-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 29 Mei 2025
Batuan Bernisan
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Sekalipun, tanpa dimaknai tentang esensi
batu nisan, sudah menjadi bahasa pasaran sesungguhnya sebagai tanda di atas
kuburan. Namun, tidak eloknya kiranya melupakan akar katanya yang sesungguhnya
dari mana tapak jejak aslinya.
Asal kata penamaan batu nisan berasal dari
bahasa Melayu, adalah sebuah batu penanda / wadu tanda kai rade (bahasa
Bima) yang biasanya dibuat di atas makam. Ia digunakan untuk menandai dan
mengidentifikasi kuburan seseorang.
Batu nisan biasanya dituliskan nama,
tanggal lahir, dan tanggal kematian orang yang meninggal dunia. Terkadang juga
dilengkapi dengan pesan pribadi, epitaf, atau doa.
Bahkan ada mengukir dengan bunga atau daun
pare juga yang lain, hanya ragam desain untuk sekadar membedakan agar mudah
dikenal dengan batu nisan yang lainnya.
Batu nisan menjadi kiasan nyata sebagai
saksi bisu tidak lebih dari itu, terkecuali esensi kesucian akan batu Hajar
Aswad dan Batu Sakhrah yang diyakini sebagai titik pijakan Nabi Muhammad
SAW di Masjid Al-Aqsa.
Sekalipun, beragam gaya di dalam
menggunakannya, termasuk menjadi idiom simbolikalisasi pertanda diksi diam di
dalam pemaknaan akan kecerdasan yang berumbian paling mendasar bernisan.
Batu Bernisan Bukan Diamku
Tepat hari Jumat, 04 Agustus 2023, di
media Pedoman Karya, goresan bertopik “Batu Diamku Juga Bom Waktu.”
Tidak selamanya diam batu, itu membisu,
tetapi dia punya filofosis sunnatullah menjadi takdirnya sebagai tanda. Batu
keras diistilahkan dalam pemaknaan ilmiah dikarenakan ada molekul-molekul
mineral penyusunnya di dalamnya, sehingga memiliki struktur kristal. Konon
struktur kristal inilah yang memberikan sifat keras pada batu.
Terlepas dari istilah tersebut, namun batu
sebagai tanda berbenda keras yang dapat digunakan untuk mendesain dasar
bangunan apapun untuk kebutuhan manusia di dunia. Tidak terkecuali, baik untuk
mendesain rumah mewah ber_WC kemilau, maupun untuk bahan jalan terinjaki oleh
makhluk yang asfala safilin__namun, batu tak pernah keluh dan protes.
Di samping, batu juga bisa juga jadi
bendungan benteng pertahanan menyelamatkan dan sekaligus menghancurkan menjadi
maut kehidupan. Termasuk, untuk bahan bakar Neraka, sebagaimana QS At-Tahri,m
ayat 6, yang artinya;
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; ..”
Lalu, sekalipun diamnya batu tidak mesti
diremehkan karena di lain sisi, dia dapat meremukkan tanpa diduga-duga menjauh
berdurasi magnit maut granat kematian.
Diam dan senyuman bah batu pun dapat
menjadi bom waktu, bagaikan granat ranjau melebihi bom atom yang beradius
gravitasi ledakan tanpa mampu dielakkan, __sekalipun pelan dengan senyuman
penuh keyakinan dalam kepastian, juga melumpuhkan apapun.
Termasuk, gravitasi diam di dalam
menghadapi dan menghadang radius kedzaliman, baik berdurasi ghaib maupun
kesewenangan kuasa apapun yang dipolesin bergaya silumanan ala manusia kampusan
juga kampungan.
Tidak terkecuali, diamnya bah batu
sekalipun berdurasi diksi kampusan juga kampungan, sebagaimana goresanku
bertapak 16 Juli 2022, berdiksi Batu berikut ini.
BATU
Melangkah dengan pasti pada puncak bukit
berbatu di samping kuburan pun mesti dinikmati sebagai anak kampungan, __tidak
mesti dielakkan atau pura-pura dilupakan karena pernah merantau dalam
menelusuri perkotaan.
Batu
Marmer mulus berkilauan yang terinjak di
bandara mulai dari berkelas kotak pojokan berhingga metropolitan mancanegara
sekalipun__ sama juga batu yang berasal dari puncak gunung gersangan
Batu
Mengapa mesti kagetan melangkahkan kaki di
dalam mengarungi ingar-bingar kehidupan ini. Termasuk, dengan jujur mengakui
diri anak desa berbatu terjalan dari kampungan,
Batu
Aku jujur, memang anak kampungan dalam
menjejasi kampusan berhingga melancongi kota-kotaan untuk mengasahi diri guna
meraih cita cita, semoga berkemilau jadi bangunan yang berguna bah desain batu
marmeran di lantai bandara dan tempat klise buangan air kamar mandi rumah
metropolitan.
Batu
_Aku tidaklah pantas untuk lupa daratan
karena baru merasakan licin dan kingclongan marmer lobang WC bandara yang
dibuat dari batuan gunung pula.
Batu
ternyata kau lebih kingclong dibanding
wajah yang terpoles keangkuhan, karena greget kagetan akan kehidupan
berkampungan dan perasaan kotaan.
Bandara,
Bismilahirrahmanirahim__diamku juga
bukanlah berbatu, namun berdurasi radius bom waktu yang menggetarkan diksi
dengan senyuman dalam melumati kebiadaban dan kedzaliman membatu.
Bakar Batu Tak Membatu
Bakar batu nisan dari perangkap keparat
buhulan, biar ledakkan raga batok kepala hingga kuburan dituainya!
Lebih kurang 21 kali, ia meledak di dalam
tungku berkuburan bara membara, dan menghantam balik raga para pelaku kebejatan
luar biasa berhingga binasa!
Kalaulah, bakar batu bah kisah memasak
batu Kisah Umar bin Khattab dan Ibu yang Masak Batu Karena Tak Punya Makanan.
Sebagaiman kisah dikutip oleh Rosmha
Widiyani [2020. detik.com.], sbb.
Ketika Umar melihat sebuah pondok dengan
kompor yang menyala di tengah jalanan yang sepi. Umar juga mendengar suara
anak-anak yang menangis dari pondok tersebut.
Kemudian, beliau pergi ke pondok tersebut
untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Umar melihat seorang ibu yang terlihat
memasak sesuatu di tengah pondok dikelilingi anak-anak yang menangis.
Uma, kemudian mengetuk pintu pondok dan
bertanya penyebab anak-anak tersebut menangis. Umar juga bertanya makanan yang
sedang dimasak ibu tersebut untuk anak-anaknya
Ibu tersebut menjawab anak-anaknya
menangis karena lapar. Di dalam panci yang dimasak sebetulnya adalah air dan
batu.
Sang ibu berharap
anak-anaknya lelah menunggu masakan matang hingga akhirnya tertidur. Semua
bahan makanan yang ada dalam rumah tersebut, sudah habis, hingga dia dan
anak-anaknya kelaparan selama tiga hari belakangan.
Umar kemudian segera ke Baitul Mal dan
mengambil bahan makanan yang diperlukan ibu dan anak-anaknya. Sang khalifah
membawa dan memberikan sendiri bahan makanan pada keluarga tanpa bantuan
Aslam/pasrah diri.
Umar, kemudian masuk ke dalam pondok dan
membantu sang ibu memasak untuk anak-anaknya. Makanan tersebut kemudian
diberikan pada anak-anaknya hingga tak lagi merasa lapar.
Kalaulah, kisah masak batu di atas, tentu
bermakna luar biasa jadi amal firdausyn tak akan binasa dan juga tanpa
terbatasi hingga kiamatan pun tetap berkalam lillahi ta'ala secara tulen
berkalamullah _
Kisah Umar dengan Ibu dan anaknya bukan
lagi dongeng Wallahualam., tetapi nyata bah ledakan batu terbakar yang super
dahsyat.
Ledakan Batu Terbakar
Ledakan batu terbakar karam melebihi bom
atom, luar biasa dahsyatnya di dalam memuntahkan abu hingga binasa_
Ia, dahsyat menghantam bukan saja tungku
yang berkeping, tetapi juga binatang bernajisan yang jadi mediasinya pun
terbanting dan terkepung.
Bahkan, batok tengkorak kepala pun remuk,
hingga bukan lagi merinding, dan lebih lagi kepada kepastian akan menjadi bukti
bernasib pertanda batu nisan.
Nasib Bukan Jailangkungan
Baik buruk nasib bukan jua akibat dari
nasab berisapan jempolan doang. Tetapi terpulang pada niatan tertanam yang
mesti dituai dengan bukti tanpa basa basi!
Termasuk, dagelan yang masif nan super
aktif berjailangkungan hingga bernasip maut kematian tanpa makna apapun!
Jailangkung / jelangkung, adalah sebuah
ritual tradisional di Indonesia yang berfungsi sebagai media untuk
berkomunikasi dengan makhluk halus.
Konon, ritual ini biasanya melibatkan
penggunaan patung jerami (yang bisa berupa boneka atau media lain yang
disiapkan) yang dianggap sebagai wadah bagi arwah untuk berkomunikasi dengan
pengikutnya yang dibentangkan.
Konon juga, bahkan berpakaian kain merah
darah atau hitam pekatan hingga bertelanjangan tanpa sehelai benang apapun,
baik penjatan maupun perempuan! “Astagfirullah,..Naudzubillahiminzalik.”
Nasib sesungguhnya adalah takdir keadilan
yang bertakbiran dengan ikhtiar secara tulen hanya kepada Allah ta'ala semata !
Adil Biar Kepada Batu
Keadilan mesti terbentang maksimal,
sekalipun kepada penjahat kelas dinosaurus pun berdesimal kebinatangannya.
Sekalipun mungkin, dia hanya sisa detak waktu maut kematiannya akan berajal,
dan tak bisa lagi diganjal oleh apapun jua terpenggalin di atas batu bernisan.
Tetap diperlakukan secara adil dan tentu
berkomitmen bah batu yang tak pernah protes sekalipun dijadikan batu nisan.
Termasuk, dijadikan desain beragam bentuk apapun, hingga jadi bara neraka
jahanam. Tentu, semuanya atas dasar takdir dari Sang Pencipta Yang Maha Tunggal
tanpa bisa dipenggal lagi dan berkalamullah. _Wallahualam.
