Sejarah Majalah di Dunia dan di Indonesia


SEJARAH MAJALAH. Majalah Revue Indonesia diterbitkan oleh Soemanang pada awal Kemerdekaan Republik Indonesia yang dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Inzet: dari kiri ke kanan Wardiman, Lasmin, Sahriana S, Murni, Dedi Risaldi. 



--------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 02 Juni 2017


Sejarah Majalah di Dunia dan di Indonesia


Oleh: Sahriana S, Dedi Risaldi, Lasmin, Wardiman, Murni
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah, Makassar)

Dunia cetak-mencetak mulai mengalami kemajuan tak henti-henti sejak dikembangkannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tahun 1455. Mesin cetak ini merupakan yang pertama kalinya di Eropa yang menggunakan cetak logam yang dapat digerakkan (movable metal type).
Secara dramatis, penemuan ini meningkatkan kecepatan produksi barang cetakan, termasuk buku dan majalah. Mesin cetak juga mengurangi waktu yang digunakan dalam produksi buku dan majalah sebelumnya.
Majalah yang paling awal adalah Erbauliche Monaths – Unterredungen (1663–1668) diterbitkan oleh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg, Jerman. 
Bentukan iklan buku dikenalkan sejak tahun 1650, berupa feature yang muncul secara reguler dan kadang diberi ulasan. Katalog-katalog reguler terbit, seperti Mercurius Librarius atau A Catalogue of Books (1668-1670). Tetapi, selama abad 17 terbitan semacam itu rata-rata berumur pendek. 
Jenis majalah yang lebih ringan isinya, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada 1672, yaitu Le Mercure Galant, didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau de Vice. Isinya: kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmah. 
Di awal terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola ”quality” magazines.
Sejak 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan mater-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi, pada akhir abad 18 berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan.
Di Inggris, Charles Knight menjadi pelopor majalah jenis baru ini. Ia menerbitkan mingguan Penny Magazine (1832 – 1846) dan Penny Cyclopedia (1833 – 1858).
Selain majalah populer, muncul pula berbagai penerbitan majalah serially yang dipenuhi dengan gambar-gambar ilustrasi. Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak ditemukan. Yang tercatat mengembangkan penerbitan berskala nasional jangkauan oplahnya yaitu Saturday Evening Post (1821 – 1869) dan Youth Companion (1827 – 1929). 
Pada seperempat akhir abad 19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapat limpahan informasi dan hiburan. George Newness menyalurkan hobinya yang berawal dari kesukaannya menggunting paragraf-paragraf, pada 1881, dengan menerbitkan Tit-Bits yang terbit secara periodik, dan menyebar secara meluasmelintasi batas negara. Hal tersebut diikuti oleh the Strand yang menjadi populer karena kisah-kisah Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.
Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa khususnya Inggris, dan di benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat.

Zamannya Majalah


Di Amerika, tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazines). Majalah yang paling pouler saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit tahun 1821, dan Nort American Review. Perubahan besar dalam industri majalah terjadi pada tahun 1890-an, ketika S.S. McClure, Frank Musey, Cyrus Curtis, dan sejumlah penerbit lain mulai mengubah industri penerbitan majalah secara revolusioner.
Mereka melihat adanya ratusan ribu calon pelanggan yang belum terlayani oleh majalah yang ada. Mereka juga melihat bahwa iklan akan memainkan peranan penting dalam perekonomian AS. Maka, para tokoh ini menciptakan majalah yang isinya sesuai dengan selera dan kepentingan orang banyak.
Munsey’s dan McClure’s mulai menyajikan liputan olahraga di Harvard yang disusul dengan artikel olahraga umum, tulisan tentang perang, lagu-lagu populer, para pesohor (selebritis), dan sebagainya.
Curtis lalu menerbitkan majalah khusus kaum ibu, Ladies’ Home Journal, yang kemudian menjadi majalah pertama yang mencapai tiras 1 juta. Majalah-majalah khusus seni dan arsitektur, kesehatan, dan sebagainya segera ikut bermunculan. Terjadilah fenomena yang disebut dengan popularisasi dan segmentasi isi. 
Para penerbit majalah juga berusaha menekan harga agar bisa terjangkau oleh orang kebanyakan. Pada tahun 1893, Frank Munsey menjual Munsey’s seharga 10 sen, jauh lebih murah dari pada majalah lain. Iklan menjadi kian penting dari pada harga majalah.
Curtis kemudian bahkan menurunkan harga majalahnya menjadi 5 sen, lebih murah dari pada harga kertas majalahnya sendiri. Isi populer dan harga murah itu sukses menjaring banyak pembeli, sehingga pengiklan pun tertarik.
Kerugian akibat harga yang lebih murah dari pada biaya produksi ditutup oleh penghasilan dari iklan. Redistribusi pendapatan memunculkan kelas menengah yang daya belinya lebih baik, dan mereka merupakan pasar potensial aneka produk massal yang dapat dijaring melalui iklan di majalah.
Hal ini juga mendorong penerbit untuk berusaha membidik pembeli yang homogen guna memudahkan segmentasi iklan. 
Dulu, untuk mempercepat reproduksi, majalah mempekerjakan banyak seniman yang masing-masing membuat sebagian gambar yang lalu disatukan sebelum digunakan sebagai materi cetakan.
Teknik cetak foto modern jelas serba lebih mudah. Pengiriman foto juga gampang dilakukan sejak adanya kamera saku dan jasa pencetakan dan pengiriman foto kilat sejak 1935. Jika sebelumnya produk bacaan (cetak) dan aksesnya hanya tersedia bagi kalangan tertentu, maka belakangan produk-produk tersebut dapat diproduksi lebih banyak dan menyebar ke pembaca yang lebih luas.
Terbitan koran dan majalah juga termasuk yang harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru ini. Banyak majalah raksasa yang tertekan, Tidak sedikit mingguan atau bulanan yang sudah puluhan tahun terbit dan berjangkauan luas akhirnya terpaksa tutup. 
Majalah yang mampu bertahan umumnya yang bersifat khusus, seperti majalah khusus wisata (Sunset), olahraga (Sport Illustrated), hobi perahu layar (Yachting), penggemar acara televisi (TV Guide), atau berita-berita ilmiah (Scientific American).
Majalah-majalah yang meliput segala hal (pusparagam) seperti Collier’s dan Saturday Evening Post, sudah bukan zamannya lagi, bahkan juga bagi yang awalnya begitu terkenal seperti Life dan Look. Sekarang adalah zaman majalah-majalah khusus.

Tokoh Pelopor Majalah

Penelusuran sejarah perkembangan media massa takkan lepas dari tokoh atau figur yang memprakarsai atau menerbitkan media massa tersebut. Hal itu terbukti pada catatan-catatan sejarah mengenai majalah.
Seorang tokoh melekat dengan media terbitannya. Berikut beberapa tokoh yang tercatat oleh sejarah telah sukses menerbitkan majalah yang menjadi tonggak perkembangan salah satu media cetak ini. 

Daniel Defoe 
Pada tahun 1704, di Inggris, terbit Review, majalah yang berisi berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lain-lain. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, ukuran halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulisnya. 

Benjamin Franklin 
Dialah yang telah mempelopori penerbitan majalah di Amerika. Pada tahun 1740, dia menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle. 

Richard Steele 
The Tatler ia buat pada tahun 1790, selanjutnya The Spectator ia terbitkan bersama Joseph Addison. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, berita-berita hiburan tentang teater dan gosip. 

Dewitt Wallace dan Lila 
Saat masih berusia 20 tahun, sepasang suami istri ini telah mampu menerbitkan sebuah majalah pada tahun 1922, Reader’s Digest. Pada pertengahan abad 20, majalah ini merupakan majalah tersukses. Pada tahun 1973, Reader’s Digest untuk di Amerika saja, dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta pembaca, belum termasuk pembacanya di dunia. 

Henry Luce 
Lulusan Yale University ini, bersama Briton Hadden menerbitkan majalah Time. Ia terdorong oleh keberhasilan Reader’s Digest. Tak hanya itu, ia pun menerbitkan Fortune, Sport Illutrated, dan Life. Majalah yang disebutkan terakhir merupakan majalah berita yang banyak mengandung foto. Foto-foto tersebut berfungsi sebagai alat informasi, menghibur, dan memengaruhi. 

Hugh Hefner 
Dia menerbitkan majalah Playboy pada tahun 1953. Majalah bagi pria dewasa ini adalah salah satu majalah yang sukses. Pada tahun 1970-an, sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.

Sejarah Majalah di Indonesia


Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia.
Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan prakarsa dari Ki Hadjar Dewantoro, sedang di Ternate pada bulan Oktober 1945 Arnold Monoutu, dan dr Hassan Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI).
Di kediri terbit majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tadjib Ermadi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa jawa, Obor (Suluh)

Awal Kemerdekaan
Soemanang SH yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan.
Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.

Zaman Orde Lama
Pada masa ini, perkembangan majalah tidak begitu baik, karena relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah Star Weekly, serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama Gledek, namun hanya berumur beberapa bulan saja.

Zaman Orde Baru
Awal orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, di antaranya di Jakarta terbit majalah Selecta pimpinan Sjamsudin Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan majalah Kiblat.
Hal ini terjadi sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.

Kategorisasi Majalah yang Terbit pada Masa Orde Baru, yakni :
1.        Majalah berita: Tempo, Gatra, Sinar, Tiras
2.        Majalah keluarga: Ayahbunda, Famili
3.        Majalah wanita: Femina, Kartini, Sarinah
4.        Majalah pria: Matra
5.        Majalah remaja wanita: Gadis, Kawanku
6.        Majalah remaja pria: Hai
7.        Majalah anak-anak: Bobo, Ganesha, Aku Anak Saleh
8.        8)Majalah ilmiah popular: Prisma
9.        Majalah umum: Intisari, Warnasari
10.    Majalah hukum: Forum Keadilan
11.    Majalah pertanian: Trubus
12.    Majalah humor: Humor
13.    Majalah olahraga: Sportif, Raket
14.    Majalah berbahasa daerah: Mangle (Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)

Pengertian Majalah

Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya.
Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah.
Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar kartun.
Antara satu tulisan dan tulisan lain dalam majalah tidak mempunyai hubungan cerita secara langsung. Misalkan pada majalah olahraga, tulisan tentang pemain sepakbola tertentu pada satu tulisan tidak berhubungan dengan tulisan lain yang membahas tentang klub sepakbola tertentu.
Tulisan-tulisan dalam majalah tidak mempunyai kronologis tertentu, tidak ada awal dan tidak ada akhir. Tidak ada pembuka dan tidak ada penutup. Jadi, majalah hanyalah tempat untuk mengumpulkan tulisan-tulisan tertentu yang mempunyai tema yang sama namun antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lain tidak mempunyai hubungan kronologis, masing-masing tulisan berdiri sendiri. Di dalam majalah juga terdapat halaman-halaman iklan, sesuatu yang biasanya tidak terdapat di dalam sebuah buku.

Umum dan Khusus
Menurut F Frazier Bond, majalah dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu: Majalah Umum dan Majalah Khusus.
Majalah Umum adalah majalah yang menggunakan persoalan-persoalan yang mempunyai arti penting bagi orang banyak. Menyangkut soal politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang meliputi kebutuhan manusia dalam masyarakat.
Majalah Khusus adalah majalah yang mengemukakan masalah pertanian, ekonomi, teknik, ilmu pengetahuan dan lain-lain (Suhandang, 1988).
Didorong oleh keberadaannya sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berusaha untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Media massa menyediakan informasi yang di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, baik media cetak maupun media elektronika.
Adapun peran spesifik media cetak dalam penyampaian informasi, di antaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis.
Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu merupakan salah satu sumber informasi yang pada saat ini semakin populer di masyarakat. Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.
Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan dalam majalah bersifat permanen dan publik dapat mengatur tempo dalam membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya adalah dapat dijadikan sebagai bukti (Assegaff, 1980).

Kelebihan Majalah

Kelebihan majalah yang dapat kita nikmati adalah sebagai berikut:
·      Dapat dinikamti lebih lama (long life span).
·      Pembacaannya lebih selektif.
·      Dapat mengemukakan gambar yang menarik (Kualitas Visual).
·      Khalayak sasaran; salah satu keunggulan majalah jika dibandingkan dengan media lainnya adalah kemampuannya menjangkau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi.
·      Penerimaan khalayak; kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah yang bersangkutan.
·      Mempunyai kemampuan untuk menjangjau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi.
·      Mempunyai kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan.
·      Memiliki usia edar yang paling panjang dibanding media lainnya.
·      Mempunyai kualitas visual yang baik karena umumnya majalah dicetak di ketas yang berkualitas tinggi.

Kekurangan  Majalah

Kekurangan majalah yang sering kita jumpai adalah sebagai berikut.
·      Biaya lebih relatif tinggi (mahal).
·      Fleksibilitasnya rendah (terbatas).
·      Proses distribusinya,banyak majalah yang peredarannya lambat sehingga hanya menumpuk di rak-rak toko. Ada juga majalah yang tidak memiliki jaringan distribusi yang tepat. Di beberapa daerah tertentu yang daya belinya tinggi namun sulit dijangkau, majalah sering tidak ada.
·      Jenis bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya gangguan mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima tidak lengkap.
·      Biaya yang dipakai untuk menjankau setiap kepala menjadi lebih mahal karena majalah hanya beberadar di lingkungan yang terbatas.

Majalah Pada Era Digital

Awalnya, majalah elektronik hanya mengambil artikel dari versi cetak yang kemudian diposting secara online. Tujuannya hanya untuk memancing konsumen agar tetap berlangganan versi cetak dari majalah tersebut.
Namun, saat ini majalah elektronik sudah semakin canggih dan berkembang sehingga mampu membuat majalah yang memiliki konten serta karakteristik yang original dari masing-masing majalah tersebut.
Bagi penerbit, majalah berbasis internet yang melakukan penyampaikan informasi lewat dunia maya ini tentunya harus lebih berhati-hati. Editor harus memegang kendali terhadap kontent-konten yang masuk. Hal tersebut digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada kontent yang menyinggung dan tidak menyenangkan bagi khalayak.
Majalah elektronik saat ini juga sudah mulai memanfaatkan teknologi new social media seperti Twitter, Facebook, dan link terkait lainnya. Majalah-majalah tersebut biasanya membuat akun dari sosial media yang terintegrasi dengan situs majalah itu sendiri. Manfaatnya adalah sebagai wadah untuk berinteraksi antara penerbit dengan pembaca, maupun pembaca dengan pembaca lainnya. Meskipun majalah elektonik itu sendiri biasanya sudah memiliki layanan chat room, kolom komentar, dan email.

Kekurangan dan Kelebihan Majalah Elektronik

Sekarang kita bisa melihat, bagaimana internet memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sikap dan perbuatan sebagian masyarakat kita, hampir seluruh masyarakat kota sudah sangat dekat dengan internet, masyarakat desa juga mulai terpengaruh oleh keadaan yang memaksa mereka untuk maju dengan menggunakan teknologi.
Salah satu media massa yang menggunakan atau memanfaatkan kehadiran internet adalah majalah. Sekarang ini sebagian majalah sudah mulai merombaknya bukan dalam bentuk hard copy atau cetak lagi namun dalam bentuk digital yang mudah di akses dimanapun dan memiliki kepraktisan tersendiri.
Adapun manfaat atau kelebihan, jika kita menggunakan media digital yaitu:
·      Dapat diakses kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan media elektronik yang juga mudah dibawa kemana saja. Seperti handphone, blackberry, android, iPhone, iPad, dan sebagainya
·      Tampilan majalah akan lebih menarik dengan adanya pop up dari teks, gambar maupun iklan yang bergerak
·      Majalah versi digital dapat lebih dulu dinikmati sebelum versi cetaknya terbit
·      Pembaca dapat dengan mudah mengirimkan artikel kepada rekannya, memesan produk iklan yang terdapat diwebsite, dan mencari topik-topik hangat yang pernah ada diartikel edisi sebelumnya
·      Penerbit dapat mengurangi biaya produksi dan distribusi majalah.
·      Tidak membutuhkan ruangan atau tempat yang luas untuk penyimpanannya, karena berkas menggunakan format file digital
·      Membantu mengurangi dampak pemanasan global dengan penggunaan kertas yang semakin mahal dan persediaan yang semakin menipis.
·      Informasi (berita) dapat disampaikan secara cepat,
·      Biaya produksi cenderung lebih murah.
·      Kejadian suatu berita dapat diberitakan secara langsung.
·      Sedangkan kekurangan media digital :
·      Media elektronik yang digunakan untuk mengakses majalah elektronik cukup mahal.
·      Hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan yang mengerti akan teknologi saja yang berdampak pada terbatasnya sasaran pasar.
·      Teknologi yang berbasis listrik suatu saat akan mengalami masa kedaluarsa, dimana teknologi tersebut tidak akan dapat dipergunakan lagi
·      Membuat indera penglihatan (mata) lebih cepat lelah karena teknologi elektronik memancarkan radiasi. Pada jangka panjang, radiasi tersebut juga akan berdampak bagi kesehatan manusia.

Sumber:
Bitebrands. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Majalah Cetak. Diakses http://www.bitebrands.co. (Pada tanggal 05 Mei 2017, jam 15:29 Wita).
Dominick,J.R.(2008).The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age, Elevent Edition, McGraw Ho, International Edition Wikipedia.com/sejarah_majalah.
Straubbar, J., 2006, Media Now: Understanding Media, Culture and Technology, bab III.
Fadhillah. 2014. Sejarah Perkembangan Majalah Dunia. Diakses di            http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id. (Pada tanggal 05 Mei 2017, jam  15:26 Wita).
Junaedhie, Kurniawan. (1995). Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LolyCore.com/sejarah/perkembangan/majalah.html
Rivers, William L. (1983). Magazine Editing in the 80’s: Text and Exercises. California: Wadsworth Publishing Company.

Keterangan:
·      Para penulis adalah mahasiswa Angkatan 2014/2015, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar
·      Artikel ini adalah tugas mata kuliah Jurnalistik yang diampu oleh Asnawin Aminuddin, pada semester genap (semester VI), tahun akademik 2016/2017




3 Komentar

  1. Oalah gitu ya sejarah majalah di dunia. Tapi di era sekarang kayak nya majalah udah menurun populitas nya. karena sekarang udah pada pindah di digital

    jangan lupa kunjungan balik nya ya kak Macam macam desain grafis

    BalasHapus
  2. Laura toys store menjual berbagai macam mainan untuk anak anak kesayangan anda.
    Kunjungi hkgtoto.com untuk info selengkapnya

    BalasHapus
  3. Terima kasih atas infromasinya, izin menggunakan sebagai refrensi tugas.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama