-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 09 Mei 2025
Iqra Bersalaman
Wal Asri
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Ketika malaikat utusan Tuhan mengajari
kekasihNya dengan cinta sejati. Tentu, bermata nurani suci tanpa antara di Gua
Hira dengan QS Al-‘Alaq: 1: “Iqro bismirabbikalladzi kholaq”, artinya “Bacalah
dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.”
Diksi ini, digoreskan di atas grab guna
melaju supaya tak terlambatan, dan hambatan. Namun, setelah tiba, ternyata
pintu-pintu belum ada kuncinya dan memang selalu kerepotan.
Bahkan, pengundang pun belum nongolan jua,
_yang tadinya, menduga aku paling terlambat dikarenakan 40 menitan telah
lewatan standar patokan jamnya
Aduh, seribu aduhai disayangkan, memang
keasrian budaya karetan sok keren masih belum berkuburan jua
Lalu, di mana esensi dari wal asri
diyakini dan sering diocehin masih juga tak berkesan, “lima taqụlụna mā lā
taf'alụn”. Berasasin QS As-Saff ayat 3 yang berarti:
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Domain, kesan ayat di atas, hadir menjadi jejak pijakan kelakuan mesti diyakini dengan keimanan tulen, dan bukan bah alkisah bercicakan pinusan an sich doangan.
Alkisah Cicak Pinusan
Dikarenakan telah kena batunya, si cicak
akhirnya remuk kepalanya yang nempelan di pohon pinus.
lalu, ia sekonyong konyong seakan berteriak
menganga mulutnya dengan jebakan melolong minta tolong!
Konon, bah gaya alkisah cicak dan Nabi
Ibrahim. Di dalam Islam menceritakan tentang peran cicak yang berusaha
memperbesar api saat Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api oleh Raja Namrud. Cicak
ini dianggap berpihak pada kejahatan dan karenanya, dianjurkan untuk dibunuh
dalam Islam.
Di mana, ketika Nabi Ibrahim yang dibakar,
ada dua hewan yang berperan, yaitu burung pipit dan cicak. Burung pipit
membantu dengan mengambil air dari danau dan meneteskannya ke api, sedangkan
cicak justru meniup api agar semakin membara.
Dari alkisah ini sehingga cicak wajib
dibunuh, dan saya yakin dengan melakukan pembunuhan dan membakarnya cicak
apapun, termasuk tertangkap di pohon pinus.
Tangkap Bakar Buaya
Bila menangkap buaya atau serupa dengan
lele dan tokek juga cicak hingga cebong, maka pegang atau remukan kepalanya
agar rontokan berhingga akar ekornya!
Terus, setelah itu bakar agar lebih garing
bersama arang membara hingga tikus pun jadi prologis abuan _
Prologisan ala Tikusan
Di belakang panggung bukan lagi kong
kalikongan, lebih kurang ada 18 tikus terperangkap.
Belum lagi, dikerangkeng di dalam bilik
masing-masing yang sigap akan mati barengan!
kenapa para tikusan mesti dikorbankan,
padahal akibat dari ulah sendiri para aktor cebongan yang bersisik kadalan bro!
Entah, aku tak tahu, mereka lebih
mengetahuinya, akibat episode berakhir dari ulahnya sendiri bro!
Logislah, kalau begitu, bukan lagi apa deh
... doangan ber_Compact Disc atau CD rekaman sepotong luku menjadi lampu
prolognya.
Lampu Kode Lukuan
Jangan lupa kedap kedipin lampu atau
tengok rasi bintang berbentuk luku/nggala (diksi Bima) sebagai tanda atau kode
bersifat rahasia.
Kode sebagai aras dimulai serangan atau
larian agar sasar tak akan ketahuan!
Kode ini, biasanya sering dieratkan
kesanya, baik kepada para pencuri maupun bajak laut secara buhulan kesenyapan.
Namun, kesan ini berdasarkan insting dari bimbingan leluhurnya atau pengalaman
didengarnya secara logis berjejakan.
Bimbing dengan Logisan
Bimbinglah dengan logisan yang benar, dan
bermata nurani agar tidak mengawang bah layang-layang.
Jangan sekadar kejarin galeri tayang
semata, demi logika duitan recehan doang dan juga pujian an sich
tanpa merasa berdosa kepada Tuhan
Manakala demikian, tentu iqra tidak
akan bersalaman dengan wal asri, dan akan beresensi pada diksi abracadabra
/ omong kosong doang.
Wallahu alam