integritas?

Rakhim Nanda: Peran kampus sangat strategis dalam membentuk karakter dan kompetensi mahasiswa. Selain aspek akademik, kami memperkuat sisi etika dan integritas melalui pendidikan karakter, untuk menanamkan nilai moral dan etika, kegiatan ekstrakurikuler, yang membentuk kepribadian dan kepemimpinan.

Juga pembinaan mental dan spiritual yang memperkuat fondasi iman dan akhlak, peran dosen dan staf sebagai role model, dalam perilaku dan sikap profesional,serta pengembangan soft skill seperti komunikasi, kerja sama tim, dan kepemimpinan.

Dengan pendekatan ini, kampus mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara moral.

 

Tanya: Apa pesan khusus Bapak kepada seluruh sivitas akademika—dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan—dalam momentum Hari Pendidikan Nasional ini?

Rakhim Nanda: Dalam momentum Hari Pendidikan Nasional ini, saya mengajak seluruh sivitas akademika Unismuh Makassar untuk terus berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan, mengembangkan potensi diri, dan menjadi agen perubahan bagi masyarakat.

Mari kita jadikan Hardiknas sebagai momentum refleksi, memperkuat semangat, serta membangun kolaborasi demi pendidikan yang lebih baik. Semoga kita semua menjadi teladan bagi masyarakat dengan menjunjung integritas, profesionalisme, serta semangat untuk terus belajar dan berkembang. (asnawin aminuddin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama