Sejarah Baru Muhammadiyah dan Aisyiyah


Sang suami, Dr Haedar Nashir terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020, sedangkan sang isteri, Siti Noordjannah Djohantini, terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah juga pada periode yang sama.



-----------


Sejarah Baru Muhammadiyah dan Aisyiyah


-Haedar Pimpin Muhammadiyah, Noordjannah Pimpin Aisyiyah


Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Muktamar Satu Abad Aisyiyah di Makassar, 3-7 Agustus 2015, menorehkan sejarah baru bagi kedua Ormas Islam tersebut. Untuk pertama kalinya, Muhammadiyah dan Aisyiyah dipimpin oleh dua orang yang kebetulan juga pasangan suami isteri.

Sang suami, Dr Haedar Nashir terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020, sedangkan sang isteri, Siti Noordjannah Djohantini, terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah juga pada periode yang sama.

Haedar menggantikan Prof Din Syamsuddin yang dua periode menjabat ketua, sedangkan Noordjannah terpilih kembali untuk kedua kalinya berturut-turut.

Hasil sidang 13 anggota PP Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke-47, di Kampus Unismuh Makassar, Kamis, 6 Agustus 2015, sepakat memilih Haedar Nashir sebagai ketua umum, dan Abdul Mu’ti sebagai sekretaris umum. 

Di tempat terpisah pada hari yang sama, tepatnya di Balai Prajurit TNI Jend. M.Jusuf, formatur 13 anggota PP Aisyiyah juga sepakat memilih Siti Noordjannah Djohantini sebagai ketua umum.

Sehari sebelumnya, Haedar Nashir meraih suara terbanyak  pada Pemilihan Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020. Haedar Nashir yang sehari-hari dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), meraih 1947 suara, unggul 19 suara atas Yunahar Ilyas yang memperoleh 1928 suara.

Urutan ketiga ditempati Dahlan Rais (1827), selanjutnya Busyro Muqoddas (1811), Abdul Mu’ti (1802), Anwar Abbas (1436), Muhadjir Effendy (1279), Syafiq Mughni (1198), Dadang Kahmad (1146), Suyatno (1096), Agung Danarto (1051), Goodqill Zubir (1049), dan Hajriyanto Y Tohari (968).

Pemilihan anggota PP Aisyiyah baru dilangsungkan pada Kamis, 6 Agustus 2015, dan hasilnya, Siti Noordjannah meraih suara terbanyak dengan 1.480 suara, unggul 169 suara atas Dyah Siti Nuraini yang meraih 1.211 suara.

Urutan ketiga ditempati Siti Aisyah dengan 1.032 suara, menyusul Masyitoh Chusnan (964 suara), Shoimah (808), Atikah (652), dan Latifah (616).

Jumlah suara keseluruhan 1.622. Suara tidak sah 20, sedangkan suara sah 1.602.

Berbeda dengan Muhammadiyah, anggota PP Aisyiyah yang dipilih hanya tujuh orang formatur, selanjutnya ketujuh formatur terpilih melakukan rapat untuk memilih enam tambahan anggota PP.

Setelah melakukan rapat, ketujuh formatur akhirnya memasukkan Tri Hastuti Nur, Chairunnisa, Esty Martiana, Rohimi Zamzam, Susilaningsih, dan Evi Sofia Inayati, sebagai anggota PP Aisyiyah periode 2015-2020.

Reformasi Gerakan Muhammadiyah

Seusai ditetapkan sebagai ketua umum, Haedar Nashir, bersama Sekum Abdul Mu’ti melakukan jumpa pers di Media Centre Kampus Muktamar, Kampus Unismuh Makassar, Kamis malam.

Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan muktamar sehingga berjalan lancar dan sukses. Ia pun tak lupa memuji Din Syamsuddin yang dinilai berhasil memimpin Muhammadiyah selama dua periode.

"Kami tentu harus mengucapkan terima kasih kepada Ketum PP Muhammadiyah periode 2010-2015 Profesor Din Syamsuddin yang telah mengantarkan Muhammadiyah selama lima tahun ini dan banyak meraih capaian cemerlang," katanya.

Sebagai ketua umum baru, Haedar mengatakan ingin meneruskan warisan cemerlang Din Syamsuddin dan tetap akan berjuang di jalan jihad kebangsaan, jihad konstitusi, dan terus menyebarkan pesan perdamaian global.

"Dengan bantuan kekuatan bangsa ini dan media massa, mari kita bersama mencerahkan bangsa," ujar dosen Fisipol UGM ini.

Haedar mengatakan, apa yang dihasilkan dari Muktamar ke-47 di Makassar, akan menjadi acuan untuk bekerja mengemban amanah hingga tahun 2020.

“Yang pertama tentu terciptanya reformasi gerakan Muhammadiyah sehingga menjadi lebih maju, modern, dan profesional sebagai gerakan Islam yang mengusung misi pencerahan," tandasnya. 

Tak Pernah Mencari Jabatan

Secara terpisah, Noordjannah kepada wartawan di Balai Prajurit TNI Jend. Makassar (lokasi Muktamar Aisyiyah), mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mencari jabatan. Kalaupun dia terpilih lagi, itu karena takdir. ” Ini takdir. Kami dan keluarga tidak memikirkan ini, kemudian terjadi seperti ini, ” kata Noordjannah, Jumat, 7 Agustus 2015.

Istri Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir ini menegaskan bahwa dia dan suaminya tidak pernah menacari jabatan. Kalaupun posisinya saat ini sudah seperti ini, maka itu adalah amanah kepercayaan pengurus Aisyiyah yang harus diterima dan dijalankan. (win)
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama