Ingin Kuliah di Arab Saudi, Dosen Unismuh Makassar Wahyuddin Malah Lolos Kuliah S3 di China

KULIAH DI CHINA. Wahyuddin SPd MEd, dosen Prodi Teknologi Pendidikan, FKIP, Unismuh Makassar, lolos menjadi mahasiswa Program Doktoral (S3) di Huazhong University of Science & Technology, China.

 

----

Selasa, 16 September 2025

 

Ingin Kuliah di Arab Saudi, Dosen Unismuh Makassar Wahyuddin Malah Lolos Kuliah S3 di China

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Wahyuddin SPd MEd, dosen Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, sebenarnya sangat ingin kuliah di Arab Saudi, tetapi takdir membawanya kuliah program doktoral (S3) di “Negeri Tirai Bambu” China.

“Ketika melihat teman-teman melanjutkan studi, baik di dalam maupun luar negeri, saya ikut termotivasi. Saya sempat mencoba peluang di Arab Saudi dan Austria. Ternyata takdir membawa saya ke negeri tirai bambu,” ungkap Wahyuddin.

Hal itu ia ungkapkan kepada wartawan seusai menerima kabar bahagia bahwa dirinya diterima sebagai mahasiswa program doktor (S3) di Huazhong University of Science & Technology, China, salah satu universitas papan atas yang kerap dijuluki MIT of China.

“Peluang ini saya anggap sebagai amanah dan ruang berjejaring internasional. Harapannya, bisa membuka pintu kerja sama lebih luas bagi kampus tercinta, Unismuh Makassar,” kata Wahyuddin.

Perjalanannya menuju China penuh lika-liku. Setelah menyelesaikan studi magister pada 2019, ia mengabdikan diri di Unismuh, khususnya di bidang kemahasiswaan di bawah naungan Wakil Rektor III melalui Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA). Dari sanalah, ia ditempa menghadapi tuntutan prestasi mahasiswa baik di tingkat nasional maupun internasional.

“LPKA itu wadah bertumbuh bagi saya. Di situ saya belajar arti berjuang, menghadapi tantangan, sekaligus mendampingi mahasiswa untuk meraih prestasi. Pengalaman itu membentuk perspektif saya sebagai akademisi sekaligus calon pemimpin muda,” tutur Wahyuddin.

Selain aktivitas kelembagaan, ia dipercaya menjadi dosen Persyarikatan di Prodi Teknologi Pendidikan FKIP. Dari ruang kelas hingga forum internasional, ia memupuk keyakinan bahwa peningkatan kapasitas diri, termasuk studi doktoral, adalah keniscayaan.

Alasan memilih Huazhong University of Science & Technology tidak lepas dari reputasinya. Kampus itu konsisten masuk 10 besar universitas terbaik di China dan terkenal dengan kekuatan riset teknologi.

“Homebase saya di teknologi pendidikan. Jadi pilihan kampus yang memang menjadikan teknologi sebagai pilar utama terasa sangat relevan,” jelas Wahyuddin.

Motivasinya kian menguat saat berhasil meraih ASEAN-China Young Leaders Scholarship. Beasiswa ini ia pandang bukan hanya sebagai tiket pendidikan, tetapi juga sarana membangun jejaring internasional.

“Kesempatan berjejaring itulah yang menjadi motivasi utama. Dengan jaringan itu, Insya Allah bisa memberi manfaat balik ke kampus dan mahasiswa kita di Makassar,” ujarnya.

Wahyuddin harus berjuang selama tiga tahun. Dukungan keluarga, kolega di LPKA, dan rekan-rekan sejawat di Prodi Teknologi Pendidikan menjadi penopang utama. Bahasa Inggris dan Mandarin menjadi tantangan tersendiri.

“Keduanya bahasa kunci untuk studi di sana. Banyak latihan, banyak praktik, dan menyisihkan waktu khusus setiap hari adalah cara saya bertahan,” katanya.

Dalam pandangannya, tantangan utama mahasiswa Indonesia di level internasional adalah keterlibatan dalam riset global.

“Kita dituntut lebih kritis, melek teknologi, dan rajin membaca referensi. Itu modal utama untuk menghasilkan gagasan solutif, baik bagi Indonesia maupun untuk kampus kita sendiri,” kata Wahyuddin. (zak)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama