Kelam
Secara umum kata 'kelam' dimaknai dengan artian agak gelap/kusam, tidak bersemangat, atau suram, baik dalam suasana hati maupun pikiran: prosa yang suram; suasana yang suram. berwarna abu-abu kusam: langit kelam.
Tetapi saya memaknainya kata kelam dengan artian, yakni pandangan atau pikiran telah kalut tak karuan yang sangat terbatas oleh kepekatan gulitanya, dikarenakan pusing tujuh keliling sehingga gelap mata tak karuan lagi yang akan dilakukannya. Dalam hal ini boleh berbeda memahaminya tentang kata kelam, baik secara nyata maupun dalam keghoiban bersifat semantik atau simboliknya. Misalnya, manakala kata kelam dirangkaikan dengan goresan diksi, boleh saja bertajuk, seperti berikut ini.
Goresan Terbagi Kelam
Di sini, Aku membisikan diksi prosais puisi untukmu, dengan syair lillahi Ta'ala "tuk mengingat Tuhan secara tulen.
Tentu, bukan diksi mantra dari ampas ceboan nan kalian lumurin diri dengan kesesatan selama ini
Sekakipun, telah melampau terlambat, namun minimal jadi pengingat akan mautan nan semakin menjepit ledakan pusaran tanpa ampun.
Diksi prosais puisiku, bukan jua jadi penghibur akan belasungkawa atas kesetiakawanan kalian berkuburan barengan
Tetapi, Sekedar buah tangan menjadi saksi dihadapan Tuhan akan kebenaran hakiki dari perbuatan kalian yang bercermin pada otak berisi ampas ceboan klosetan.
Setiap goresanku selama ini, nan selalu dibagi secara luas dengan masif berkelaman oleh kalian.
Itu soal biasa, dan Aku anggap sebagai amalan guna penghantar kalian agar semakin membara dan dikhaturkan terimakasih bersalaman.
Bukan jua bah menanti gulai hitam berkedip kemerlapan sungguh kelam.
Menanti Gulai Hitam
Lagi ronda menanti gulai cumi cumi berdarah hitam kelam, terkirim
melalui hembusan sepoi angin malam.
Itu tak mungkin lagi, terkecuali kini hanyalah wasalam akan berdurasi angan kosong dalam anomali kalikongan, nan berdengkulan gutita kusam. Dan tentu akan berbalik arah kusam dengan hantaman yang sungguh kentalan bah darah gulai cumi cumian hitam berrmukan kelam.
Remukan Bah Keledai
Juga jangan pula merasa prima padahal telah remuk nan melilit rongga dada pengatan. Sekalipun, terlihat bugar, namun di dalamnya kerontang melompong dan tiap saat muntahan daging darah pekatan
Belum tentu nan tampak kerempeng, itu keropos di dalam jiwa raganya, namun tahan bantingan dari buhulan penyakitan
Sekalipun tak selamanya demikian, namun demikian adanya, mungkin kini sedang lagi merasakan cuaca keganasan akibat dari ulahnya jua yang mesti remukan di panen secara tulen!
Bahkan, gelagat bagaikan suara teriakan keledai yang disergap oleh taring Singa di tenggorokannya, dan nyata di dalam QS Luqman ayat 19. Allah berfirman yang berarti
"Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
Jadi, kesan ayat di atas, adalah jangan sembarangan melangkahkan kaki dengan keangkuhan juga bersuara melengking bah teriakan binatang keledai kelam menjadi julukannya.
Sembarangan
Kalau. memang barang itu
bukanlah sembarangan. Lalu, kenapa juga kalian terlalu berani teledor berselubungan berhingga masuk kuburan barengan?
Berarti, akibat dari kedunguan sehingga sembarangan dong. Maka, akhirnya sukmamu melayang.
Sekarang bukan lagi diksi bila terbilang, tetapi memang raga sukmamu telah ditarik dan dililit bagaikan kepompong, dan jasadmu bukan lagi bagaikan pocong gentanyang __melayang !
Manakalah telah melayang, tentu
bendera Kuning mesti dikibarin bukan lagi setengah tiang.
Untuk mengakhirinnya, akan dibentang bendera kuning berwarna terang. Ini pertanda duka dari kami.
Teriring ucapan, selamat jalan nan berbinang. Bukan jua kepuraan berwarna kuning bah kelap kelip kunang kunang.
Bendera kuning sering diasosiasikan dengan kematian, khususnya di Jakarta dan beberapa daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatera.
Bendera kuning atau putih hinga merah hitam di daraerah lain, itu sebagai tanda duka mesti dikibarin, baik di jalan atau rumah tempat disemanyamkan mayit berkalam._ Walahu'alam.