------
Senin, 19 Mei 2025
Pengurus MUI
Sulsel Isi Ceramah Pengajian Terpadu Muhammadiyah di Gowa
Menyampaikan Kisah Khalid bin Walid
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA).
Pengurus Komisi Kominfo Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulsel, Ustadz
Asnawin Aminuddin, mengisi ceramah pada Pengajian Terpadu Muhammadiyah Cabang
Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Ahad, 18 Mei 2025.
Pengajian Terpadu dihadiri Ketua Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Tombolo Pao Abdul Malik, Kepada Desa Tabbinjai Zubair, ketua
dan pengurus Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Tapak Suci
Putra Muhammadiyah, Hizbul Wathan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Ikatan
Pelajar Muhammadiyah.
Juga hadir pimpinan ranting Muhammadiyah
se-Kecamatang Tombolo Pao, termasuk Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tabbinjai,
Nasrun, selaku tuan rumah, dan seratusan jamaah.
Ustadz Asnawin Aminuddin mengawali ceramahnya
dengan mengemukakan keutamaan bermajelis ilmu seperti pengajian terpadu yang secara
rutin diadakan Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Tombolo Pao sekali dalam sebulan.
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, jika kamu melewati
taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang hati. Para sahabat bertanya,
ya Rasul, apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab, halaqah-halaqah
(kelompok-kelompok) dzikir. Jadi kita sekarang ini sedang berada di taman
surga. Insya Allah,” kata Asnawin.
Selanjutnya ia mengutip hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam; “Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu
rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling
mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka
akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat, dan Allah akan
menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”
Ustadz Asnawin kemudian menceritakan kisah
salah satu sahabat Rasulullah yakni Khalid bin Walid bin Mughirah Al-Makzumi.
“Khalid bin Walid bin Mughirah oleh
Rasulullah dijuluki sebagai Saifullah, Pedang Allah. Gelar Saifullah atau
Pedang Allah ini diberikan langsung oleh Rasulullah SAW, ketika Khalid bin
Walid tampil sebagai panglima perang pada Perang Mu’tah,” kata Asnawin.
Khalid bin Walid adalah putra dari Walid
bin Mughirah. Walid bin Mughirah adalah salah satu orang terkaya di Mekah. Walid
bin Mughirah dan Abu Jahal berasal dari Bani Makhzum, sedangkan Rasulullah
Muhammad SAW berasal dari Bani Hasyim.
Ustadz Asnawin mengatakan, Khalid bin
Walid awalnya sangat memusuhi Rasulullah. Dan bersama ayahnya Walid bin
Mughirah beserta Abu Jahal dan orang-orang kafir Quraisy pada umumnya, Khalid
bin Walid sangat bernafsu ingin membunuh Rasulullah.
“Pada Perang Uhud, pasukan kafir Quraisy berhasil
memenangkan perang di bawah pimpinan Khalid bin Walid, tetapi setelah masuk
Islam, Khalid bin Walid berbalik menjadi pimpinan pasukan muslim dalam beberapa
peperangan melawan kaum kafir,” tutur Asnawin yang juga pengurus Majelis
Tabligh Muhammadiyah Sulsel.
Pada Perang Mu’tah, Rasulullah menunjuk
tiga orang sebagai panglima perang. Rasulullah mengatakan, panglima perang
adalah Zaid bin Haritsah. Jika Zaid bin Haritsah gugur, maka panglima perang
diberikan kepada Ja'far bin Abi Thalib. Jika Ja'far bin Abi Thalib gugur, maka
panglima perang diberikan kepada Abdullah bin Rawahah.
Rasulullah hanya menyebutkan tiga nama.
Rasulullah tidak menyebut nama Khalid bin Walid. Dan ketika perang berlangsung,
Zaid bin Haritsah gugur. Ia kemudian
digantikan oleh Ja'far bin Abi Thalib dan Ja’far juga
akhirnya gugur. Maka panglima perang diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah,
tetapi Abdullah bin Rawahah juga gugur.
Tiga nama yang disebutkan Rasulullah
gugur, dan Rasulullah tidak menyebutkan siapa nama keempat jika Abdullah bin
Rawahah gugur, tetapi para anggota pasukan Perang Mu’tah kemudian sepakat
mengangkat Khalid bin Walid sebagai panglima perang.
“Saat itulah Rasulullah pertama kali menyebut
Khalid bin Walid sebagai Pedang Allah. Rasulullah mengatakan, pimpinan pasukan sekarang
dipegang oleh Saifullah, Pedang Allah. Rasulullah menjuluki Khalid bin Walid
sebagai Perang Allah. Dan di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid, pasukan
muslim dapat menyiasati peperangan melawan bangsa Romawi yang berjumlah kurang
lebih 200 ribu, sedangkan pasukan muslim hanya sekitar 3.000 orang, yang akhirnya
pasukan muslim mundur tanpa mengalami kekalahan,” tutur Asnawin. (met)