-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 08 Oktober 2025
Persetan dengan
Dukun Trance
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Kesurupan / trance diyakini sebagai
kondisi ketika tubuh manusia dikuasai oleh entitas gaib, seperti roh, jin,
setan, atau dewa. Terlepas dari pengertiannya. Namun di dalam goresan ini
akan menukil kisah bermulanya saya menghadapi orang kesurupan dan dampaknya
terhadap saya sendiri.
Ketika, saya diamanahi jadi guru pembina
OSIS di SMA-SMK Swadaya Jakarta, tahun 1996 -1997. Kebetulan tiap akhir tahun
ada pembinaan / pelatihan dasar Pramuka, saya ditugaskan untuk mendampingi siswa
yang latihan dengan bermalam di sekolah.
Ketika seniornya mengadakan acara malam
perenungan dan pelantikan akhir, ada yang dua orang siswi yang kesurupan.
Seperti biasanya para seniornya menangani, bila mereka tak sanggup baru mereka
panggil sesepuh / dukunnya. Karena saya orang baru terlibat menjadi pembina
OSIS. Saya juga memang tidak mau terlalu ikut campur dan cukup memperhatikan
dari jauh saja.
Tetapi, kedua Siswi tersebut belum juga
siuman, sekalipun telah berganti senior dan para dukun menanganinya tetap saja
sial.
Singkat cerita, mereka meminta bantuan saya, namun saya juga ragu karena belum pernah menghaddapi yang demikian. Namun, karena diminta oleh mereka, saya mencoba masuk melihat keadaan Siswa dimaksudkan. Mereka sedang dijaga oleh teman siswi dan seniornya. Begitu, saya masuk siswa yang satu lagi berteriak dan mengamuk dengan mata melotot bah bara api membara.
Kemudian, saya beranikan diri sembari
berzikir dan dengan spontan saya tunjuk dengan telunjuk kanan. Tiba-tiba mata
siswi yang melotot membara itu, dia menutup matanya, dan membalik badannya guna
menghindar dari telunjuk saya. Saya pun merasa heran dan juga kaget sendiri,
koq bisa ya, sembari gerutu di dalam hati.
Terus, saya melanjutkan dialog sembari
memegang Al-qur'an yang ada ruang kepala sekolah. Dialog, lebih kurang, saya
bertanya apa agama_mu, dia menjawab Kristen. Lalu, di mana tinggalmu, dia
dengan ketawa melengking gaya kuntilanak dengan menunjuk ke arah pohon Mangga
besar di luar pagar sekolah.
Saya bentak, jangan bohong, apa tidak
takut sama Tuhanmu, eh malah dia ketawai tuhannya. Terus saya turunkan durasi
suara supaya mereda gejolak berontaknya.
Sembari berkata, apa kamu tak takut sama
al_Qur'an ini, dia bilang takutlah! Kalau begitu, kau mesti keluar dari
tubuhnya. Bila tak mau, saya tampar pakai al-Qur'an ini. Lalu, dia agak diam
sejenak, kembali bergejolak meronta lagi.
Kemudian, saya bilang apa kau mau
bersahabat dengan saya, spontan dia jawab mau. Kalau begitu, keluar dulu, dan
akhirnya dia keluar juga.
Namun, di sini awal mulanya, saya terjebak
dengan ajakan bersahabat tersebut. Ternyata, jadi sial bagi saya hingga dua
minggu berturut-turut tanpa bisa tidur, biar sekejap saja. Tentang kisah tak
bisa tidur ini, akan dilanjutkan setelah kisah, satu siswa yang berbarengan
dengannya dan satu siswa lagi yang kesurupan pagi hari.
Siswa yang satu berbarengan ini, aneh
juga, dia blasteran keturunan China tak mau bicara sama sekali, hanya bereaksi
dengan mengali air matanya saja.
Dikarenakan agak terlalu lama saya hadapi,
tak juga mau berbicara, dan akhir saya tampar dengan ucapan Bismillahi Allahu
Akbar. Namun, bekas jari-jari tangan saya di wajahnya yang putih tampak begitu
jelas bergaris pucat. Sekalipun telah ditampar, dia tak mau bicara juga dan
hanya menangis dan siuman.
Selanjutnya, siswa yang kesurupan pagi
hari, aneh juga, dia berteriak saja dan saya bacakan ayat kursi dengan membaca
teksnya langsung di dalam al-qur'an; .... eh malah dia menuduh saya, bacaannya
tak benar..., akhirnya saya hadapkan ke wajahnya langsung al-Qur'an yang masih
terbuka, ini baca sendiri kalau begitu. Dia memalingkan mukanya dan menangis
hingga lemas dan siuman / sadar dari trance_nya.
Berlanjut pada goresan kisah mengenai saya
terjebak dengan ajakan bersahabat dalam dialog dengan siswa yang trance di
atas. Jadi, karena ajakan saya mau bersahabat, maka dia ikuti terus dengan
mengganggu saya.
Ketahuan, saat saya mau tidur, di mana
baru sebentar saya berbaring untuk memejamkan mata saja, tiba-tiba dikagetkan
dengan bunyi riang menggaruk plafon, dan atau dinding hingga burung burung yang
saya peliharaan pun diganggunya sehingga tak bisa tidur. Sekalipun, saya
sangat ngantuk sekali, baik siang maupun malam.
Dikarenakan, saya sudah lama tak bisa
tidur, biar sedetik pun, lalu saya konsultasi dengan kepala tata usaha sekolah.
Dia menyarankan pergi ke dukun langganannya, saya pun dengan nekatan tanpa
logis lagi dalam berpikir sehingga ikut sarannya, dan pergi malam hari.
Ternyata, setelah bertemu dengan dukun,
malahan dukun curhat, dia lagi diserang oleh makhluk ghaib katanya. Dia hanya
memberi saran menyimpan garam di setiap pojokan tempat tinggal, dan menyarankan
juga untuk pergi ke gurunya.
Jujur dalam keraguan bergejolak, saya pun pergi dan justru gurunya juga senasib dengan muridnya. Lebih kurang ada berapa dukun yang saya telah datangi bersama kepala tata usaha sekolah. Namun, hasilnya nihil semua.
Bahkan, saya bermalam di rumah kepala tata
usaha, namun tetap diganggunya oleh yang mau bersahabat. Saat mau terpejam
mata, tiba-tiba kipas angin berhenti berputar, begitu terus hingga adzan subuh.
Selanjutnya, saya pergi bermalam di
Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta Pusat. Saya bisa tidur sekejap
saja, namun tetap diganggu dari luar, seperti ada orang berjalan jalan lagi.
Pada akhirnya, saya kembali tempat tinggal
saya di Ruko, dengan memaksakan diri untuk melawan. Pukul 02.00 kurang
lebih, saya shalat tahajjud, dan mencoba berbaring, masih juga diganggu. Terus
saya keluar di teras, sambil menatap atap kamar tinggal berhingga terus ke
langit jingga yang bening dihiasi bintang.
Spontan, saya berucap dengan keyakinan
tinggi, koq saya hanya takut sama yang menggarukan plafon mungil ini, sementara
Allah Yang Maha Perkasa telah menciptakan langit jingga dan aku juga dia.
Kemudian, saya bertakbir dengan yakin Allahu Akbar, saya hanya takut kepada
Allah.
Lalu, masuk dengan melafazkan:
Bismillahirrahmanirrahim, dan membacakan Al-Fatihah terus tidur hingga subuh.
Alhamdulillah, terimakasih ya Allah.
Akhirnya, hanya kepada Allah saya
pasrahkan segalanya dan bersumpah: persetan dengan dukun trance!
Trance Jin Ikut Tahajud
Kejadiannya, dua tahun setelah kisah
trance yang menimpa tiga siswa di sekolah di atas. Lebih kurang dua puluh tahun
berlalu, sekitar tahun 1999 setelah kerusuhan awal dari reformasi.
Ada seorang penjaga ruko yang kesurupan. Spontan temannya memanggil saya di kamar lantai empat. Maksud dari temannya,
siapa tahu saya bisa menanganinya dengan merukyah.
Padahal saya di dalam hati merasa ragu
juga, dikarenakan memang tak bisa menangani hal demikian. Namun, melihat
temannya kalut dengan penuh berharap dan mendengar teriakan meraung yang lagi
kesurupan. Akhirnya, terpaksa memberanikan diri untuk menghadapi dengan membawa
Al-qur'an.
Ketika dia melihat saya dengan sorotan
mata merah tajam, spontan dia mengalihkan tatapan kepada temannya. Kemudian,
saya mencoba mendekat sembari menatap dan berdzikir agak keras. Bukan dia takut,
malah ikutan bacakan ayat-ayat yang saya baca.
Dikarenakan saya telah lama menghadapi dia
dengan dialog dan masih saja bergejolak, bahkan terus mengaum seperti singa
yang mau menerkam, dan bercampur lendir ingus kentalan yang bergantung di
lobang hidungnya.
Saya tak sabaran dalam berdialog supaya
jin merasuk segera keluar darinya, namun tak mau juga. Akhirnya, saya terpaksa
menampar dia dengan keras.
Tetapi, rasa tamparan itu malah semakin
mengamuk. Justru telapak tangan saya terasa sakit bah memukul beton baja saja.
Bahkan teman-temannya memegang dia, dengan ringan dia hentakkan bah bantal
yang terbangan.
Kemudian, saya mengubah gaya dialog dengan pelan dan diiringi bacaan dzikir mendalam. Kemudian, dia agak lemas dan mau keluar dari raganya. Tetapi sebelum keluar, saya sempat bertanya asalnya, dia menjawab tak perlu tahu dari mana asal saya.
Sejenak di saat dia mau keluar, ia menatap
sayup dan berpesan sama teman-temannya dengan tatapan tajam; kalian jangan
minum yang memabukkan dan jangan bermain judi serta bermain perempuan juga mencuri!
Terasa aneh juga isi pesannya, bertolak
belakang dengan kesan sehingga menyebabkan ia kesurupan!
Bahkan, di luar nalar, ia tiba-tiba ikut
shalat tahajjud dengan saya. Ketika, saya sudah berdiri rakaat pertama, ada
menyentuh bahu saya, jujur saya pun, sebagaimana perasaan manusia biasa, tentu
merasa merinding juga, dan kemudian saya agak mempercepat bacaan ayat dan
gerakan.
Wajar saja, ada khawatiran, jangan sampai,
ia pura-pura ikut shalat, tetapi dengan diam-diam menghantam atau mencekik saya
dari belakang di saat sujud.
Setelah selesai dua rakaat dan salam, kemudian saya duduk agak serong sembari berdzikir dengan ekor mata melirik tajam kepada dia. Tiba tiba, dia menangis dan saya semakin halus dengan tulus penuh yakin membacakan zdikir dan ayat yang saya hafal.
Dan akhirnya, dia mengakui dirinya Jin
Islam dengan pemahaman agama sekedar saja dan berterus terang, ia memang sangat
buruk tampangnya.
Tidak lebih baik dari manusia yang beriman
dengan keyakinan tulus dan tulen. Namun, manusia yang perilaku serupa atau
bahkan lebih buruk dari dia memang tidak sedikit katanya. Di samping banyak
pula yang meminta bantuan mediasi kejahatan dengan golongan kami / jin / setan.
Saya spontan berkomentar, berarti mereka / manusia
yang meminta bantuan sama kalian, lebih dungu dan sangat buruk kelakuannya dong?
Yaa! Waduh dasar dunguan!
Dan sebelum dia keluar dengan berguling karena panas, saya bacakan ayat-ayat kursi, ia berjanji tidak mengganggu lagi. Entahlah, setelah ia berpindah kerja di tempat lain!
Pada puncak akhirnya, semakin tulen
keyakinan saya, sesungguhnya hanya kepada Allah tumpuan kepasrahan akan
segalanya, maka apapun yang trance mesti “Ukhruj ya aduwallah / keluarlah wahai
musuh Allah” dan memang harus dimusnahkan!
Kemudian bersumpah; demi Allah, dan
persetan dengan dukun trance apapun ragam rupanya berkalam. Wallahu a’lam.
Selasa 15:55, 7 Oktober 2025
