![]() |
| Dari kiri ke kanan, Dr. Hasrul "Lulu" SH MH, Dahlan Abubakar, Dr Aswar Hasan MSi (alm), dan Prof Dr Amran Razak MSc. dalam suatu acara. (ist) |
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 14 Agustus 2025
In Memoriam:
Aswar Hasan Kolumnis
Paling Produktif di Sulawesi Selatan
Oleh: M Dahlan Abubakar
Sekembali dari Kampus Unhas Tamalanrea,
Rabu sore, 13 Agustus 2025, Grup WA Dosen Unhas marak minta didoakan, Dr. Aswar
Hasan, M.Si, mengalami strok dan dirawat di RS Primaya Makassar. Saya pun
mengirimkan pesan semoga segera disembuhkan.
Begitu tipis antara batas kehidupan dan
kematian itu. Saat kembali dari memenuhi undangan pengantin Keluarga Bima di
Gedung IMMIM Makassar, Rabu malam, saya membuka WA Dosen Unhas.
Tulisan “Innalillahi wainna ilaihi rajiun
bertubi-tubi. Dr. Aswar Hasan, M.Si.
berpulang pada pukul 20.12 Wita di rumah sakit tempat dia dirawat. Almarhum
meninggal dalam usia 62 tahun (dilahirkan di Palopo pada tahun 1963).
Aswar Hasan yang hingga akhir hayatnya
sebagai Dosen FISIP Unhas, bagi saya adalah seorang penulis yang sangat kreatif
dan produktif. Setiap minggu tulisannya muncul di Tribun Timur dan juga menjadi
kolumnis tetap di Harian Fajar.
Sampai saya membatin, begitu sensitif dinda Aswar membaca dan merespons problem ekonomi, sosial, dan politik yang
terjadi di Tanah Air dan membuahkannya dalam bentuk tulisan. Jika saya bertemu
almarhum, hanya pujian yang selalu saya terima. Mungkin karena almarhum maklum
saya banyak menulis buku.
“Kak Lan ini luar biasa, produktif
sekali,” demikian kalimat yang selalu diucapkan setiap membaca saya menerbitkan
buku lagi. Dia selalu menyembunyikan dirinya sangat produktif melahirkan
tulisan kritis yang menyengat.
Suatu waktu beberapa tahun silam, kalau
tidak salah saat almarhum menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID) Sulawesi Selatan, kami memenuhi satu undangan membawakan makalah dalam
kegiatan pelatihan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Palopo yang berkaitan dengan masalah
penulisan. Kami bertiga dengan pengemudi menumpang mobil Innova jika tidak
salah.
Sekembali dari Kota Palopo, di dekat
Sungai Pareman, kami mampir.
“Kita singgah dulu berfoto di bekas
rumahnya Qahhar Mudzakkar, Kak Lan,” ajak Aswar yang tentu saja sangat
‘surprise’ bagi saya karena dapat mengabadikan rumah sosok pejuang yang sangat
kontroversial itu.
Pada tahun 2022, kisahnya saya tulis
bersama mendiang L.E Manuhua dan diterbitkan oleh Kompas Penerbit Buku. Sayang
foto itu tidak ditemukan saat saya mencari ilustrasi foto untuk buku
tersebut.
Aswar Hasan dikenal sebagai kolumnis harian Fajar. Dia mengisi kolom setiap pekan dengan nama “Secangkir Teh”. Tulisan
terakhirnya dimuat Jumat, 8 Agustus 2025, berjudul “Bendera One Piece di HUT Ke-80 Kemerdekaan
RI Simbol Kritik atas Kegagalan?”
Kolom yang dia kirim ke media ini
tertanggal 04 Agustus 2025. “Tulisan kolomku Adinda.” tulisnya dalam pesan WA ke
redaktur Opini, Ilham Wasi. Begitulah Aswar Hasan setiap pekan memberi kabar
terkait tulisan terbarunya. Redaksi FAJAR pun menyampaikan duka mendalam atas
berpulangnya kolumnisnya itu.
Dengan kualifikasi keilmuan di bidang
media massa, ia juga merupakan seorang praktisi media dan peneliti, serta
pernah menjabat sebagai anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Sebelum
KPI Pusat, dia juga pernah menjabat komisioner Komisi Informasi Provinsi Sulsel.
Selama ini, Aswar Hasan merupakan salah
satu kolumnis terproduktif di Sulsel. Di Fajar, dia memiliki rubrik khusus
bernama “Secangkir Teh”. Rubrik itu diisinya secara rutin setiap pekan.
Kepergian Aswar Hasan merupakan kehilangan
besar bagi Unhas, lebih khusus lagi bagi FISIP Unhas, tempat dia menjadi salah
seorang dosen senior di Departemen Ilmu Komunikasi. Kesehatan Aswar terlihat
mulai menurun ketika menjadi anggota KPI Pusat, setelah dua periode menjadi
komisioner KPID Sulawesi Selatan.
Adinda Dr. Muliadi Mau, M.Si., juniornya di Departemen Komunikasi FISIP Unhas memberi tahu, rumah duka di Jl. Todopuli 10, Makassar. Selamat jalan Adinda Dr.Aswar Hasan, M.Si., semoga khusnul khaqtimah. Amin.
