Masjid Harus Multifungsi, Bukan Sekadar Ritual Peribadatan

Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal (kiri) dan H. Soetrismo yang lebih akrab disapa Mbah Trimo, tampil sebagai pembicara pada Rakernas II Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Kusuma Agrowisata Resort & Convention, Batu-Malang, 24-26 Oktober 2025. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)  

 

------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 07 November 2025

 

Catatan dari Rakernas II Majelis Tabligh Muhammadiyah (1):

 

Masjid Harus Multifungsi, Bukan Sekadar Ritual Peribadatan

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)

 

Di masa Rasulullah ﷺ, masjid bukan sekadar tempat rukuk dan sujud. Di sanalah ilmu ditanam, dakwah digerakkan, dan kesejahteraan umat ditumbuhkan. Dari masjid, lahir peradaban yang memuliakan manusia dan menebar rahmat bagi semesta.

Kini, semangat itu kembali diserukan dalam Rakernas II Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kota Batu, Jawa Timur, mengingatkan umat bahwa masjid sejatinya bukan hanya ruang ibadah, melainkan rumah besar untuk ilmu, dakwah, dan kesejahteraan.

Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat–Ahad, 24–26 Oktober 2025. Ratusan peserta dari berbagai wilayah se-Indonesia hadir mengikuti kegiatan yang berlangsung di Kusuma Agrowisata Resort & Convention, Batu-Malang.

Rakernas II yang mengusung tema “Masjid Berkemajuan sebagai Pusat Gerakan Ilmu, Dakwah, dan Kesejahteraan Umat” dibuka secara resmi oleh Ketua PP Muhammadiyah, Dr. KH. Muhammad Saad Ibrahim.

Acara pembukaan turut dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Perbankan, Setiawan Ichlas; Menteri Koperasi dan UKM RI, Feri Julianto; Direktur Syariah Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), Arif Permana.

Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, Lc, MSi, Direktur Quantum Akhyar sekaligus Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Dr. Adi Hidayat, Wali Kota Batu, Nurochman, dan Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto.

Hadir pula segenap pengurus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, para utusan Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia, serta sejumlah undangan dari berbagai lembaga.

Pada kesempatan itu juga dilangsungkan Pengukuhan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid dan Mushalla Muhammadiyah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Periode 2025–2027.

Penasehat KH Fathurrahman Kamal Lc MSi, Dr (HC) Adi Hidayat Lc MA PhD, Prof Sofyan Anif, Gita Danu Pranata SE MM, Dr Askuri MSi, Ir Achmad Supriyadi MM.

Struktur kepengurusan tersebut diketuai oleh Waluyo, dengan Wakil Ketua Talqis Nurdianto dan Takdir Ali Mukti, Sekretaris Arief Bharata Al Huda, Wakil Sekretaris Dikky Syadqumulloh, Bendahara Akhmad Arif Rifan, serta Wakil Bendahara Firmansyah.

Bidang I – Pelatihan dan Pendidikan: Fajar Rachmadhani, Nurdin Mappa, Abdurrohim Sa’id. Bidang II – Data dan Sistem Informasi: Raden Muhammad Ali, Farid Suryanto, Ary Kurniawan, Liukan Kapak Ibrahim, Ronianto.

Bidang III – Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat: Hefinal, Ardi Lutfi Kautsar, Reza Prima Matondang. Bidang IV – Kaderisasi: Fida ‘Afif, Dadi Nurhaedi, Miftahulhaq, Muhammad Junaidi.

Bidang V – Pendidikan Al-Qur’an: Nur Hidayani, Munahar, Nur Mustowati. Bidang VI – Madrasah Diniyah: M. Hasnan Nahar, Indra Jaya, H. Ali Trigiyatno. Bidang VII – Pengembangan dan Pembangunan Masjid: Hakimuddin Salim, Abdul Basit, Fahmi Irfanudin.

Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan mengutus delapan orang mengikuti Rakernas II, masing-masing Dr. Nurdin Mappa (Ketua), Asnawin Aminuddin (Wakil Ketua), Dr. Sahabuddin Nanda (Bendahara), dan Andi Junaede (Wakil Sekretaris).

Dr. Muhammad Nawir (Ketua Bidang Pembinaan Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah), Nur Ichsan Amin (Ketua Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Kaderisasi), Arinal Hidayah (Ketua Bidang Sistem Informasi Dakwah dan Digitalisasi Tabligh), serta Bayu Budiono (Anggota Bidang Sistem Informasi Dakwah dan Digitalisasi Tabligh).

Ketua PP Muhammadiyah, KH. Muhammad Saad Ibrahim, menilai Rakernas II Majelis Tabligh PP Muhammadiyah ini sangat penting. Namun, yang jauh lebih penting, kata dia, adalah bagaimana dakwah-dakwah strategis benar-benar dapat diwujudkan dalam kehidupan umat.

Terlebih, tema yang diusung “Masjid Berkemajuan sebagai Pusat Gerakan Ilmu, Dakwah, dan Kesejahteraan Umat” dinilai Saad sangat substansial, karena menyentuh persoalan mendasar yang kini dirasakan di akar rumput.

“Tema ini adalah salah satu yang menjadi problem di banyak tempat, terutama di Indonesia. Bagaimana memajukan ilmu pengetahuan, dan bagaimana ilmu pengetahuan itu kemudian berdampak terhadap kesejahteraan bangsa,” ujar Saad.

Dalam pandangan Muhammadiyah melalui Majelis Tabligh, hal tersebut harus dikontekstualisasikan dengan masjid, yakni menjadikan masjid sebagai basis teologis sekaligus pusat pergerakan umat, yang digantungkan sepenuhnya kepada Allah.

“Dalam konteks Indonesia, kita punya Pancasila, yang salah satunya adalah sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Saad menegaskan.

 

Dakwah Harus Humanis

 

Pandangan yang sama disampaikan Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH. Fathurrahman Kamal. Ia menegaskan, masjid bukan hanya sekadar tempat ritus peribadatan, melainkan juga harus berfungsi sebagai pusat pengembangan program keislaman dan pendidikan jamaah, penguatan ekonomi berbasis jamaah, serta kemandirian masjid melalui digitalisasi dakwah dan literasi Islam berbasis teknologi.

“Masjid jangan hanya sebatas tempat ritual dan spiritual. Masjid harus membangun suatu ekosistem agar masyarakat merasakan kesejahteraan bersama masjid,” tutur Ustadz Fathur—sapaan akrab Fathurrahman Kamal.

Umat Islam khususnya, dan masyarakat pada umumnya, lanjutnya, kini justru lebih merasakan kesejahteraan dari tempat-tempat umum ketimbang dari masjid. Pergeseran ini menjadi tanda bahwa masjid belum sepenuhnya hadir sebagai pusat pemberdayaan dan kesejahteraan umat sebagaimana pada masa Rasulullah ﷺ.

“Ini fenomena yang kita hadapi sekarang. Di sinilah Rakernas ini menjadi penting. Kita hadirkan orang-orang yang otoritatif berbicara soal itu,” ujar Fathur.

Selain soal kesejahteraan masjid, problem mendasar umat Islam saat ini adalah bagaimana meniscayakan terjadinya transformasi dakwah.

“Paradigma tauhid, kemanusiaan universal, dakwah kita harus tetap mencerahkan, menggerakkan, menggembirakan, dan merekatkan,” kata Fathur.

Yang tak kalah penting, dakwah yang diejawantahkan harus mampu menyemai nilai-nilai kebaikan bagi semesta. Dakwah harus menjadi perekat, bukan pemecah.

“Orang Muhammadiyah harus menyatukan, bukan memecah dan mengadu domba. Dan pada saat yang sama, dakwah harus humanis, mengedepankan sikap kemanusiaan, kelembutan, dan penghargaan terhadap sesama,” tutur Fathur. (bersambung)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama