-----
Senin, 11 Agustus 2025
Tim Dosen Unismuh dan
Umpar Dorong Desa Wisata Bulu Cindea Pangkep Kelola Sampah Berkelanjutan
PANGKEP, (PEDOMAN KARYA). Tim
dosen Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bersama Universitas
Muhammadiyah Parepare (Umpar) memfasilitasi pengadaan tempat sampah pilah di
dua destinasi unggulan Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep,
yakni wisata mancing dan wisata mangrove.
Program ini merupakan bagian dari Program
Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) tahun ketiga, yang didanai Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tujuannya, mendorong kesadaran
masyarakat dan pengunjung untuk menjaga kebersihan serta kelestarian kawasan
wisata.
Kepala Desa Bulu Cindea, Made Ali HB, menyebut
keberadaan fasilitas tersebut sebagai langkah awal mengubah perilaku
masyarakat.
“Wisata mangrove dan wisata mancing adalah
aset desa. Dengan tempat sampah pilah, kami berharap pengunjung lebih sadar
membuang sampah sesuai jenisnya, demi kebersihan dan kelestarian alam,”
ujarnya.
Penyerahan fasilitas dilakukan Koordinator
Kegiatan, Dr. Ir. Rahmi, S.Pi., M.Si., IPU, didampingi tim dosen Unismuh
Makassar, Asriyanti Syarif, Juliani Ibrahim, Farhanah Wahyu, Insana Salam, serta
Fitri Indah Yani dari Umpar.
Selain menyerahkan sarana fisik, mereka
memberi pelatihan singkat tentang pemilahan sampah organik, anorganik, dan
residu kepada pengelola wisata, pelaku usaha, dan kelompok pemuda.
“Pemilahan di sumbernya adalah kunci
pengelolaan sampah yang efektif. Kami ingin program ini berjalan berkelanjutan,
bukan berhenti di pengadaan sarana,” kata Rahmi.
Kedua destinasi wisata ini menjadi sumber
ekonomi warga melalui sektor pariwisata dan kuliner. Namun, lonjakan kunjungan
kerap diikuti persoalan sampah. Fasilitas pilah memungkinkan bank sampah desa
mengelola sampah anorganik bernilai jual, sementara sampah organik diolah
menjadi kompos untuk mendukung pertanian.
Program ini juga mempersiapkan
pengembangan unit usaha daur ulang oleh BUMDes Amanah Mandiri. Made Ali
berharap model pengelolaan sampah ini menjadi contoh desa wisata berkelanjutan.
“Jika kebersihan terjaga, wisatawan betah,
pendapatan warga meningkat, dan lingkungan tetap lestari,” ujarnya.
Dr. Rahmi menegaskan, keberhasilan program
bergantung pada keterlibatan aktif warga dan pengunjung.
“Lingkungan bersih membawa manfaat bagi
pariwisata, kesehatan, dan kualitas hidup masyarakat. Kami optimistis Bulu
Cindea akan menjadi ikon desa wisata berwawasan lingkungan di Sulawesi
Selatan,” katanya. (zak)
