------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 07 November
2025
Catatan
dari Rakernas II Majelis Tabligh Muhammadiyah (1):
Masjid
Harus Multifungsi, Bukan Sekadar Ritual Peribadatan
Oleh: Asnawin
Aminuddin
(Wakil
Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Sulsel)
Di
masa Rasulullah ﷺ, masjid bukan sekadar tempat rukuk dan sujud. Di sanalah ilmu
ditanam, dakwah digerakkan, dan kesejahteraan umat ditumbuhkan. Dari masjid,
lahir peradaban yang memuliakan manusia dan menebar rahmat bagi semesta.
Kini,
semangat itu kembali diserukan dalam Rakernas II Majelis Tabligh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah di Kota Batu, Jawa Timur, mengingatkan umat bahwa masjid sejatinya
bukan hanya ruang ibadah, melainkan rumah besar untuk ilmu, dakwah, dan
kesejahteraan.
Majelis
Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
II di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat–Ahad, 24–26 Oktober 2025. Ratusan peserta
dari berbagai wilayah se-Indonesia hadir mengikuti kegiatan yang berlangsung di
Kusuma Agrowisata Resort & Convention, Batu-Malang.
Rakernas
II yang mengusung tema “Masjid Berkemajuan sebagai Pusat Gerakan Ilmu, Dakwah,
dan Kesejahteraan Umat” dibuka secara resmi oleh Ketua PP Muhammadiyah, Dr. KH.
Muhammad Saad Ibrahim.
Acara
pembukaan turut dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Perbankan, Setiawan Ichlas; Menteri Koperasi dan UKM RI, Feri Julianto;
Direktur Syariah Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), Arif Permana.
Ketua
Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, Lc, MSi, Direktur
Quantum Akhyar sekaligus Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Dr.
Adi Hidayat, Wali Kota Batu, Nurochman, dan Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto.
Hadir
pula segenap pengurus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, para utusan Majelis
Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia, serta sejumlah undangan
dari berbagai lembaga.
Pada
kesempatan itu juga dilangsungkan Pengukuhan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid
dan Mushalla Muhammadiyah Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Periode 2025–2027.
Penasehat KH Fathurrahman Kamal Lc MSi, Dr (HC) Adi Hidayat Lc MA PhD, Prof Sofyan Anif, Gita Danu Pranata SE MM, Dr Askuri MSi, Ir Achmad Supriyadi MM.
Struktur kepengurusan tersebut diketuai oleh Waluyo, dengan Wakil Ketua Talqis Nurdianto dan Takdir Ali Mukti, Sekretaris Arief Bharata Al Huda, Wakil Sekretaris Dikky Syadqumulloh, Bendahara Akhmad Arif Rifan, serta Wakil Bendahara Firmansyah.
Bidang III – Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat: Hefinal, Ardi Lutfi Kautsar, Reza Prima Matondang. Bidang IV – Kaderisasi: Fida ‘Afif, Dadi Nurhaedi, Miftahulhaq, Muhammad Junaidi.
Bidang
V – Pendidikan Al-Qur’an: Nur Hidayani, Munahar, Nur Mustowati. Bidang VI –
Madrasah Diniyah: M. Hasnan Nahar, Indra Jaya, H. Ali Trigiyatno. Bidang VII –
Pengembangan dan Pembangunan Masjid: Hakimuddin Salim, Abdul Basit, Fahmi
Irfanudin.
Majelis
Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan mengutus delapan orang
mengikuti Rakernas II, masing-masing Dr. Nurdin Mappa (Ketua), Asnawin
Aminuddin (Wakil Ketua), Dr. Sahabuddin Nanda (Bendahara), dan Andi Junaede
(Wakil Sekretaris).
Dr.
Muhammad Nawir (Ketua Bidang Pembinaan Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah), Nur
Ichsan Amin (Ketua Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Kaderisasi), Arinal Hidayah
(Ketua Bidang Sistem Informasi Dakwah dan Digitalisasi Tabligh), serta Bayu
Budiono (Anggota Bidang Sistem Informasi Dakwah dan Digitalisasi Tabligh).
Ketua
PP Muhammadiyah, KH. Muhammad Saad Ibrahim, menilai Rakernas II Majelis Tabligh
PP Muhammadiyah ini sangat penting. Namun, yang jauh lebih penting, kata dia,
adalah bagaimana dakwah-dakwah strategis benar-benar dapat diwujudkan dalam
kehidupan umat.
Terlebih,
tema yang diusung “Masjid Berkemajuan sebagai Pusat Gerakan Ilmu, Dakwah, dan
Kesejahteraan Umat” dinilai Saad sangat substansial, karena menyentuh persoalan
mendasar yang kini dirasakan di akar rumput.
“Tema
ini adalah salah satu yang menjadi problem di banyak tempat, terutama di
Indonesia. Bagaimana memajukan ilmu pengetahuan, dan bagaimana ilmu pengetahuan
itu kemudian berdampak terhadap kesejahteraan bangsa,” ujar Saad.
Dalam
pandangan Muhammadiyah melalui Majelis Tabligh, hal tersebut harus
dikontekstualisasikan dengan masjid, yakni menjadikan masjid sebagai basis
teologis sekaligus pusat pergerakan umat, yang digantungkan sepenuhnya kepada
Allah.
“Dalam
konteks Indonesia, kita punya Pancasila, yang salah satunya adalah sila
pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa,” kata Saad menegaskan.
Dakwah
Harus Humanis
Pandangan
yang sama disampaikan Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, KH. Fathurrahman
Kamal. Ia menegaskan, masjid bukan hanya sekadar tempat ritus peribadatan,
melainkan juga harus berfungsi sebagai pusat pengembangan program keislaman dan
pendidikan jamaah, penguatan ekonomi berbasis jamaah, serta kemandirian masjid
melalui digitalisasi dakwah dan literasi Islam berbasis teknologi.
“Masjid
jangan hanya sebatas tempat ritual dan spiritual. Masjid harus membangun suatu
ekosistem agar masyarakat merasakan kesejahteraan bersama masjid,” tutur Ustadz
Fathur—sapaan akrab Fathurrahman Kamal.
Umat
Islam khususnya, dan masyarakat pada umumnya, lanjutnya, kini justru lebih
merasakan kesejahteraan dari tempat-tempat umum ketimbang dari masjid.
Pergeseran ini menjadi tanda bahwa masjid belum sepenuhnya hadir sebagai pusat
pemberdayaan dan kesejahteraan umat sebagaimana pada masa Rasulullah ﷺ.
“Ini
fenomena yang kita hadapi sekarang. Di sinilah Rakernas ini menjadi penting.
Kita hadirkan orang-orang yang otoritatif berbicara soal itu,” ujar Fathur.
Selain
soal kesejahteraan masjid, problem mendasar umat Islam saat ini adalah
bagaimana meniscayakan terjadinya transformasi dakwah.
“Paradigma
tauhid, kemanusiaan universal, dakwah kita harus tetap mencerahkan,
menggerakkan, menggembirakan, dan merekatkan,” kata Fathur.
Yang
tak kalah penting, dakwah yang diejawantahkan harus mampu menyemai nilai-nilai
kebaikan bagi semesta. Dakwah harus menjadi perekat, bukan pemecah.
“Orang Muhammadiyah harus menyatukan, bukan memecah dan mengadu domba. Dan pada saat yang sama, dakwah harus humanis, mengedepankan sikap kemanusiaan, kelembutan, dan penghargaan terhadap sesama,” tutur Fathur. (bersambung)
